P R O L O G

722 139 59
                                    

Assalamualaikum, kali ini mommy bawakan cerita khusus untuk bulan ramadhan tahun ini.


Ini sudah bulan kelima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini sudah bulan kelima. Setelah hari berkabung atas kematian seorang gadis yang paling ia cintai. Mata laki-laki itu begitu sayu, dan sembab.

Entah sudah berapa lama laki-laki itu duduk di atas tanah yang lembab. Tidak peduli jika celana pendeknya akan kotor. Clio dafit ganendra, sejak tadi terus saja mengusap batu nisan bernama Selin Permata.

Clio mengusap air matanya yang kembali membasahi kedua pipinya yang tirus dengan lengan baju panjang. Akhir-akhir ini, lelaki itu tidak menjaga kesehatan dengan baik.

Hatinya hancur. Masih tidak terima atas kematian sang kekasih yang diakibatkan kecelakaan beruntun.

Sekian lama berdiam tanpa sepatah kata, kini bibir Clio bergerak untuk bersuara memecah keheningan di area kuburan.

"Gue kesepian Sel. Lo harusnya ngajak gue, kenapa malah pulang sendiri?"

"Besok hari pertama masuk sekolah setelah semester dua Sel, akhirnya gue udah kelas 3. Lo tau nggak? Gada yang berani cegah gue tidur di jam pelajaran ibu Jeje lagi. Coba aja kalau lo ada, gue gak bakal bisa tidur, 'kan?" terang Clio sembari terkekeh hambar mengingat momen-momen yang masih terpatri dalam pikiran dan hatinya.

"Ayo Sel, marahi gue lagi. Gue mau di ganggu lo lagi, gue ngga akan bilang lo cerewet lagi. Gue gak bakal bilang tulisan lo jelek lagi, Sel. Gue rindu semua tentang lo..." lirih lelaki jangkung itu. Matanya memanas, sampai buliran bening kembali berjatuhan tak terasa.

Kedua bahu Clio bergerak naik turun. Menangis tanpa suara. Lalu tidak lama kemudian hujan pun mulai turun, seakan-akan ikut bersedih atas apa yang menimpa anak remaja itu.

Ia menangis karena merasa bersalah. Menangis karena kesal. Menangis karena marah. Clio marah kepada dirinya sendiri.

Andai. Andai waktu bisa di putar kembali. Ia tidak akan pernah meminta Selin menemuinya di taman sepulang ekskul sekolah. Pasti, sang pujaan hati sekarang masih hidup.

Clio, masih menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Selin.

Tuhan ... Apakah semua ini memang takdir? Tolong tunjukkan jalan yang benar. Tolong bantu, agar tetap tegar menjalani hidup yang mulai hancur ini.

V●⁠ᴥ⁠●⁠V

Di sebuah rumah bertingkat dua, seorang gadis berambut panjang tergerai bebas bergerak mengikuti alus angin hujan yang turun dengan derasnya menerpa dirinya.

Ia duduk di depan jendela yang terbuka. Tidak perduli jika akan terkena cipratan air hujan dan angin dingin menusuk tulang belulangnya saat ini. Bahkan parahnya lagi menggunakan pakaian yang tipis dan pendek.

"Adek ... Kakak rindu ..." gumam Serin Pradivtha── kembaran Selin Permata── menatap hujan yang semakin deras menghantam semua yang ada di bawah langit tanpa ampun.

"Coba aja waktu itu kakak nemenin kamu, pasti kakak nggak sendirian di sini."

Ia membuang nafas panjang, bersamaan dengan suara dari sang ayah yang masuk tanpa permisi.

"Serin? Itu kenapa jendelanya dibuka? Nanti kamu sakit," ucap Arsen khawatir.

Pria paruh baya itu bergegas mendekati Serin, lalu menutup jendela kaca di kamar anaknya. Menarik tangan kanan Serin yang sempat-sempatnya menyentuh air hujan, sebelum akhirnya Sang ayah menjauhkan tangan Serin.

Arsen tahu betul jika anaknya sebenarnya ingin main hujan-hujanan. Tapi tentu dirinya menolak mentah-mentah mengingat anak semata wayangnya tidak bisa kedinginan.

Serin beranjak dari kursi kayu dekat jendela. Ia duduk di tepi ranjang, merasakan dinginnya air hujan yang sempat ia rasakan.

Ingin sekali rasanya mandi hujan. Namun sayang seribu sayang, Arsen tidak mengizinkan dirinya berhujan seperti anak-anak di sebrang jalannya.

"Kamu ini ya, Ser. Udah ayah bilang jangan sampe kedinginan. Ini apalagi? Pakaian kamu tipis banget?" cerca Sang ayah menunjuk-nunjuk pakaian kaos Serin yang dia kenakan.

"Tadi harinya panas, Yah. Makanya pake baju beginian," jawab Serin jujur.

"Huh, yasudah. Sekarang ganti pakaian kamu, terus minum obat sebelum tidur." ujar Arsen tidak ingin memperpanjang masalah.

Serin hanya menurut. Menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari Sang ayah.

•••

Gimana sama prolognya?

Spam next pakai emot 🦆

Terimakasih.

Goresan lukaku [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang