BAB 11 || SENYUM UNTUK TEKA-TEKI HATI

123 23 9
                                    

"Hidup adalah perjalanan, bukan penghentian."

__________________________________________________

Al-Birru By : Gitar_senja 🦋
__________________________________________________

Sesuatu yang semula terbuang tidak selamaya berakhir pergi meninggalkan. Tidak perlu membenci sesuatu yang masih menjadi sebuah teka-teki. Terkadang, menjadi manusia memang tidak semudah dan semenyenangkan seperti yang diucapkan oleh semua orang.

Menjelang kegelapan malam dengan bulatan matahari yang sudah sepenuhnya tenggelam jauh di sana, waktu dengan detik yang sudah terlewat, semua itu sangatlah tidak terasa setelah melewati perbincangan panjang yang menjadi topik hangat untuk saluran rindu yang sempat berjarak.

Tiga remaja Laki-laki itu nampak santai dengan satu kaki yang sama-sama terangkat. Kantor memang sudah sepi karena semua karyawan yang bekerja sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Tiga Laki-laki itu bukannya tidak ingin pulang. Hanya saja, mengobrol dengan sebuah kisah yang saling bertabur satu sama lain, semua itu terasa menyenangkan dengan candaan yang sesekali keluar.

Ghata menumpu wajahnya lelah dengan bantal sofa yang menumpu wajahnya yang terlihat menahan sebuah kantuk. Rafa menggelengkan kepalanya kecil ketika melihat pemandangan itu. Sungguh terlihat menenangkan, terlebih pertemuan dengan saudaranya itu baru saja terjadi.

"Lo oke?"

Gavin angkat bicara ketika melihat Rafa yang hanya diam dengan kepala yang menatap lekat saudaranya yang tengah terlelap. Tidak ada suara apapun yang keluar sekadar memecah hening yang merundung.

"Gue oke." Rafa berujar--menimpali. Senyumnya sedikit mengembang ketika mendapati Ghata yang sudah benar-benar terlelap.

Gavin mengangguk paham mendengar respon Rafa barusan. Dua matanya menelisik jeli setiap inci tubuh Rafa yang sudah berbeda seperti dulu. Cowok itu lekas menyungging kecil. Tidak terasa jika dia sudah berpisah dengan sahabatnya itu selama tiga tahun lamanya.

"Lo ga berubah sama sekali, Al."

Kepala Rafa menoleh cepat. "Maksud lo?"

"Sikap lo ga pernah berubah. Lo lebih banyak mengedepankan perasaan orang lain daripada perasaan lo sendiri."

"Ga ada yang harus berubah vin, semuanya masih sama, seperti dulu."

Tangan kanan Rafa bergerak kesal ketika Ghata memiringkan kepala kepada bahu kanannya yang menegap. Cowok itu lekas memposisikan tubuh Ghata supaya mendapat posisi yang nyaman untuk tertidur. Gavin sendiri hanya diam menyaksikan. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain melihat Rafa yang terlihat begitu siaga tentang hal yang berkaitan dengan saudaranya.

"Tiga tahun tanpa gue gimana?"

Dua alis Rafa terangkat bergantian. Ucapan konyol, pikirnya dengan sedikit terkekeh. "Tiga tahun tanpa lo semuanya hampa. Ga ada lagi sahabat yang bisa gue datangi sekadar menceritakan jika gue lelah. Tiga tahun tanpa lo adalah sebuah siksaan untuk gue lalui, Vin."

"Sorry." Gavin menatap lekat dua mata di depannya yang terlihat menahan sebuah luka. Tatapan itu sedikit berbeda dengan tatapan di tiga tahun lalu sebelum mereka berdua berpisah untuk sementara waktu.

Al-Birru (DIROMBAK)Where stories live. Discover now