Aku berhenti sejenak saat melihat sebuah toko yang sedang memasang papan nama dengan tulisan 'Elaina Antique Store', aku termenung sebentar di depan toko sampai seorang paruh baya berusia 70-an mendekati ku.
"Pagi nak, lagi mau ke sekolah yaa?" tanya nenek paruh baya itu dengan senyum yang tulus.
"Eh..iyaa..nek aku mau ke sekolah hehe.." jawab ku dengan senyum yang kikuk.
"Yasudah, hati-hati ya di sekolah belajar yang benar jangan mengecewakan orang tuamu" pesan nenek itu dan langsung pergi meninggalkan ku yang masih terdiam.
"Ahh...ini udah mau bel aku harus buru-buru" aku ber-monolog tersadar dari lamunan dan segera berlari.
"WOW...WOW ini dia guys artis kita datang juga akhirnya" seru salah satu orang di kelasku.
"Kemana aja babu hmm? Kita udah nungguin daritadi pagi loh, tumben banget babu kesayangan kita ini telat." Ujar nya sambil mencengkram rahangku dengan kasar.
Ingin sekali aku membalas semua perbuatan nya, tetapi aku harus sadar diri akan posisi dan derajat ku di sekolah ini. Membalas putri donatur sekolah? Tidak ada gunanya itu hanya akan membuat ku dikeluarkan dari sekolah ini.
"Kalo ditanya itu dijawab, ini mulut nya gunain buat ngomong bukan cuman ngemis ngemis ke bokap gue aja" kembali meremehkan ku, tidak apa-apa aku sudah biasa dengan ini bukan?
"Sorry tadi kesiangan bangun nya" ujar ku singkat sambil menatap sepatu ku yang terasa lebih menarik dibandingkan dengan wajah nya.
"Tck, mana PR gue udah lo kerjain kan?"
"Udah sebentar aku ambil dulu." Dengan segera aku merogoh tas ku dengan cepat. Sepertinya dewi keberuntungan sedang tidak berpihak kepada ku hari ini. Aku meninggalkan PR nya di meja belajar ku.
"Mana sih lama banget ngambil buku tulis doang, atau lo nggak bawa hah?" ucap nya dengan cepat dan langsung merebut tasku dan menumpahkan semua isinya.
"Lo sengaja ya ninggalin PR gue supaya Bu Rini hukum gue, iya kan? Ngaku aja deh lo!" ucap nya dengan sarkas dan menjambak rambut ku.
"Maaf banget ta, aku bener-bener nggak sengaja."
"Lo pikir gue percaya?! Jelas gak!"
"Sebagai gantinya buku PR lo bakal gue kumpulin atas nama gue!"
Menyalahkan dan merampas semua seenaknya saja itu keahliannya. Aku pikir aku tidak apa-apa dikeluarkan dari kelas nanti, toh biasanya memang tidak ada yang menganggap kehadiran diriku dikelas.
Bu Rini guru matematika berjalan menuju ke dalam kelas dengan ekspresi yang tidak bersahabat. Dengan cepat semua murid yang melihat kedatangan Bu Rini kembali ke bangku nya masing-masing, dan membuka buku matematika sebelum mendengar celotehan nya yang sepanjang sungai Kalimalang itu, itu sih kata teman teman ku.
"Pagi anak-anak, saya mau kalian membuka PR kalian halaman 32 yang sudah saya tugaskan di pertemuan sebelumnya."
Semua murid dengan cepat membuka halaman 32 yang sudah mereka kerjakan, maupun belum mereka kerjakan.
"Bagi siswa yang tidak mengerjakan PR yang sudah saya berikan silahkan berdiri, secara kesadaran sebelum saya mengecek satu persatu."
Semua siswa saling menengok kanan dan kiri mereka, untuk melihat siapa saja diantara teman sekelasnya yang bisa-bisa nya tidak mengerjakan PR guru killer ini.
Aku menghela napas dan segera berdiri dari kursiku dengan malas, aku pikir ini lebih baik daripada Bu Rini sendiri yang menyeret nya.
"Tamara, kenapa kamu tidak mengerjakan PR?" tanya Bu Rini dengan tegas.
"Maaf Bu, PR saya tertinggal dan saya pantas dihukum." ucapku dengan cepat agar ini semua berakhir.
"Baik, sepertinya kamu cukup sadar diri. Sekarang keluar sampai jam pelajaran saya selesai." perintah Bu Rini tak mau dibantah.
Dan sisa pelajaran Bu Rini aku habiskan dengan duduk di lorong sekolah, dan ditatap dengan
pandang yang sangat aku benci itu.
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMARA
Teen FictionDiberikan jepit ajaib yang bisa merubah nya. Apakah Tamara bisa menggunakannya dengan benar, atau ia harus terkena hukuman akibat menggunakan nya dengan tidak benar?