***
Panik. Itu yang aku rasakan saat benda pusaka yang selalu aku simpan dengan baik menghilang begitu saja. Aku terus meraba lantai, kolong meja, tas, bahkan mengecek satu kelas. Tapi, nihil barang yang kucari tidak kunjung ku temukan.
"Lagi nyari apa?" seseorang di belakang ku berbicara.
"Ahh.. ini, lo liat jepit gw yang biasanya gw pake nggak?"
"Oh nggak tuh, diambil orang kali."
"Yaudah deh, gw duluan ya ke kantin." jawabnya menambahkan lalu berlalu.
Nggak mungkin jepit itu diambil, batin ku berbicara. Mana ada yang mau mengambil jepit tua itu. Aku terus meyakinkan diri bahwa jepit sakti ku hanya terselip atau aku lupa menaruh nya dimana. Tanpa tahu dari tadi mereka terus memperhatikanku, yang sedang kalang kabut mencari barang yang sangat berharga bagiku.
[2 hari setelahnya...]
"AAAAAA!!!" Seruku dengan histeris.
"MUKA GUE!"
"Nggak nggak ini nggak mungkin terjadi, kenapa muka gue berubah! Kenapa!"
"Sekarang gue harus gimana?! Hari ini ada ujian nggak mungkin gue nggak masuk!" tanya ku pada diri sendiri, dengan nada histeris.
"Oh iya! Coba pake masker!"
Aku melangkahkan kaki dengan sedikit ragu ke dalam kelas. Aku mengenakan masker agar orang-orang tidak menyadari mukaku yang jauh dari kata sempurna. Lalu duduk di kursi ku dengan biasa, seolah aku tidak mempunyai sesuatu untuk ditutupi.
"Pagi Ra," sapa dia.
"Pagi, udah siap ujian belum?" tanyaku
"Eh, lo kenapa pake masker gitu? Lagi sakit?" tanya dengan sengaja.
"Ehh... enggak cuman lagi sedikit flu aja." aku menjelaskan dengan bohong.
"Bukan nya yang lain tuh?" tanya nya dengan menaikan alis nya.
"Maksud nya?" tanya ku tidak mengerti.
"Muka lo pasti jadi buruk rupa kan?" tanyanya dengan nada yang memojokan.
"Hah.. apa? E- nggak kok.."
"Hahahaha."ketawa dia dengan sirik.
Aku tidak mengerti dengan situasi ini, kenapa mereka seolah memojokan ku? Kenapa mereka seolah tau aku sedang menyembunyikan rahasia.
"Udah deh gak usah bohong lagi, gue udah tau muka lo yang buruk rupa itu."
"Ternyata selama ini kita dibohongi ya? Dan bisa bisanya kita ketipu" lanjut nya menambahi
"Jepit ini kan yang bikin muka lo secantik bidadari?" tanya nya sambil menunjukan jepit yang 2 hari ini tidak bersama pemilik nya.
"Kalian? Tau dari mana?" tanya ku dengan nyali yang ciut.
"Liat baik-baik ya jepit kesayangan lo. Yang selama ini jadi topeng buat nutupin semua keburukan lo" ucapnya dan langsung menginjak jepit rambut ku secara terus menerus.
"HAHAHAHA, selamat sekarang muka lo bakal jadi buruk rupa selama nya."
Aku hanya mampu terdiam, dan tidak bisa melakukan apa-apa kata-kata yang mereka ucapkan memanglah benar. Aku hanya berlindung dibalik wajahku yang cantik jelita saja. Aku yang menjadi kasar, egois, dan pemarah. Aku yang menjadi bagian dari mereka yang dulu mem-bully ku. Aku hanya berpikir kalau aku jadi bagian dari mereka aku bisa membalaskan dendam ku. Tapi, itu semua salah. Aku salah memanfaatkan keajaiban nya, aku hanya bisa bersikap semena-mena nya. Dan, aku akui itu salah, cukup sampai diriku saja yang termakan oleh nafsu diri.
____THE END____
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMARA
Teen FictionDiberikan jepit ajaib yang bisa merubah nya. Apakah Tamara bisa menggunakannya dengan benar, atau ia harus terkena hukuman akibat menggunakan nya dengan tidak benar?