V

13 4 0
                                    


     Hari demi hari terus berganti, aku yang sekarang bukan lah aku yang dulu. Teman? Sekarang semua orang datang kepada ku untuk jadi teman. Kekasih? Semua laki-laki menyukai aku. Pujian? Ah, aku bosan dengar nya setiap hari aku selalu mendapatkan pujian.

Tanpa sadar sifat ku yang dahulu kian memudar. Aku yang selalu mendapatkan pujian membuatku selalu ingin dipuji dan ingin menjadi nomor 1 di antara semua orang.

Sikap rendah hati ku yang dahulu juga kian memudar, aku terjerumus ke dalam penindasan. Aku juga selalu ingin jadi mereka sedari dahulu menjadi 'pengusik', sekarang aku bisa melakukanya dengan tangan ku sendiri.

Dengan jepit yang kudapatkan secara cuma-cuma ini aku bisa melakukan ini semua. Jepit ini lah kehidupan bagiku.

"By the way, jepit lo bagus banget ra, beli dimana deh? Kebetulan gue lagi nyari jepit-jepit gemes gitu." tanya salah satu teman ku, ah tidak dia hanya memanfaatkan ketenaran ku saja.

"Ohh.. ini punya nyokap gue sii.. Jadi gue kurang tau juga belinya dimana." jelasku dengan bohong. Tidak aku menjelaskan bahwa jepit ini adalah barang yang bisa membuat ku seperti sekarang.

   "Yah sayang banget.. Kalau gitu boleh pinjem bentar nggak jepit nya? Gue pengen liat di online shop ada yang mirip nggak."

"ENGGAK!" ucapku terperanjat dan langsung berdiri dari tempat ku duduk.

"Ehhh...sorry maksud gue nggak gitu" dengan cepat aku meminta maaf.

"Kalau enggak mau minjemin bilang aja, gue juga gak maksa." ucapnya dengan nada yang bisa dibilang sedikit tersinggung.

Disusul dengan dia yang beranjak dari tempat nya, dan pergi entah kemana. Aku merasa tidak enak hati, aku hanya terkejut. Aku tidak mau melepas jepit ini identitas asli ku akan terbongkar dan aku tidak mau itu terjadi. Itu saja, tapi semua orang pasti tidak mengerti.

***

"Gue kesel banget sama Tamara, masa gue mau pinjam jepit rambut nya aja sampe ngegas gitu." Keluh ku kepada sahabat ku.

"Bener banget sih, tadi itu keterlaluan." ikutnya menimpali.

"Gatau deh gue kayaknya mau ngambek aja sama dia." jawabku membalas.

"Gimana si Tamara itu kita kasi pelajaran aja?"

"Pelajaran? Pelajaran kayak gimana?" jawabku dengan nada yang bingung.

***

"Ra, ke kantin nggak?"

"Ohh..duluan aja gue ke toilet dulu."

"Oh iya, abis ini kan olahraga ganti baju aja sekalian." saran nya terhadap ku. 

Tanpa lama aku pun menyetujui saran nya.

"Oke deh, biar sekalian juga."

Aku melepaskan jepit rambut ku dan menaruh nya di meja. Aku pikir ini akan aman, karena tidak ada yang tertarik dengan jepitan model 90-an ini. Akan tetapi dugaan ku salah. Justru saat ini jepit berharga ku itulah yang menjadi targetnya.

***

"Udah pergi tuh si Tamara, ini waktunya." ucapku memberi komando.

Aku menggeledah tasnya yang berada diatas bangku, namun nihil tidak ada jepit yang kutemukan. Aku terus mencari ke semua bagian tas yang tersedia. Tidak kutemukan juga. Apakah dia membawa nya ke kamar mandi? Tidak, aku sering melihatnya meletakan jepit nya di sekitar sini kok.

"Eum... coba kolong meja nya deh." ucapnya bermonolog.

Ia meraba raba isi kolong nya. Lalu ia menemukan pouch yang berisi barang-barang pribadi.

"Nah, disini kali ya?" tanya nya pada diri sendiri.

"Aduh, dia taro di mana si?" ucapnya dengan nada sedikit kesal karena tidak kunjung menemukan jepit yang ia cari.

"Ah udah dia bawa ke kamar mandi pasti." ucapnya menyerah mencari jepit.

Saat hendak pergi meninggalkan meja Tamara dengan tidak sengaja, ia menyenggol meja sebelahnya. Dan barang ia cari-cari tergeletak di lantai karena tersenggol.

"Ketemu juga ini barang akhirnya." ucap nya dengan senang. Dan langsung memasukan ke dalam kantong.


To be continued....

TAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang