IV

16 4 0
                                    

 Fajar telah tiba, dengan cepat aku beranjak tidak sabar ingin mengenakan jepit yang kemarin aku dapat kan secara cuma-cuma. Aku rapikan seragam ku, dan mengenakan jepit baru ku. Terakhir, aku berharap hari ini akan baik walaupun ada sedikit keraguan di dalam nya.

Aneh, ini adalah kata yang bisa mendeskripsikan keadaan ku saat ini. Mengapa semua orang menatapku? Aku memang terbiasa dengan tatapan aneh, akan tetapi ini tatapan yang berbeda dari sebelum-sebelum nya.

"Haiii..Tamara lo mau ikut kita nanti enggak, ke cafe yang baru buka itu lho."

Aku dengan terkejut menegakan posisi tubuh ku. Apa ini kenapa mereka menyambut ku dengan sapaan yang pantas didengar? Kenapa mereka mengajakku untuk pergi ke cafe bersama? Apakah ini memang di sengaja.

"Kenapa kaget gitu Tamara, sorry ya gue baru berani ajak lo sekarang."

Apa katanya tadi? Meminta maaf kepada ku? Apakah doa ku selama ini telah didengar oleh Tuhan. Setelah sekian lama nya.

"Ahh... a-ayo" jawab ku setelah memikirkan semua kemungkinan yang terjadi pada diriku sekarang.

"Yeay, pulang sekolah yaaa" jawab nya dengan riang.

Kenapa dia seperti melupakan fakta bahwa aku sering kali di caci maki oleh nya. Kenapa dia bisa berbanding terbalik 360 derajat dari dirinya yang kemarin. Pemikiran itu terus berlanjut hingga bel pulang berbunyi.

"Tamara, ayo kita ke cafe" ajak nya seperti yang sudah dibicarakan tadi pagi.

Yang aku balas dengan anggukan yang sedikit ragu.

"Disana katanya itu makanan nya enak-enak loh, nanti kita cobain yang best seller ya.."

Orang di sebelah terus mengoceh tentang cafe yang akan kita kunjungi itu. Dengan tidak sengaja aku berpapasan dengan kaca yang memantulkan refleksi dari diriku. Aku menghentikan langkahku.

Apa ini? Siapa ini? Kenapa aku bisa berubah? Bagaimana bisa? Kapan aku berubah? Pertanyaan itu seperti hantu yang membisiki kuping ku terus menerus.

"Ehhh... maaf ya kayaknya aku gabisa ikut sekarang aku tiba tiba keinget aku harus...masak dirumah." Dengan cepat aku beralasan untuk tidak ikut pergi bersama nya ke cafe, aku harus memastikan apa yang aku lihat dan mengetahui penyebabnya.

"Yahhh.. Yaudah deh gapapa... tapi lain kali lo harus ikut ya.." balasnya dengan sedikit nada kecewa.

Setelah mendapatkan ijin aku berlari dengan cepat meninggalkan nya. Dan masuk ke dalam toilet lantai 1 untuk memastikan apa yang aku lihat itu benar.

Sungguh, ini adalah sebuah keajaiban, badan ku yang ramping, kulit ku berwarna putih susu bersih, bibir yang berwarna merah jambu, kulit bersih tanpa noda bekas jerawat, aku hanya bisa mematung sambil meratapi diriku. Dan, terus bertanya-tanya.

Aku menyadari jepit yang sedang ku kenakan, apakah ini efek dari jepitan yang kugunakan? Tapi bagaimana bisa? Bukan nya ini hanya jepit biasa yang diberikan secara cuma-cuma dari toko antik kemarin.

   Disini aku sekarang, di depan toko antik yang aku yakin bisa membuat aku berubah seperti sekarang. Aku melangkahkan kaki ku dengan cepat sambil menebak apakah aku bisa bertemu dengan nenek- nenek pemilik toko ini.

"Selamat datang di toko antik Elaina." sambut salah satu yang aku yakinkan sebagai pegawai toko antik ini.

"Maaf mba, aku mau tanya kalau pemilik toko yang sudah usia lanjut ada nggak ya?" tanya ku tanpa basa-basi.

"Maksud nya, Nyonya Elaina?" tanya pegawai tersebut dengan hati-hati.

"Aku..nggak tau namanya tapi kayaknya bener" jelas ku

"Maaf dek Nyonya Elaina nya tidak disini sekarang, dia nakal datang ke toko kalau ada pelanggan spesial saja."

"Maksud pelanggan spesial?" tanya ku dengan kata ambigu yang dikatakan pegawai toko.

"Ahh..aku keceplosan.." ucap pegawai dengan halus yang masih bisa kudengar.

"Bukan gitu maksud aku itu, Nyonya Elaina datang kalau dia sempat aja." jelas nya dengan sedikit kebingungan.

  "Kalau boleh tau kira-kira kapan ya Nyonya Elaina ke toko ya?" tanya ku tidak sabaran.

"Kalau itu nggak bisa dipastikan sihh..jadi aku juga kurang tau maaf ya.." ucap pegawai itu dengan sedikit merasa bersalah.

"Yaudah deh gapapa..makasih ya.." dengan sedikit kecewa aku berkata karena tidak bisa mendapatkan sedikit informasi.

Langit berubah menjadi warna jingga, aku melanjutkan langkahku untuk pulang kerumah. Dengan perasaan yang tidak bisa di deskripsikan, senang? Sedih? Atau bingung. Entahlah, alu pun juga tidak tahu.

"Kenapa sekarang aku harus bingung, bukan nya ini adalah jawaban dari doaku selama ini ya?" ucap ku meyakinkan diriku sendiri.

"Ini anugerah aku harus memanfaatkan sebaik baiknya, sekarang nggak ada orang yang bakal ngerendahin aku." Aku menganggap ini adalah sebuah anugerah yang sangat luar biasa.

Aku terus melangkahkan kaki ku dengan semangat yang tumbuh.


To be continued.... 

TAMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang