Terhitung sudah seminggu berlalu aku menjalani masa putih-abu di sekolah ini. Suasananya tentu saja berbeda dari jenjang sekolah sebelumnya, mulai dari sistem belajar, lingkungan tempat bersosialisasi, dan tentunya pertemanan yang baru.
Bicara soal pertemanan, aku mendapatkan teman-teman baru lagi selain Shakayla dan Gwen di kelas. Kesan pertama saat aku berkenalan dengan mereka menurutku memang terasa... konyol.
Flashback
Pada hari ketiga, kelasku kedatangan tiga murid baru pindahan dari kelas X-13 yang dipencar secara acak.
Menurut informasi dari ketua kelas, kelas X-13 dipencar karena kepala sekolah dan para guru merasa terlalu banyak kelas untuk para siswa baru angkatanku.
Jadi, alhasil kelas tersebutlah yang secara kasarnya 'terkena imbas' dari kebijakan itu.
Kala itu, suasana kelas tengah riuh dan kurang kondusif, karena adanya jam kosong yang seharusnya diisi oleh pelajaran Matematika.
Kesempatan seperti ini tentu saja tidak akan disia-siakan oleh anak-anak kelasku untuk mengobrol seru, bahkan Rey dan gerombolannya turut membuat bising di kelas dengan kelakuan mereka yang sengaja bermain kelereng sambil bersenda gurau. Entahlah, mereka mendapatkan mainan itu dari mana.
Di tengah keriuhan, aku mendengar suara ketukan pintu dari arah depan kelas. Sementara Yura dan anak lainnya yang tengah asyik dengan dunia mereka, aku yang kebetulan bertempat duduk tidak jauh dengan pintu pun berinisiatif untuk membukanya.
Setelah pintu kelas terbuka, aku berhadapan dengan tiga orang siswi yang membawa tas gendong masing-masing.
"Maaf, Ada apa ya?." tanyaku kepada mereka.
"Eh, ini kelas X-9 kan ya?. Kenalin, gue Zea dan ini dua orang teman sekelas gue. Jadi, kita itu dari kelas X-13 yang dipencar kelasnya. Kita dapet amanat dari wali kelas buat gabung ke kelas kalian." Jelas perempuan bermata sipit itu.
"Tenang, kita bakal ambil kursi kok dari kelas kita, takutnya di sini gak ada kursi kosong lagi." Timpal perempuan lain yang berbadan gemuk.
"KM nya yang mana ya?." Tanya perempuan satu lagi yang tak berhijab sama seperti Zea.
"Sebentar ya, aku panggil dulu KM nya." Sautku dan bergegas memberitahukannya kepada Yura, Ketua Murid di kelasku.
Kemudian, Yura pun berdiri di depan kelas ditemani dengan tiga orang perempuan tadi. "PERHATIAN!!. Teman-teman, mohon waktunya sebentar ya!." Serunya dengan lantang.
Semua anak kelas yang riuh pun hening seketika dan memusatkan atensinnya kepada Yura.
"Gue ada pengumuman baru nih. Kalian udah pada tau kan tentang keputusan dari Kepala Sekolah kalau kelas X-13 dipencar ke setiap kelas. Jadi, di samping gue ada tiga orang dari kelas X-13 yang bakal gabung sama kelas kita." Tuturnya.
"Yuk, kenalin diri kalian dulu, biar kita pada kenal!." Sambung Yura.
Perempuan berkulit putih nan sipit itu pun maju terlebih dahulu untuk memperkenalkan dirinya, "Assalamualaikum, teman-teman. Nama saya Alzan Zea Sadiya. Panggil Zea boleh, Alzan juga boleh. Semoga kita bisa berteman baik." Ujarnya sambil menyunggingkan senyum ramahnya.
Sontak gerombolan anak lelaki di kelas menjadi heboh ketika Zea memperkenalkan diri. Nampaknya mereka tertarik dengan Zea si perempuan berwajah oriental itu. Ku akui sih, dia memang terlihat manis dengan badannya yang mungil.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Tell Him
Teen FictionBanyak yang bilang jika masa SMA adalah masa yang paling dikenang dan tak akan bisa untuk diulang. Banyak kisah remaja putih abu-abu yang menarik, apalagi bertemakan percintaan seperti dalam novel-novel best seller yang pernah ku baca. Aku, Haura Al...