Bandung akan lebih indah jika dilihat di malam hari. Lampu-lampu menghiasi setiap jalan, orang-orang yang menikmati sesuasana dinginnya malam. Tak lepas dari tawa riang gembira mereka, malam menjadi tidak sunyi seperti kebanyakan fakta.
—Jln. Braga—
Tempat yang sudah menjadi tujuan para pengunjung untuk sekedar diam sejenak karena lelahnya berjalan. Meski hari ini malam selasa, Bandung tetap terisi oleh lautan manusia yang mungkin sekedar rehat dari lelahnya kehidupan. Beberapa orang ada yang sedang diam diri di kafe, ataupun bersantai diatas kursi yang sudah difasilitasi oleh pemerintah kota.
Menghela nafas pelan, Firman mendongaknya kepalanya. Sejak sejam yang lalu ia diam didepan toko kue milik ibunya. Karena bosan hanya diam saja, Firman beranjak dari kursinya untuk sekedar jalan-jalan. Orang-orang berjalan didepannya, tak sedikit menyapa dirinya. Siapa yang tidak mengenal sosok Firmansyah, menurut orang yang telah menyapa Firman.
Berjalan sedikit menjauh dari toko, melirik ke kanan kiri jalan, mobil serta motor yang melaju dengan kecepatan sedang. Tak ada keberanian untuk menjalankan kendaraan dalam kecepatan tinggi di malam hari, karena beresiko bagi para pengemudi terjadi kecelakaan.
Malam yang sempurna bagi Firman. Sejenak ia merasa tenang berada ditengah kota pada waktu malam. Ia merasa tenang karena bisa sejenak melupakan stresnya pada saat ulangan fisika tadi.
Tak tau tujuan kemana, Firman kembali ke toko kue milik ibunya. Sebentar lagi waktu tutup, ia membantu sedikit-sedikit persiapan sebelum pulang.
Ibunya tersenyum ketika melihat anak semata wayangnya kembali dari luar. Senyum hangat yang terukir, membuat Firman jauh lebih baik keadaannya daripada ia sedang berdiam diri diluar. Ia menghampiri ibunya, memeluknya dengan hangat.
Ratna merentangkan tangannya, karena ia tau gestur tubuh putranya itu meminta untuk dipeluk. "Semua baik-baik saja nak?"
Tangannya membelai pelan puncak kepala Firman. Firman diam sejenak sebelum ia menjawab, "Aku selalu baik-baik saja kalo Ibu tersenyum hangat kepadaku"
Mereka melepaskan pelukan itu, dan duduk di meja yang kosong tak berpenghuni. Ratna menyuguhkan susu hangat yang ia buat sebelum Firman datang kembali untuk menikmati malam yang tenang.
"Nak, kalau kamu merasa lelah istirahat saja dirumah. Tak perlu kamu datang kemari, Ibu ditemani Mang Acep" senyum Ratna kembali terpancar di wajahnya.
Firman diam, karena bukan itu alasan ia memeluk Ibunya, "Tidak Bu, sama sekali tidak. Ibu tidak perlu khawatir. Aku cukup kuat untuk membantu Ibu disini".
Ratna tersenyum, "Ibu tak menyangka kamu sudah sedewasa dan sepintar ini".
Firman terkekeh, karena ia merasa diunggulkan meski alesannya cukup sederhana. Baginya, pujian Ibunya itu sebagian dari semangat hidup.
"Iya Buu" Firman mencukupkan percakapan itu dengan senyuman, dan membantu Ibunya untuk menutup toko.
🌼
Berdiri diatas balkon, menatapi langit-langit malam yang indah. Memeluk angin dingin dan raganya sedikit merinding.
Zahra sedang menikmati malam yang tumben tidak turun hujan. Karena akhir-akhir ini sering turun hujan pada malam hari. Sehingga bintang-bintang pun tak sempat dilihatnya.
Sudah cukup merasakan dinginnya angin, ia lekas kembali ke dalam kamarnya. Dinding pink pastel dihiasi dengan beberapa hiasan pilihan Zahra. Menyatu padu dengan furnitur cantik sederhana memberi kesan mewah.
Merebahkan raganya yang lelah akan hari, tak kunjung henti dengan adegannya. Setiap weekday Zahra jarang sekali ada waktu untuk berdiam diri dengan santai. Pasti ada saja kegiatan yang selalu datang menghampiri dirinya.
Menatap layar ponsel yang banyak sekali notifikasi masuk. Dari grup osis, kelas, sampai chat pribadi dengan teman sekelasnya. Zahra jarang sekali menyimpan nomor orang-orang yang ia sendiri tidak kenal, hanya keluarga, sahabat, dan teman-teman pilihannya.
Sampai ia tertuju pada chat yang baru saja masuk. Azmi, ia tak heran jika sahabatnya itu mengirim pesan pada malam hari. Ia selalu bertanya pada Zahra tentang tugas sampai hal remeh temeh. Seperti bertanya tentang, 'Sudah makan belum? Agak lebay manusia satu ini.
A z m i i e🐷
: Raa isuk maneh pulang sekolah kegiatan?
Kayaknya gk ada Mi :
: Isuk nongki yh. Tempat biasa, sama urang dibayarin
Asik dong. Gas :
Azmi hanya membaca pesan Zahra. Zahra meletakkan ponselnya diatas nakas. Sedikit senang, karena ia mendapat jajan gratis dari sahabatnya itu. Zahra dan Azmi sudah berteman lama sebelum ia akhirnya bersahabat dengan lelaki yang berperawakan tinggi itu, tidak kurus dan tidak gemuk. Itulah Azmi.
Sesaat akan memejamkan matanya, Zahra mendengar notifikasi dari ponselnya. Mengangkat sedikit tubuhnya untuk meraih benda pipih itu. Ia terkejut karena, bagaimana bisa seseorang yang ia jauhi selama ini mengirim pesan kepadanya.
'Dia tau nomor aku darimana? batin Zahra merasa heran.
Zahra tak menggubris pesan itu dan kembali untuk tidur cantiknya, supaya esok mendapat mood yang jauh lebih baik. Agar tenang dalam mimpinya, ia memati dayakan ponselnya sembari di charger.
Selamat malam dunia, Zahra terlelap dibawah redupnya lampu kamar.
🌼
Malam para pembaca🙆🏻♀️
Semoga kalian suka sama cerita ini.
Mohon votenya yaa🐳💙.
Salam tatadiy🌼

KAMU SEDANG MEMBACA
Bersemi Bersama
Fiksi RemajaTak sedikit dari orang yang merasakan bagaimana memiliki perasaan pada seseorang. Memang itu adalah anugerah dari Tuhan yang hambanya miliki. Mencintai, akan lebih indah bila dicintai. Jalan skenario kisah hidup yang tidak akan selurus jalan tol, ji...