Yang sebenarnya terjadi saat Desya berbicara dengan pak Joib.
Setelah Desya melihat orang orang itu, ia berencana untuk mengadukannya pada pak Joib.
"Pak saya mau bicara boleh gak pak? "
"Ya, silahkan. "
'Gue bilang gak ya? Gak aja deh, kalo gue bilang nanti malah kena mampus gue. ' pikir Desya.
"Disana kelas berapa ya pak? Muridnya keliatan kalem, kek gak pernah ribut di sana. "
"Oh, itu. Cuma itu toh, saya kira ada hal penting. Di sana kelas 10b, muridnya memang baik, tapi gak semua juga. Masih ada anak berandal di situ."
"Owh, gitu ya pak. " Desya menganguk paham.
* * *
(Di ruang BK)
Setelah berceramah panjang selama 15 menit, akhirnya pak Joib dan dua guru BK lain bersepakat untuk memanggil orang tua Desya, Rindi, Lira, dan Geis.
Sebelum ke kelas, mereka mendapatkan hukuman. Mengelilingi lapangan 2 kali, untuk mereka lelah dan mampus.
"Cuma dua kali keliling lapangan, tapi lapangan ini panjang pak. Mau buat kami mati disini pak Toip nih. " keluh Geis.
"Jaga omongan kamu ya. Cepat lari keliling lapangan, atau saya tambah hukumannya. " jawab pak Joib.
Setelah sepuluh menit berlalu, akhirnya Desya dan yang lainnya bisa menyelesaikan hukuman itu.
Dengan arahan bu Fita (guru BK selain pak Toip) akhirnya mereka bisa masuk ke kelas.
Desya berjalan memasuki kelas, di ikuti Rindi dan kedua temannya. Ia meletakkan surat izin terlambat, dan langsung duduk di bangku mereka masing-masing.
"Des, lo gak kenapa napa kan? " tanya Rifa dengan panik.
"Fine, gak ada yang terjadi sama gue. "
"Apa yang terjadi? "
"Nanti gue jelasin pas pulang. "
"Owh, OK. "
"RIFA, SUDAH SELESAI? " tegur bu Tia.
"Belum, maksudnya SUDAH BUK. "
* * *
Ting Dong Dong Ting
(suara bel pulang)"YEEEEEEEEES." sorakan anak anak di kelas itu.
"Baik, ingat tugas rumah kalian. Desya, besok kamu jangan pake seragam olahraga sekolah lamamu lagi ya. Besok kamu ambil baju seragam sekolah ini di ruangan ibuk. Baca doa dalam hati dan pulang. Pamit. " ucap bu Tia panjang lebar.
"BAIK BUUUU. " sahut semua anak.
"Des, lo pulang naik apa? Ojol atau taksi? "
"Motor gue. "
"Ooh, ke perkiraan bareng yuk. "
"Hm, Ok. "
Saat mereka berdua sampai di depan pintu kelas, empat orang anak perempuan telah menunggu di sana.
"Rifa, pulang bareng yuk. " ajak Naura, salah satu anak.
"Tapi gue bareng Desya. "
"Ajak aja Desya sama kita! " ucap Nesa.
"Iya, tapi kalo Desya nya gak ke beratan. " tambah Mika.
"Gimana Des?" tanya Rifa meneloh pada Desya.
"Kalo kalian gak ke beratan, apa salahnya. "
Merekapun berangkat ke parkiran bersama, di perjalanan keparkiran Desya menceritakan semua yang terjadi saat istirahat. Awalnya mereka berkenalan terlebih dahulu.
"Gue pamit duluan ya, mobil gue dah sampe. Good Bye semua. " ucap Rifa sambil melambai dan segera berlari menuju mobilnya.
"Owh ya, gue dan Nesa juga pamit duluan. Ayo Nesa!" Naura menarik tangan Nesa, dan berjalan menuju mobil mereka berdua.
"Apa anda Mika? " ucap seorang ojol yang menghampiri Mika dengan motornya.
"Ya. Desya sorry ya. Gue harus pamit juga. " ucap Mika, yang langsung menaiki motor ojol itu.
"Gak apa, hati hati di jalan! "
"Bye. " ucap mereka ke satu sama lain.
Desya seger berjalan menuju motor sport hitamnya. Ia menaiki motornya, memasang helm full facenya, menghidupkan motor, dan segera melajukan motornya.
Saat di perjalanan, Desya tiba-tiba menghentikan motornya. Ia menaikkan kaca helemnya.
"Apa, apa mereka tauran? Gue harus putar balik, dari pada gue yang kena. "
Desya memundurkan motornya, namun tiba tiba, sebuah kapak melayang ke arahnya. Dengan gesit, Desya langsung menundukkan badannya ke belakang."Gila, anjing. Patah pinggang gue, Aw, Aw, Sakit. " gerutu Desya sambil memegang pinggangnya.
Desya menegakkan badannya kembali, namun saat telah menegakkan badan.
"WOIII, PERGI DARI SINI! " teriak seorang pria yang tidak asing bagi Desya.
"Itu bukanya orang yang di belakang kelas tadi siang. Itu artinya anak SMA Panca tunggal tauran sama SMA lain dong. Bacot, gue harusnya ngadu sama pak Joib tadi. " monolog Desya
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Tersulit
Teen FictionMaaf, di perbaiki lagi. Kehidupan adalah alur, setiap orang pasti memiliki pasangan masing masing bahkan untuk seorang gadis tomboi seperti Desya. Untuk cintanya, begitu banyak masalah. Ini bukan kisah cinta yang romantis, namun pelajaran menemuk...