Seorang namja tengah berlari untuk menghindari kejaran dari namja lainnya.
"Berhenti, Jimin." kata orang itu, yang masi terus mengajar Jimin yang terus lari untuk menjauh darinya.
Jimin bersembunyi dibalik punggung seorang wanita paruh baya itu, seolah olah ia meminta perlindungan dari wanita itu, agar diselamatkan dari kejaran seseorang yang terus mengejarnya.
"Yoon, sudahlah. Apa kalian tidak bisa untuk tidak bertengkar dalam satu hari?" Kata wanita itu.
"Bukan begitu eomma.... hanya saja, Jimin yang selalu membuatku kesal. Aku ingin menjewernya, bolehkan eomma?" Yoongi merajuk pada eommanya. Jimin terkekeh melihat tingkah hyungnya ini. Menurut Jimin, hyungnya itu sangat menggemaskan ketika sedang merajuk.
Yoongi beralih menatap Jimin yang masi tertawa. Apa adiknya sudah gila? Kenapa dirinya selalu saja tertawa ketika yoongi sedang mengadu pada ibunya?
"Jimin kemari kau!" kata yoongi dan kembali mengejar Jimin. Belum sempat Jimin melairkan diri, namun tangannya sudah dipegang erat oleh yoongi. Yoongi menggelitik pinggang Jimin sebagai balasan atas perlakuan Jimin padanya beberapa saat lalu.
"H..hyu..ng... Hentikan.. sudah... aku sangat geli," kata Jimin disela sela tawanya. Yoongi menghentikan aksi nya dari menggelitik Jimin dan memilih duduk di sofa yang tak jauh dari sana.
Setelah lepas dari serangan gelitikkan yang yoongi berikan. Jimin pun berjalan dan mendudukkan diri ya disamping yoongi. "Hyung mianhae. Aku tidak sengaja tadi pagi. Tapi mengerjaimu itu sangat seru." Kata Jimin dan mulai kembali tertawa.
"Kau tau, Jim? Itu tidak lucu. Aku tidak akan mengampuni mu jika kau melakukan hal itu lagi." Yoongi memperingat Kan Jimin agar tidak mengulangi kesalahannya seperti tadi pagi.
"Oh... Tenang saja hyung. Aku tidak akan menyirammu dengan satu gelas air lagi. Tapi dengan satu ember penuh," kata Jimin yang langsung bangkit dari duduknya, dia memilih segera pergi ke kamar nya. Karna dia tidak ingin mendapat gelitikkan dari hyugnya lagi.
Keluarga Jimin dan yoongi cukup terbilang harmonis. orang tua Jimin dan yoongi, selalu membagi kasih sayang yang sama rata untuk anak anaknya. Yoongi dan Jimin sangat beruntung memiliki orang tua seperti orang tuanya ini.
Sementara dikediaman Kim. Seorang anak tengah mati matian belajar dikamarnya. Padahal hari ini sekolah libur, dan tidak ada tugas apapun dari sekolah. Tapi namja itu terus saja belajar dan tak pernah ada kata lelah. Ingin membanggakan orang tua, katanya. Namja itu merenggangkan otot ototnya yang kaku karena sudah beberapa jam ini dia habiskan untuk duduk di bangku meja belajarnya. Ia berjalan keluar dari kamarnya untuk mengambil minum. Saat hendak kembali ke kamar namjaa itu menangkap sosok remaja lainnya yang tengah asik bermain game.
"Kapan aku bisa bermain sepertinya? Aku juga ingin bebas seperti kookie," kata tahyung yang masi menatap Jungkook dari atas tangga.
-
-
"Tae tae!!!" Teriak seorang namja yang masi berusaha mengejar temannya didepan sana. Nafasnya naik turun tidak teratur saat dia berlari. Setelah sampai di samping namja itu, Jimin memegang dadanya sambil mengatur nafas.
"Aisss kenapa meninggalkan ku?" Protes Jimin pada taehyung.
"Salah mu sendiri tidak cepat berangkat. Kau tau, Jim? Aku menunggumu di halaman rumah mu selama sepuluh menit. Dan kau belum keluar. Sebagai sahabat yang baik, aku memutuskan untuk meninggalkan mu dan memilih berangkat terlebih dahulu." jelas taehyung pada Jimin. Jimin mempautkan bibirnya karena kesal. Taehyung gemas dengan sahabatnya ini. Ia mencubit pelan pipi gembul milik Jimin. Jimin kesal, pipinya selalu menjadi bahan cubitan ke gemasaan dari orang disekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What About Me
Художественная прозаApa yang lebih menyakitkan dari pada perpisahan? Aku rasa kekecewaan. Kekecewaan atas rasa sakit yang terlalu besar untuk di pendam sendiri. Lantas jika aku bertahan. Apakah semua keadaan akan membaik?