Seorang pria paruh baya berlajan
tergesa gesa menuju ke kamar anaknya. Pria Paruh baya itu membuka pintu dengan kasar lalu menghampiri anaknya yang sedang duduk di meja belajarnya.Seokjin melempar kertas tepat di meja depan taehyung. Tangannya mengepal erat berusaha untuk meredam emosinya. Seokjin membuang nafasnya secara kasar lalu mulai berbicara pada putranya.
"Apa ini, tae? Kenapa kau hanya mendapatkan peringkat kedua?" Suara seokjin terdengar pelan, namun penuh dengan nada nada kekecewaan.
"Mianhae appa... tapi aku sudah berusaha keras untuk mendapatkan semua ini," kata taehyung sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap wajah ayahnya.
"Usaha katamu? Jika kau berusaha semakin giat, kau tidak mungkin mendapatkan peringkat kedua."
Taehyung sudah tidak mampu untuk menjawab setiap pertanyaan ayahnya. dia hanya memilih diam, jika dia menjawab pun pasti akan tetep salah. Taehyung kecewa pada orang tuanya. Orang tuanya hanya memberikan tuntunan tanpa bertanya apakah taehyung baik baik saja menjalankan selama ini? Jangan kan bertanya. Mengajaknya mengobrol obrolan santai saja tidak pernah. Hanya tuntutan dan kengkangan yang ia dapatkan selama ini.
Seokjin sangat marah pada anaknya ini. taehyung adalah putra pertama nya. Ia ingin taehyung menjadi penerus perusahaan nya kelak. Maka dari itu seokjin terus memaksa taehyung untuk terus belajar lebih giat lagi. Seokjin tidak menyukai hobi anak nya yang selalu berlatih menari dan juga menyanyi. Menurut nya itu hanya membuang buang waktu.
"Setelah ini, appa harap kau menjadi peringkat pertama. Dan lebih baik kau berhenti dari kegiatan mu yang tidak berguna itu."
"Kenapa appa selalu saja melarang ku untuk melakukan sesuatu yang aku suka? Kenapa?! Ini hidupku. aku berhak sepenuhnya atas diriku!"
"Kim taehyung!! Aku ini appa mu. Tidak seharusnya kau berbicara dengan nada tinggi seperti itu!" Pertengkaran panas antara seokjin dan taehyung mulai terjadi.
Suara ribut itu terdengar sampai kedalaman kamar ji-eun. Ji-eun melangkah kan kakinya keluar dari kamar menuju ke sumber suara. Ji-eun membuka pintu dengan lumayan keras lalu menghampiri suami dan juga anaknya. "Apa yang kalian ributkan? lihatlah ini sudah malam." Jari telunjuk ji-eun menunjuk ke jam yang menggantung di dinding kamar taehyung. Jam itu menunjukkan waktu pukul 22:00kst.
Seokjin melirik jam yang berada di tangannya. Memang benar ini sudah malam. Seharusnya dia tidur agar besok pagi badannya menjadi lebih segar untuk kembali beraktivitas. Sebelum keluar dari kamar taehyung, seokjin memperingatkan taehyung untuk melanjutkan belajarnya. Karna seokjin tidak mau kalau taehyung mendapatkan nilai rendah lagi.
.
.
.
Minggu pagi yang cerah. Satu keluarga tengah asik berkumpul di ruang keluarga sambil menonton televisi. Mereka menikmati acara yang di bawakan di tv itu. Canda tawa mereka terdengar sampai kamar seorang namja. Namja itu keluar dari kamarnya lalu turun dan ikut bergabung pada mereka. Saat namja itu bergabung dengan mereka, tiba tiba gelak tawa yang sebelumnya terdengar keras, tiba tiba menjadi hening. "Kenapa kalian mendadak diam? Apa karna kehadiran ku?" Tanya namja itu.
"Tidak, hanya lelah saja." Kata seokjin tanpa melihat namja itu. Taehyung duduk tepat disamping Jungkook dan ibunya, ia menyenderkan kepalanya pada pundak sang ibu. Ji-eun sebenarnya sedikit risih saat taehyung menyenderkan kepalanya di bahu miliknya. Namun karna ini Masi pagi, dia tidak ingin membuat keributan.
"Eomma, appa. Ayo pergi berlibur ke taman. Sudah lama sekali kita tidak pernah berlibur kesana," Ajak taehyung pada ke dua orang tuanya.
"Tidak bisa, tae. Appa dan eomma sudah berjanji pada adikmu beberapa hari lalu, kalau kita akan pergi kepantai Minggu ini." Ji-eun berusaha menjelaskan dan meminta pengertian dari sang putra. Taehyung sangat kesal pada orang tuanya. Orang tuanya selalu menuruti apa yang Jungkook mau. Sedangkan taehyung? Mereka hanya menuntut taehyung untuk jadi apa yang mereka mau. Mereka tidak pernah bertanya pada taehyung, apa taehyung baik baik saja menerima semua ini? Yang mereka fikiran hanyalah kebahagiaan Jungkook.
"Jika kalian mau ke pantai, pergilah. Aku akan pergi bersama Jimin. Karna aku tidak ingin merusak kegiatan manis kalian disana nanti." Setelah mengucapkan kalimat itu, taehyung bangkit dari duduknya pergi keluar menuju rumah Jimin. Taehyung tidak memperdulikan tatapan marah dari ayahnya.
Taehyung sudah berada didepan pintu rumah Jimin. Ia mengetuk pintu sambil memangil nama Jimin. Tidak lama setelah itu, pintu rumah pun terbuka menampilkan sosok seorang namja dengan warna kulit putih pucat. Namja itu memperhatikan taehyung dari atas hingga bawah. "Yoongi hyung, berhentilah melihatku seperti itu, aku masi manusia bukan hantu." Kata taehyung pada namja itu. Taehyung menerobos masuk sebelum di persilahkan untuk masuk oleh yoongi. Taehyung menyapa satu persatu Anggota keluarga Jimin. Dan taehyung pun disambut hangat oleh keluarga Jimin. Nyonya park membawa taehyung untuk ikut sarapan bersama mereka. Taehyung sangat senang saat dia bersama keluarga Jimin, karna dari keluarga jiminlah taehyung bisa merasakan hangatnya sebuah keluarga.
Taehyung meminta izin pada orang tau Jimin kalau dia ingin mengajak Jimin pergi ketaman. Tentu saja tuan dan nyonya park memberikan izin. Tuan dan nyonya park selalu membebaskan anaknya untuk melakukan apa yang mereka suka, asal itu tidak mengancam nyawa mereka. Jimin sangat senang mendapat ajakan dari taehyung. Karna sudah dua bulan ini Jimin tidak pernah berkunjung ke taman bersama taehyung. "Tidak, tidak akan ada yang pergi ketaman hari ini." Suara yoongi mengalun dengan lembut dengan sorot mata yang sulit diartikan.
"Tapi kami su...." Jimin mendadak diam saat wajah yoongi berubah menjadi dingin. Nyali taehyung juga menciut kalau yoongi sudah menatap mereka dengan tatapan seperti itu. Yoongi menghembuskan nafasnya secara kasar lalu memperhatikan taehyung dan juga Jimin secara bergantian, kemudian melanjutkan bicaranya. "Aku ingin mengajak kalian berdua kesuatu tempat. Aku yakin kalian akan menyukai nya," Kata yoongi. Mau tidak mau, Jimin dan taehyung akhirnya terpaksa ikut dengan yoongi.
.
.
.
Yoongi memarkirkan mobilnya didepan sebuah gedung yang tidak terlalu besar yang berada ditengah tengah kota Seoul. Yoongi turun dari mobilnya diikuti Jimin dan juga taehyung di belakangnya. Yoongi melangkahkan kakinya memasuki gedung tersebut. Sementara Jimin dan taehyung Masi berdiam diri diluar gedung. "Apa kalian tidak ingin masuk?" Tanya yoongi pada dua namja yang hanya dia berdiri diluar sana. Setelah mendapat teguran dari yoongi. Taehyung dan Jimin masuk dan mengikuti yoongi.
Jimin dan taehyung menaruh curiga saat memasuki gedung tersebut. Ruangan itu dipenuhi oleh kaca kaca dan juga suara musik. Apa mereka sedang berada di ruang dance? Mereka rasa, itu benar.
Seorang namja berjalan menuju kerah mereka. Namja itu menghampiri mereka lalu memeluk yoongi dengan sangat erat. "Hoseok ah, menjauh dari ku. Kau bau keringat," ujar yoongi sambil berusaha melepaskan dirinya dari pelukan hoseok.
Hoseok memperhatikan taehyung dan Jimin secara bergantian, lalu menoleh ke arah yoongi dan mulai bertanya, "apa mereka adikmu, Yoon?"
"Aku hanya punya satu adik. Itu adik ku, namanya Jimin." Tunjuk yoongi pada Jimin.
"Sementara disebelah adik ku, itu taehyung. Tetangga kami, sekaligus sahabat Jimin dari kecil."
Tbc
Mungkin disini peran Jungkook nggak terlalu besar. Disini aku menitik fokuskan ke kisah taehyung dan persahabatan vmin.
KAMU SEDANG MEMBACA
What About Me
General FictionApa yang lebih menyakitkan dari pada perpisahan? Aku rasa kekecewaan. Kekecewaan atas rasa sakit yang terlalu besar untuk di pendam sendiri. Lantas jika aku bertahan. Apakah semua keadaan akan membaik?