5

654 90 9
                                    

Sudah seminggu sejak hari mereka di skors dari sekolah, Dunk hanya berpura-pura berangkat dan akan terus ke rumah sahabatnya. jujur saja dia tak ingin berbohong pada orang tua, namun situasi seperti ini memuakkan. membayangkannya saja Dunk malas, saat nanti orang tuanya ke sekolah dia yang akan memohon-mohon ampun pada guru sialan itu.

Hingga petang tiba, dia baru akan pulang dengan alasan punya kegiatan ekstrakulikuler. tidak masuk akal sekali sebenarnya, yang dia lakukan hanya duduk di emperan toko menunggu Joong selesai bekerja lalu mereka akan pulang menghitung hasil pendapatan hari itu.

Joong bilang akan menabung beberapa uang untuk mulai mengontrak rumah di daerah agak jauh, bahkan lelaki itu berencana berhenti sekolah. tak ada keterangan wali, tak ada yang bisa menjadi pijakannya menempuh pendidikan. dia mulai menyerah dan memilih menempuh usaha lain.

Meski agak rumit dan sulit, Dunk selalu membesarkan hatinya. sama sekali tak meninggalkan lelaki itu, tak memberi jeda untuk nya bersedih. bahkan saat malam hari harus mendapat perlakuan tak pantas dari sang ayah, paginya Dunk akan menangisi keadaan itu. Joong merasakan sakit namun hebatnya dia tak merasa kesepian.

Mahluk manis yang tuhan kirimkan, adalah hadiah yang paling berharga. "Archen, ayo sarapan dulu. aku membawa ini dari rumah, masih hangat"

"Humm.. Dunk, terima kasih."

"Ayo sarapan dulu yah.." Dunk meletakkan semangkok sup hangat, di sisi Joong yang masih berbaring. nampak lelaki tegap itu agak kesusahan "Archen.. tak usah bekerja hari ini, punggungmu sakit kan?"

"Aku baik-baik saja"

"Makanlah..."

Joong mengangkat sendok dengan pelan menyuapkan kuah hangat masuk mulutnya, air matanya menetes pelan sekali makanan terasa hambar. lidahnya kelu, sakit sekali keadaan seperti ini. apakah suatu saat nanti malaikatnya akan menyerah padanya?

Terasa udara dingin menyentuh permukaan kulit punggungnya, Joong menggigit bibir dengan kuat. isakan Dunk terdengar dari belakang, lelaki itu merasakan sentuhan lembut. hingga isakan nya ikut pecah "maafkan aku.. tapi Dunk tak perlu mengkhawatirkan ku"

Apa ini masuk akal?, Nyaris tak ada lagi kulit memutih disana. hanya ada bekas kebiruan serta luka lebam yang hampir menghitam, dari mana datangnya semua topeng di wajahmu Joong?. Lelaki manis itu memeluk tubuh hangat penuh bekas luka, air matanya membasahi punggung Joong.

Orang-orang memiliki ribuan kisah pilu dalam hidup mereka, namun Joong kenapa orang yang menulis kisah pilunya terus mengikuti sepanjang cerita? "Tuhan... Apakah ini adil untuk Joong?"

Dia tak bisa menahan tangisannya, Joong sesegukan menggigit jari. tak ada luka yang lebih menyakitkan daripada ini, dia menjatuhkan harga diri sekali lagi dihadapan lelaki manis kesayangannya. "Joong baik-baik saja, serius"

"Kita tak bisa membiarkan ini" Dunk menatap wajah tegas itu meyakinkan "aku akan bicara pada ibu, dia akan membantu kita menghentikan ini. polisi akan datang dan—

—jangan sakiti ayahku, aku mohon" nyaris hilang semua keberanian Dunk, lelaki manis itu mengusap pipi Joong. sangat gila, Mengapa dia membawa dirinya ke tepi jurang?, Apakah dia sedang menunggu kebinasaan?

"kapan kita akan pergi ke dunia kecil yang Archen janjikan?" Sakit sekali, tangisan lelaki manisnya hampir kehilangan suara "ayo kita pergi lebih cepat.. tak mau melihat Archen menanggung semua ini.."

"Kita akan pergi.. Dunk percaya pada Archen kan?"

"Percaya..."

"Archen akan membawa Dunk kesana" keduanya termangu, saling menatap dalam tangisan tak henti. terpuruk dalam takdir yang menjatuhkannya ke tepi lubang hitam "tunggu aku yah, bersabarlah sebentar lagi. Dunk harus kembali sekolah"

"Tapi Joong?"

Gelengan dari lelaki itu membuat Dunk semakin histeris, dia tak mau sendirian. "hanya mau pergi dengan Joong.."

Joong mempertemukan bibirnya dengan bibir lembut itu, tak memberikan waktu sedikitpun pada si manis untuk menangis. dia melumatnya dengan lembut dan penuh kasih sayang, air mata membasahi di tengah ciuman itu. Dunk tak paham betul apa yang Joong coba lakukan, dia hanya menerima ciuman itu penuh perasaan tulus

Yang terasa hatinya sangat tenang menerima tuntunan, sedikit demi sedikit sedihnya lenyap karena sentuhan hangat. lumatan sahabatnya berhenti, matanya memerah menatap wajah tegas itu.

"Pulanglah dan katakan pada orang tuamu tentang kejadian di sekolah, berjanji pada Joong, Dunk akan sekolah"

"Lalu Joong?"

"Dunk..." Joong mengusap rambut malaikat manisnya "kita bisa pergi, percaya padaku.. aku akan mengusahakannya. pergilah ke sekolah, kita sama-sama berjuang, hanya saja jalannya berbeda"

"Tapi, sekolah tanpa Joong.."

"Tak masalah, aku akan cepat mendapat pekerjaan tetap, lihat otot ini?" Dia memamerkan lengannya yang kekar "bagaimana bisa aku di tolak untuk sebuah pekerjaan?"

"Joong.. berjanjilah, kita akan pergi"

"Aku berjanji pada Dunk" dia mengusak rambut Dunk sangat gemas "kita akan pergi secepat mungkin, pergi ke dunia kecil kita, Aku akan bekerja"

"Jangan disini lagi, ayahmu sudah gila"

"Husst.. sudah yah, berjanjilah besok akan sekolah"

"Aku janji, tapi Joong juga harus janji pergi dari rumah ini."

"Janji" tak ada yang bisa di debatkan lagi bersama Dunk, lelaki manis itu kekeh dengan pendiriannya tak boleh lagi Joong ada di dekat sang ayah "aku akan istirahat.."

Dunk meringsak masuk dalam selimutnya, mereka saling memandang, Joong mengusap lembut pipi itu.

"Joong..."

"Humm?"

Dunk tak mengatakan apapun, dia mencium dada Joong membuat lelaki tampan itu semakin gemas padanya "apakah Dunk mencintaiku?"

"Cinta semacam apa?"

"Dua orang yang saling menyayangi dan berniat untuk bersama selama-lamanya"

"Jika cinta seperti itu, aku mencintai Joong, jika Joong tak ada disisiku, aku rindu. aku mau bersamamu selama-lamanya"

Joong tertawa kecil, menyamankan dekapan pada lelaki manisnya. berkali-kali menciumi rambut legam itu, aroma buah yang manis menguar kuat. dia memeluk kepala Dunk semakin erat "seandainya, ini adalah yang terakhir untuk bertemu, apa yang ingin Dunk sampaikan untuk Joong?"

"Tak mau, aku tak mau ini menjadi yang terakhir"

"Semisalnya saja..."

"Tak mau.." Dunk merengut, "kita belum pergi ke dunia kecil kita, aku tak mau ada perpisahan, aku tak mau.."

"Suatu saat, kita ada disana. aku akan mengambil bangunan cantik dengan pemandangan yang menakjubkan di malam hari, akan ada dua kursi kecil di lantai atas balkon rumah. Dunk akan duduk memandangi bintang, dan aku akan duduk memandangi malaikat"

"Malaikat?"

"Humm.. Dunk adalah malaikatnya, yang akan Joong lihat sepanjang malam"

"Joong tenang yah, masalah ini akan selesai, aku berjanji..."

"Humm" dia memeluk Dunk lagi "tak selesai pun tak masalah, yang terpenting Dunk tak menyerah padaku"

"Untuk apa aku menyerah?"

"Jika kau lelah dengan keadaan ku, kau bisa saja menyerah"

"Tak akan..."

Dunk mengusak hidungnya didada Joong, mendengarkan sedikit tawa geli dari sang empu. dia mengadahkan kepala menatap siluet indah rahang tegas yang masih membekas luka lebam tak kunjung hilang.

"Dunk... Tak ada yang menginginkan situasi membahagiakan berakhir, namun jika ini adalah yang terakhir. Joong mohon, hiduplah dengan damai. cari kebahagiaanmu dan jangan pernah berfikir untuk berhenti" tangan Joong mengusap lembut pipi gembilnya "suatu saat kau akan mengerti mengapa orang-orang tak pantas di salahkan, mereka semua memiliki alasan untuk mengalah pada keadaan"

.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Jangan lupa tinggalin jejak kak🤧 otw end, secepatnya

Our Little World [Joongdunk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang