Sebuah Taman Kota

306 64 28
                                    

Di sebuah taman, tepatnya di tengah kota Bandung, terdapat sosok gadis cantik bernama Ratu Anastasya Abraham. Gadis itu duduk di salah satu bangku sambil melihat berbagai macam bunga yang ada di taman. Ia pun tak merasa bosan memandang bunga cantik itu. Cukup banyak pedagang kaki lima yang berjualan beraneka ragam makanan di sisi taman kota.

Ia kesini hanya sendirian karena merasa bosan saat pulang sekolah jam 16.00 WIB. Jadi, ia langsung ke taman kota, masih menggunakan seragam sekolah putih abu-abu yang panjang dan hijab putih. Menurutnya, jika pulang ke rumah masih sepi karena hanya ada pembantu saja.

Kedua orang tuanya sibuk kerja, tapi masih memberikan kasih sayang lebih. Kedua kakaknya pun pasti masih ada tugas sekolah, jadi pulang telat sekitar jam setengah enam, saat adzan Maghrib.

Ia masih duduk di bangku warna-warni di taman kota itu sambil membaca buku pelajaran yang belum ia mengerti. Maka dari itu, ia mempelajari ulang lagi. Sewaktu tadi di sekolah, sudah diterangkan, tapi ia masih ingin mempelajari lagi. Menurutnya, ilmu pengetahuan itu cukup penting di masa depan. Terutama tentang ilmu agama islam.

Setelah itu, ia melihat jam di tangannya yang menunjukan jam setengah enam, yang berarti akan tiba waktunya adzan Maghrib. Sebelum waktu adzan, ia langsung bergegas pulang dengan terburu-buru karena takut dimarahi mama dan papanya. Apalagi sampai telat sholat Maghrib.

Ia pun bergegas bangun dari bangku dan menuju jalan raya. Ia menghentikan sebuah taksi yang untung saja lewat di saat yang tepat. Ia masuk dan berkata pada supir taksinya, "Pak, ke jalan perumahan kota yah, Pak."

Setelah itu, supir taksi yang bernama Udin pun menjawab, "Iyah, Neng."

Taksi pun berjalan, ia memandangi jendela taksi yang di baliknya banyak sekali kendaraan seperti motor, mobil, dan taksi. Setelah itu, ia melirik ke arah jam tangan yang dipakainya saat berangkat sekolah. Sekarang jam 18.06, yang artinya sebentar lagi waktu sholat Maghrib.

Setelah perjalanan yang cukup menguras waktu dan ada kejadian kecelakaan yang membuatnya hampir telat pulang ke rumah, untungnya masih tersisa lima menit lagi. Ia akhirnya tiba di depan rumah dan bergegas membayar taksi tersebut, tidak lupa mengucapkan terima kasih. Taksi pun pergi untuk cari penumpang lain.

Ia bergegas menuju ke rumah, mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

Tok tok tok.

"Assalamulaikum. Mama, Papa, Ratu pulang."

Macan pun berjalan menuju pintu utama setelah mendengar suara anak gadisnya yang dikhawatirkannya. Takut anak gadisnya kenapa-kenapa, apalagi langitnya sudah mulai gelap.

Macan pun membukakan pintu, sedangkan suaminya menunggu saja di ruang tamu.

Ckrek.

Suara pintu dibuka.

Setelah pintu dibuka, Ratu pun berjalan ke arah Ma. Ia meraih tangan Macannya, lalu mengecup tangan tersebut.

"Walaikumsalam Sayang. Kamu gak kenapa-napa, kan, Sayang? Gak ada yang jahatin kamu, kan, Sayang? Hmm, Ma dan Pa khawatir. Sayang habis kemana?" ucap Macan dengan posisi bicara pada putrinya sambil memeluk. Macan takut dan juga menangis.

Ratu pun membalas pelukan hangat ibunya yang sudah mengandung sembilan bulan dan merawatnya dengan kasih sayang. Ia pun menjawab pertanyaan Macannya sambil ikut menangis, "Hiks ... iyah, Ma, Ratu baik-baik aja. Hiks ... maaf udah bikin Ma, Pa, dan Kak-kak khawatir sama Ratu. Maaf, Ma, pulang telat. Ke taman kota dulu tadi. Ratu bosen langsung pulang ke rumah karena gak ada Ma, Pa, dan Ka, jadi ke situ dulu sambil belajar kok. Hiks ... gak kemana-mana lagi kok, hiks ... Ma. Dan langsung pulang rumah. Ma, maafin Ratu, hiks ... Ma." Ratu pun hanya bisa menunduk. Ratu gak bisa liat Macannya nangis karena rasanya ikut sesak.

Macan pun lanjut bertanya sambil menghapus air matanya, "Sayang, kenapa gak kabarin Mama dan Papamu kalo pulang telat, Sayang?"

Ratu pun menjawab dan melepas pelukan hangat tersebut sambil menatap mata mamanya, "lyah, maaf HP aku lowbet, Ma. Kehabisan baterai, Ma. Sekali lagi maafin Ratu, Ma."

Macan pun menjawab, "Iyah, Sayang."

Macan dan putrinya pun masuk ke dalam rumah. Begitu memasuki bagian ruang tamu, ternyata ada papa Ratu yang tengah menengok mereka, melihat siapa yang masuk. Ternyata ada istri dan anak bungsunya yang berjalan ke arahnya.

Ia pun tersenyum melihat dua perempuan yang ia jaga dan cintai, apalagi anak bungsunya.

Macan dan Ratu telah sampai di depan sang papa. Macan pun berjalan ke arah tempat duduk, lalu duduk di samping suaminya.

Ratu tidak lupa salim ke papa dan papa pun membalas dengan mengusap rambut anak gadisnya. Tidak lupa juga mengecup kening Ratu dengan penuh kasih sayang.

Cup.

Setelah itu, ia pamit kepada kedua orang tuanya untuk masuk ke kamar. Ia ingin melaksanakan kewajiban umat muslim, yaitu sholat.

"Ma, Pa, Ratu masuk kamar yah. Dah mau adzan Maghrib nih," ucap Ratu.

"Iyah, Sayang, sana masuk. Pa dan Ma juga mau masuk ke kamar. Sayang nanti turun ke bawah sama abang-abangmu untuk sholat berjamaah di mushollah di lantai dua yah, Sayang. Ma dan Pa tungguin di sana," ucap Pa.

"Iyah, Pa," balas Ratu.

Mereka bertiga pun bergegas jalan ke lantai yang berbeda. Pa dan Ma di lantai dua, sedangkan Ratu dan abang-abangnya di lantai tiga.

Ratu pun bergegas masuk ke lift yang kedua karena lift pertama sudah dipakai mama papa. Kalau bersamaan pakai liftnya, bakal gak keburu.

Ratu pun telah sampai di kamar yang ada tulisannya 'QUEEN'. Di sebelah kamar Ratu, di sebelah kanan kamar abang pertama dan sebelah kiri kamar abang kedua. Sedangkan Ratu di tengah antara kamar abangnya.

Ratu bergegas membuka pintu kamar. Lalu selanjutnya masuk ke kamar mandi untuk mandi. Gak perlu waktu lama untuk mandinya, cukup tiga menit saja.

Setelah itu, ia bergegas memakai pakaian baju tidur panjang, tidak lupa memakai hijab. Lalu masuk lagi ke dalam kamar mandi untuk wudhu.

Setelah wudhu, ia pun keluar kamar mandi dan bergegas memakai mukena yang telah ia siapkan di atas kasur. Ia pun keluar kamar dan secara bersamaan abang-abangnya pun ikut keluar. Mereka pun segera menuju ke lantai dua. Pasti mama dan papa sudah menunggu mereka bertiga.

Mereka masuk lift secara bersamaan. Tidak ada percakapan apapun, kecuali suara lift yang ternyata sudah sampai di lantai dua. Pintu lift terbuka.

Tin tin srek.

Begitulah suara lift itu.

Mereka bertiga pun segera masuk ke mushollah. Ternyata mama dan papa sudah di sana. Mereka pun segera melakukan sholat Maghrib berjamaah, diimami oleh papa.

Jangan lupa tinggalkan jejak vote and komen🙏😁

Kamu'KALUNG SALIB' Dan Aku'TASBIH'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang