"Xiao Zhan, sudah saatnya."Ibu menatapku dari balik pintu dengan senyuman misterius.
Ah, benar. Tahun ini usiaku sudah menginjak 30 tahun. Hari yang paling malas untuk kujumpai akhirnya datang. Hari penemuan jodoh.
Keluarga Xiao memiliki tradisi yang dilakukan secara turun temurun. Tradisi yang dipegang erat dan mengikat layaknya sebuah kepercayaan pada agama itu disebut dengan 'Penemuan Jodoh'. Seseorang dengan marga Xiao di keluarga kami wajib melalui tradisi ini satu kali dalam hidupnya.
Ibu berkata tempatku melakukan ritual untuk tradisi tersebut adalah di sebuah taman hiburan.
Kami berdiri berhadapan, pada sore hari di tengah keramaian. Sambil melindungi kedua tanganku dengan tangannya, ibu memejamkan mata dan mengucapkan doa. Karena ayah sudah meninggal, ibu menggantikan tugasnya memimpin penemuan jodohku.
Untuk seseorang yang tak memiliki darah keluarga Xiao, ibu sangat menghormati dan memahami ritual ini dengan baik. Kedua kakak perempuanku menikah dua bulan setelah melakukan ritual ini, sebuah pernikahan yang didasari oleh tradisi, bukan cinta. Sebenarnya, aku tidak senang dengan hal itu.
Sebuah lonceng yang telah dipersiapkan disisipkan ke dalam tanganku. Kemudian setelah selesai dengan doanya, ibu menyuruhku melemparkannya tinggi ke udara.
Ke mana lonceng itu jatuh dan menepi, di sanalah jodohku berada.
Benda itu terhempas ke atas dengan latar belakang langit berwarna jingga keemasan. Bunyi dentingannya terdengar aneh, suara yang seperti berbunyi di kepala dan membelai dari balik kulit. Lalu, benda itu menyusut ke bawah dengan cepat, jatuh dan menggelinding jauh.
"Kejar!" suruh ibu.
Aku bergerak mengikuti lonceng itu, menembus orang yang lalu lalang dengan perasaan gugup. Aku harap lonceng itu akan berhenti di depan orang dengan pemikiran yang terbuka untuk menerima skenario konyol ini.
Meyakinkan orang asing bahwa dia berjodoh denganmu melalui trik ritual semacam ini adalah sesuatu yang pantas untuk ditertawakan. Ayolah, ini sudah abad ke-21!
Langkahku melambat ketika lonceng itu menggelinding perlahan menuju sebuah jembatan kecil yang sepi. Hanya ada satu orang yang berdiri di sana, seseorang yang kukenal.
"Tidak, jangan ...."
Aku harap lonceng itu tertiup angin dan terhempas ke tengah danau.
Orang itu menoleh dan menatap lurus ke arahku, sementara lonceng itu masih bergerak semakin dekat padanya.
Mata kami bertemu, dan dia tersenyum.
"Menyingkir!" teriakku. "Pergi dari sana, pergi!"
"H-ha?" sahutnya dengan mata membesar dan mulut terbuka lebar.
"Sial, sial!"
Tidak, jangan sampai lonceng itu berhenti padanya. Aku tidak ingin orang itu menjadi jodohku!
"Apa yang kau lakukan, Xiao Zhan?" tanyanya yang masih berdiri canggung sambil memegangi balon besar bergambar spiderman.
"Aku bilang menyingkir dari sana!"
Suaraku mungkin cukup keras untuk mengagetkan cacing di dalam tanah. Namun, pria itu tetap bergeming.
"Apa telingamu sedang cuti?!"
Terlambat. Lonceng itu berhenti dan menepi tepat di bawah sepatu murahnya yang kebesaran.
"AAAAKHHHHH!"
Kali ini suaraku mungkin bisa membangunkan fosil yang terkubur jauh di dalam lapisan kerak bumi. Aku terduduk lemas dan tiba-tiba merasa pusing. Apa yang harus kulakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDIOT HUSBAND [Tamat✓]
FanfictionKehidupan 30 tahunnya yang sempurna tiba-tiba menjadi kacau akibat sebuah tradisi yang tak bisa ia hindari. Menikahi seseorang yang tidak ia kenali, lebih baik dari menikahi orang yang ia kenal saat ini. Xiao Zhan tidak punya pilihan lain selain men...