Aku menabrak gerbang, memberhentikan kendaraan dengan sembarang. Aku tak perduli, terlebih lagi ketika mendengar suara bibi Muxia memanggilku dengan suara panik dari pintu rumah.
"Tuan, cepat!"
"Apa yang terjadi?!"
Aku berlari kencang menuju salah satu ruang kamar dengan bibi Muxia mengikuti di belakang.
"Tubuh tuan Yibo mendadak menjadi sangat panas, kemudian ia mengalami kejang hebat."
Ketika aku membuka pintu, sosok itu sudah tergeletak di lantai. Bola matanya terkunci ke atas, wajahnya pucat membiru dan tubuhnya mengerjang kuat.
"Yibo, kau bisa mendengarku?"
Kurangkul tubuhnya ke dalam pangkuan, menahan wajahnya agar dapat menangkap kehadiranku.
"Yibo? ... Yibo?!"
Ini buruk. Dia tak merespon. Aku tak pernah melihatnya seperti ini. Aku takut.
"Tolong bantu aku mengangkatnya," pintaku pada bibi.
Setelah menaruh Yibo ke punggung, aku segera membawanya menuju mobil dan membaringkannya di jok belakang.
"Aku akan membawanya ke rumah sakit," ucapku sambil buru-buru duduk di kursi kemudi. Mencoba memasukan kunci mobil, tetapi benda itu jatuh berkali-kali.
"Sial! Sial!"
"Tuan, ..." Bibi Muxia mendekat dan menyentuh tanganku yang gemetaran.
"Tuan, Anda harus tenang. Aku yakin tuan Yibo akan baik-baik saja."
Aku mengangguk, mengatur napasku dan kini berhasil menyalakan mesin mobil. Benar, bukan saatnya untuk gugup dan takut, nyawa seseorang sedang bergantung padaku.
Mobil melaju kencang meninggalkan bibi Muxia yang memandang penuh harap di belakang. Pikiranku kini hanya tentang bagaimana caranya agar bisa cepat sampai ke rumah sakit.
"... Tidak ... Bisa ... Ber ... Napas," erang Yibo sambil mengerat dadanya kuat. Aku bisa mendengar suara napasnya yang tersendat dan semakin sulit.
Aku merasa kacau.
"Hey, Yibo, kau bisa mendengarku sekarang? Kita akan segera sampai di rumah sakit, bertahan lah, oke?"
"Xiao Zhan ...."
"Ya, ini aku."
" ... Xiao Zhan," Yibo terus memanggil, perlahan membuka mata dan mencari arah suaraku. "A-ada ... Yang ingin ... Kukatakan, .... Hufh, ... Hufh."
Tanganku memegang setir kemudi dengan kuat, tubuhku menjadi lemah menyaksikannya dalam kondisi seperti itu.
"Katakanlah."
Aku merasa lebih tenang mendengarmu bersuara dari pada melihatmu bisu dan terkulai kaku.
Yibo mengatur napasnya lebih keras dan berusaha untuk kembali bersuara di tengah usahanya menjaga kesadaran. Ketika ia gagal, ia mencobanya lagi seolah apa yang akan ia katakan menjadi hal terakhir yang ia perjuangkan dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDIOT HUSBAND [Tamat✓]
FanfictionKehidupan 30 tahunnya yang sempurna tiba-tiba menjadi kacau akibat sebuah tradisi yang tak bisa ia hindari. Menikahi seseorang yang tidak ia kenali, lebih baik dari menikahi orang yang ia kenal saat ini. Xiao Zhan tidak punya pilihan lain selain men...