1.Gantungan kunci

54 10 0
                                    

-Jika bertemu denganmu adalah sebuah kebetulan, lantas mengapa harus ‘dirimu’ di saat ada miliaran manusia lain yang hidup di bumi?-

------


“Cilok, Jeng. Cilok!”

Alka berseru seraya menepuk punggung Ajeng, temannya yang tengah mengemudi motor saat melihat penjual cilok dalam perjalanan pulang dari tempat kerja.

Ajeng menghentikan motornya tepat di depan Abang penjual cilok. Alka langsung turun dari motor dan memesan jajanan itu, sedangkan Ajeng melangkah menuju penjual es teh.

“Ciloknya lima ribuan dua, Bang”

“Siap, Neng” balas penjual cilok kemudian mulai memasukkan cilok ke plastik transparan sesuai pesanan Alka.

“Al, sekalian nongkrong dulu yuk!” Ajak Ajeng mengarahkan dagunya ke arah kursi kayu memanjang di pinggiran jalan itu dengan dua cup es teh di kedua tangannya.

“Ide bagus” Alka mengacungkan jempolnya sebelum menerima cilok yang sudah ia bayar kemudian berjalan menuju kursi memanjang yang Ajeng maksud.

“Mas?” Panggil Alka pada seorang laki-laki yang baru saja meninggalkan kursi karena menjatuhkan sesuatu yang mungkin adalah milik laki-laki itu.

Karena laki-laki tadi tak menjawab, Alka mengambil gantungan kunci berbentuk papan selancar di atas kursi tadi dan menghampiri laki-laki itu.

“Mas?” Panggil Alka lagi seraya menahan ujung ransel yang dikenakan laki-laki berseragam putih abu-abu itu hingga membuatnya menoleh.

“Ini punya Masnya bukan?” Tanya Alka seraya menunjukkan gantungan kunci di tangannya.

Laki-laki itu nampak terkesiap dan langsung mengecek resleting ranselnya.

“Benar” ucap laki-laki itu kemudian meraih gantungan kunci yang Alka berikan. “Terimakasih”

Alka hanya mengangguk kemudian melangkah pergi menghampiri Ajeng yang sudah duduk manis di kursi kayu seraya meminum es tehnya.

“Widih, ganteng juga tuh cowok” komentar Ajeng begitu Alka duduk di sebelahnya.

“Inget, dia masih seragam putih abu-abu!” Sindir Alka seraya melahap ciloknya.

“Alah, sekarang umur nggak jadi masalah keleus, Al!” Ucap Ajeng seraya mengambil bungkus cilok yang satunya.

“Mau jadi tante girang lo?!”

Ajeng menoleh kemudian nyengir.

***

Leo menatap ke arah sampingnya yang terasa kosong saat menduduki kursi kayu yang ada di pinggiran jalan itu untuk pertama kali.

Hari ini perasaan Leo bisa dikatakan sedang tidak baik-baik saja. Kejadian malam itu sungguh membuat perasaan Leo kacau hingga ia tak bisa memiliki pilihan lain selain menghindar untuk saat ini.

“Ehm, Le… kayaknya gue mau nyatain perasaan gue ke Jaja deh hari ini”

Ucapan Marko malam itu masih terngiang, membuat Leo semakin bingung dengan perasaannya sendiri.

Jaja adalah Senja, sahabatnya sejak SMP, juga… gadis yang Leo sukai. Bagaimana bisa?

Leo benar-benar terjebak dalam situasi---antara pertemanan dan asmara.

Marko adalah temannya, namun Senja gadis yang Leo sukai. Haruskah ia bersaing cinta dengan temannya?


Malam itu Leo benar-benar bimbang. Haruskah ia menyusul Marko yang hendak menemui Senja?

Leo menatap kepergian Marko dari rumah Senja dengan rasa penasaran.

Apakah Senja menerima Marko?

Saat melangkah hendak melewati pagar rumah Senja yang terbuka, Leo tercengang dengan pemandangan yang baru saja ia lihat.

Seorang pria mencium gadis yang ia sukai di depan matanya. Dan pria itu bukanlah Marko.

Perlahan Leo membalikkan badannya, melangkah pergi dengan hati yang patah.

“Harusnya gue nggak datang waktu itu...” gumam Leo menyalahkan diri. “Andai gue bisa ngungkapin perasaan gue lebih dulu”

Leo menghembuskan napas berat kemudian beranjak, memutuskan untuk pergi.

Duduk di tempat yang biasa Leo singgahi bersama Senja hanya akan membuatnya semakin galau.

“Mas?”

Leo menghentikan langkahnya saat seseorang menahan ranselnya dari belakang.

“Ini punya Masnya bukan?” Tanya seorang perempuan yang masih mengenakan seragam kerjanya seraya menunjukkan gantungan kunci di tangannya.

Leo terkesiap dan langsung mengecek resleting ranselnya yang kini nampak kosong.

“Benar” ucap Leo begitu menyadari jika gantungan kunci miliknya terjatuh.

“Terimakasih” ucap Leo menerima gantungan kunci tersebut.

Perempuan itu hanya mengangguk kemudian pergi meninggalkan Leo yang kini menatap gantungan kunci di tangannya.

Gantungan kunci milik Senja.

A Great Couple[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang