"Jadi bagaimana, Tania?" Olivia menatap Tania yang berada di sampingnya dengan raut wajah yang membuat siapapun—terutama Tania—ingin melemparkan sesuatu kepadanya.
"Apanya bagaimana?" jawab Tania acuh. Ia hanya mengutak atik ponselnya, membuka instagram, dan terkadang memberikan 'like' pada foto yang dianggap menarik. Bukannya ia tidak memerhatikan Olivia dan bukannya ia tidak tahu arah pembicaraan gadis itu. Tapi, ia tahu jika pembicaraan ini tidak akan ada habisnya jika ia menanggapi.
Olivia kemudian mengambil bantal berbentuk domba dan meletakkannya di pangkuannya. Bantal yang katanya Tania dapatkan dari doorprize acara ulang tahun Rumah Sakit Ephrata tahun lalu.
"Lo tahu pasti apa yang gue maksud, Tan." Olivia menatap Tania dengan tatapan menyelidik. Tania hanya menggedikkan dagunya. "Lo ada hubungan apa sama dokter Kevin?"
Tania tergelak. Benar, kan.
Setelah tawanya mereda, Tania menghela napas berulang kali, "Astaga Oliv, gue sama dia cuma teman. Rekan kerja. Ya mungkin lebih dari itu. Tapi tidak lebih dari teman. Gue jamin itu."
Entah disadari atau tidak, tatapan Tania meredup ketika mengucapkan kalimat itu. Teman katanya? Mereka memang berteman, tapi ada sesuatu yang terjadi di dalamnya. Bukan sesuatu yang dipikirkan Olivia, tapi sesuatu yang lain.
Olivia mengibaskan tangannya, "Oke, oke. Anggap saja kalau gue percaya."
Tania mendelik, "Jadi, lo enggak percaya?"
Olivia terkekeh pelan, kemudian tersenyum penuh arti, "Gue bilang, kan, anggap saja kalau gue percaya."
Tania melemparkan bantal abu-abu kecilnya ke arah gadis itu, namun dengan sigap ditangkap olehnya. "Terserah lo aja."
"Tapi, Tan, kalau kalian berdua ada apa-apa itu bagus." Olivia terdiam sejenak, menunggu respon Tania. "Lagipula, lo udah 25 tahun dua bulan lagi. Dan lo belum punya pacar."
Tania menatap Olivia dengan tatapan tidak percaya. "Lo enggak sadar kalau usia lo dua tahun di atas gue?"
Olivia mencubit pipi Tania gemas, "Adik kecil, maksud gue adalah kenapa lo enggak cari pacar? Usia gue memang 27 tahun—dan belum menikah—tapi gue punya Erik. Dia udah janji sama gue kalau kita bakal menikah setelah dia pulang dari London."
"Lo yakin, Liv?" tanya Tania ragu. Ia sebenarnya tidak ingin menanyakan hal itu jika gadis itu tidak memancingnya. Tapi ia tidak mau kalah. Tapi ketika melihat raut wajah Olivia yang berubah, ia menjadi semakin yakin jika seharusnya Tania tidak mengungkit hal itu.
Erik yang mereka bicarakan adalah Erixon Martin. Pria yang menjadi kekasih Olivia selama 5 tahun belakangan ini. Dua tahun yang lalu, pria itu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di London. Sebenarnya sebelum kepergian Erik, Olivia sudah meminta agar mereka setidaknya bertunangan terlebih dahulu, tapi Erik menolak. Dengan alasan ia tidak ingin mengikat Olivia selama itu. Sebagai gantinya, Erik berjanji jika perasaan Olivia tidak berubah kepadanya, ia akan menikahi gadis itu sepulangnya ia ke Indonesia dan Olivia percaya.
"Tentu saja." jawab Olivia mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Encouragement
RomanceIni semua adalah fiksi. Segala kesamaan nama, karakter, tempat, maupun kejadian semuanya hanyalah imajinasi dari penulis saja. . . Young adult + Romance . . Ketika dua insan yang memiliki masa lalu masing-masing dipertemukan dalam kondisi yang suli...