Bagian 15 Rencana Pernikahan

371 60 18
                                    

Assalamu'alaikum.

Jangan lupa vote dan komen teman-teman :D

Jangan lupa pantengin IG dan Twitter ku, di sana sudah ada beberapa.

IG: windiisnn_TWT: windiisnaeni21Tiktok: windiisnaeni21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


IG: windiisnn_
TWT: windiisnaeni21
Tiktok: windiisnaeni21

Difollow sekalian hehe. 

Sebelum baca, aku mau minta komentar kalian mengenai cerita Ketika Kita Bertemu Lagi dong... Penilaian kalian mengenai cerita ini.

Besar harapanku buat kalian kasih penilaian :)

Happy reading!


Bagian 15 Rencana Pernikahan

Dia menari di suatu tempat, antara mengejar perasaannya dan lari darinya.

“Kedatangan saya kemari selain bersilaturahim, juga ingin mengobrol dengan Pak Inir mengenai niat baik saya untuk meminang putri Njenengan––Pirat.”

Baik Pak Inir, Bu Divya maupun Vadhala terkejut bukan main, mendadak ngeblank, mereka perlu beberapa saat untuk menangkap maksud dari ucapan Syaron. Bukan mereka loadingnya lama atau apa, akan tetapi, mereka sedang memastikan bahwa apa yang barusan mereka dengar adalah benar atau tidak. Dan memastikan mereka menerima atau tidak dari apa yang mereka dengar.

Melihat semua orang diam saja dan memandanginya tanpa jeda, membuat Syaron merasa kikuk. Laki-laki itu menoleh pada Pirat, gadis itu menatap kepadanya dengan cemas, dan kedua tangan yang saling meremas gugup. Syaron dapat menangkap kecemasan pada raut wajah Pirat. Kemudian, Syaron kembali menatap keluarga Pirat, terutama ayah gadis itu.

“Maaf kalau kedatangan saya membuat kalian terkejut. Tetapi saya bersungguh-sungguh ingin menikahi putri Njenengan sesegera mungkin,” ucap Syaron mantap, tanpa keraguan sama sekali. Memangnya kapan sih, Syaron tidak serius dengan Pirat? Wong hatinya sedari dulu tidak bisa berpindah ke lain hati. Selalu digenggam gadis itu, meskipun Piratnya sendiri sudah tidak peduli lagi padanya. Syaron adalah representasi budak cinta yang sesungguhnya.

“Mbak Pirat mau nikah?!” pekikan pertama keluar dari mulut Vadhala. Gadis itu sama terkejutnya dengan kedua orang tuanya. “Mbak, seriusan?” gadis berusia 21 tahun itu menatap Pirat dengan tatapan penuh tanda tanya.

“Pirat?” kali ini panggilan itu berasal dari Pak Inir. Sang ayah mentapnya skeptis, penuh keragu-raguan. Pirat menatap ayahnya cukup lama, namun pada akhirnya perempuan itu mengangguk, mengafirmasi deklarasi yang digaungkan oleh Syaron, dan menjawab pertanyaan Vadhala. Hal itu mampu membuat Pak Inir mendadak memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit. Pirat menghampiri sang ayah, menggenggam tangannya, menciumnya khidmat penuh permintaan maaf.

“Maaf, siapa nama kamu tadi?” tanya Pak Inir kepada Syaron, pria yang kini bersandar lemah di kepala ranjang rumah sakit itu mengatensikan perhatiannya kepada Syaron, tak menggubris Pirat yang tengah mencium tangannya penuh permohonan maaf.

Ketika Kita Bertemu Lagi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang