06. Seranjang.

151 17 5
                                    


"Nan, yang ini dulu, 'kan?"

"Enggak, yang itu baru yang ini, pakai cara yang kemarin diajarin."

"Lah, enggak dong. Orang ini tuh lebih susah dari kemarin."

"Sama aja caranya, pakai yang kemarin."

"Kemarin ya kemarin, sekarang ya sekarang."

"Tapi itu soalnya cara ngerjainnya kaya kemar-"

"Berisik! Ganggu orang tidur aja!" tubuhnya ia tegakkan menghadap dua sosok yang duduk di bawah, lebih tepatnya di atas sebuah karpet berwarna biru muda dengan dikelilingi buku, dua gelas minuman, dan sepiring bolu berwarna coklat.

Mengusak rambutnya kasar lalu mata sembabnya menatap dua sosok itu yang ia pikir sedang beradu argumen tak penting.

"Maaf, Sar," bola matanya ia rotasikan saat melihat cengiran menyebalkan dari seorang yang menganggu acara tidurnya.

"Ya i'm minta sorry," ikut salah satunya yang membuat Kaisar muak.

"Bapak mana?" saut Kaisar dengan nada lumayan tinggi.

"Udah pergi tadi waktu kamu tidur, beliau tadinya udah bangunin kamu tapi kamu gak bangun," jelas Nanda panjang yang mendapatkan sebuah decakan kesal, dahinya mengeryit salah satu alisnya ikut naik membuat raut wajah bingung.

"Dih, udah dikasih tau malah gak bilang makasih, untung ganteng kek Kaito," cerocosnya lalu kembali membungkukkan punggungnya dan melanjutkan aktivitas menghitungnya yang sempat tertunda.

"Kamu nangis, Sar?" bola mata Kaisar membulat, menyentuh pipinya saat telunjuk Nanda mengarah pada wajahnya.

"E-enggak, lah! Ngapain nangis?!"

.

.

.

.

.

Kedua tangannya meremat selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, matanya menatap langit-langit kamar yang gelap. Sudah lebih dua jam dari waktu tidurnya namun tak ada tanda-tanda bahwa Kaisar ingin menutup matanya.

"N-nan," panggilnya pelan dan ragu-ragu, sekaligus takut menganggu sosok Laki-laki dengan Piyama hitamnya yang bermotif rumus Matematika yang sedang tertidur dibawah sana.

"Nanda," tubuhnya yang semua berbaring sekarang ia tegakkan menghadap Laki-laki itu namun masih nyaman pada kasur yang sekarang ia duduki.

Suara decitan khas kasur terdengar menekan telinga, Kaisar bangkit dengan tangan memeluk bantal setelah berperang argumen didalam otaknya matang-matang.

Kaki jenjangnya yang berbalut celana panjang berbahan katun dengan warna hitam melangkah perlahan menuju kasur tipis di dekat ranjangnya tadi.

Kaisar meletakkan bantalnya di samping Nanda yang memunggunginya, dengkuran halus dapat Kaisar dengan. Tubuh Kaisar ia rebahkan menyamping ikut memunggungi punggung lebar milik Nanda.

"Gue emang selalu sendiri, tapi gue takut gelap, Nan."











Budayakan comment!

Lestarikan vote!

Di Tolak { Shinichi × Kaito }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang