09. Bersama Kegelapan.

74 9 3
                                    


Menurut Kaisar anak kecil itu merepotkan, sering merengek tak jelas, berteriak bak manusia kesurupan, meminta macam hal yang membuatnya pusing bukan main.

Tapi mungkin hari ini ia sial, benar-benar sial sekali!

Tante Kiran menitipkannya seonggok manusia berwajah sama seperti si pecandu rumus sialan itu. Ah! Mengingat wajahnya saja membuat wajahnya memanas bukan main, apalagi merasakannya berada persis di belakang punggungnya saat tidur. Itu menyebalkan!

Kali ini Kaisar cukup bersyukur, sebab Tante Kiran pergi saat Gabi terlelap, berdoa saja jika anak itu tak bangun hingga sang induk kembali.

Dan dia juga merutuki kebodohan Nanda yang mau-mau saja ikut berkunjung kerumah teman Ibu-nya itu, padahal ia sudah memasang wajah memelas, untuk menghasut Nanda agar tak terlalu menurut.

Kaisar melakukan itu karena ia mudah bosan, apalagi sendirian di rumah, bahkan ia sudah hampir tiga kali mengelilingi rumah mencari sesuatu yang membuat matanya berbinar, namun tak ada apapun yang memikat matanya.

Ah! Kaisar ingat sekarang, ia belum pernah memasuki kamar yang ada di ujung lantai dua, ngomong-ngomong ia super penasaran dengan kamar itu, apalagi ia pernah di ancam oleh Nanda untuk tidak memasuki ruangan itu.

Tunggu! Pikiran Kaisar melayang negatif, memikirkan apakah keluarga Nanda melakukan pesugihan?! Akh! Salahkan otak sialannya yang hanya bisa berfikir yang bukan-bukan. Okey, dia penasaran, maksudnya sangat penasaran.

Lupakan ancaman tak bermakna milik Nanda. Kalau di ingat-ingat, prinsip Kaisar adalah Larangan itu Perintah. Tak apalah, sekali-kali berbuat nakal.

Dengan langkah tergesa dan wajah berbinar, berjalan cepat menuju ujung lorong lalu berhenti tepat di depan kamar. Terdapat sebuah kertas buffalo hitam dengan tulisan berwarna emas, tertempel apik dengan tali yang menahan kertas tersebut.

!!
Dilarang masuk kamar tanpa izin!

-Tertanda, Felnando-

Mata Kaisar memicing membaca barisan kalimat itu. Jiwa penasarannya seketika bergejolak, bertanya-tanya siapa pemilik kamar ini.

Tangan kanannya menarik kenop pintu, matanya memancarkan semangat yang luar biasa kala pintu tersebut tak terkunci. Mungkin semesta mengizinkannya untuk menghilangkan rasa penasaran ini.

Pintu terbuka lebar, menampakkan satu ruangan cukup lebar dengan lampu remang-remang di ujung ruangan. Dengan langkah tegas kaki Kaisar melangkah memasuki kamar.

"Gede bener nih kamar, kaga kaya kamar Nanda yang kecil," gumamnya, lalu menduduki ranjang king size dengan seprai bergambar salah satu animasi favoritnya asal Jepang. Detektif Conan.

"Kalo diliat-liat, cuma kamar ini doang yang gedenya gak ngotak," tubuh Kaisar mendarat dengan mulus pada ranjang, matanya menatap langit-langit.

Tak berselang lama Kaisar kembali bangkit kala kornea matanya menangkap sebuah figura kecil dekat rak buku. Melangkah lebar lalu meraih figura tersebut, mata Kaisar menelisik detail foto yang terpasang apik didalam figura.

"Mirip Tante Kiran, nih bocah," gumam Kaisar lalu kembali meletakkan figura tersebut.

Kakinya membawa pada sebuah rak buku yang berisi jajaran buku, menarik salah satunya yang ternyata adalah sebuah komik. Tunggu, mata Kaisar tak salah melihat, 'kan? Tiba-tiba tubuhnya dibuat merinding saat melihat cover komik tersebut menampakkan dua Laki-laki saling bercumbu.

"Ternyata nih bocah satu spesies kaya Gema ama Hasbi." Kaisar mengembalikan lagi komik tersebut pada tempat asalnya.

Kembali berjalan menyusuri ruangan, mata Kaisar berbinar menatap dua buah konsol games yang tertata rapi di atas karpet berbulu tebal, dan jangan lupakan sebuah kamera kanon diatas meja belajar.

"Kok gue tiba-tiba kangen Jakarta sih, Bambang?!"

.
.
.
.
.

Tubuhnya terpelanting cukup jauh, ouch! Wajahnya, 'lah, yang pertama kali mendarat diatas lantai dingin.

"Goblok!" mata Kaisar membulat sempurna, apa-apaan itu?!

"Gue udah bilang jangan pernah masuk kamar ini, anjing!" dengan kasar Nanda menendang keras kepala Kaisar yang masih tertelungkup diatas lantai.

"S-sorry," lirih Kaisar sambil menutupi area telinganya.

"Bacot! Keluar lo dari sini!" Kaisar memekik sakit tak kala Nanda menarik rambutnya kasar hingga ia berdiri dengan tangan berusaha melepaskan jambakan dari Nanda.

"N-nan, sakit woy! Lepas, Nan!"












Budayakan comment!
Lestarikan vote!

:)

Di Tolak { Shinichi × Kaito }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang