Bagian 2

7 2 0
                                    

"Kalau mereka memang anak yang baik pasti sudah berkunjung ke sini. Ayahnya sudah tidak bekerja tapi tidak ada satupun yang peduli." Lagi dan lagi Keanna harus mendengar kalimat itu terlontar dari mulut Ibunya.

"Sudah, nanti Keanna bisa mendengar semuanya." Sahut ayah sambungnya.

Terlambat!

Keanna sudah mendengar semuanya.

Tangan yang tadinya terulur untuk membuka gagang pintu kini terhempas begitu saja. Membuat tubuh Keanna menegang dan perlahan bergetar dengan sendirinya.

Kepingan-kepingan memori buruk itu kembali berdatangan membuat Keanna mau tidak mau harus merasakan sesak di dadanya. Sebagian dari dirinya mengatakan Keanna harus bisa menahannya.

Ayolah, Keanna harus bisa!

Ini bukan kali pertama Keanna berhadapan dengan situasi ini. Kamar Keanna yang berhadapan dengan orang tuanya membuatnya sedikit banyak mendengar perdebatan mereka. Perdebatan yang selalu sama setahun belakangan ini.

Sejak itulah kehidupan Keanna semakin tidak baik - baik saja. Memaksanya berhadapan dengan dua pilihan.

Kembali bersembunyi atau melarikan diri.

Hanya itu yang bisa dia lakukan.

~~

"Kamu udah makan?" Itulah salah satu pertanyaan yang selalu Keanna dapatkan ketika baru memasuki mobil.

"Udah," balas Keanna sambil memasang seat belt.

Keanu mulai melajukan mobilnya secara perlahan sambil sesekali melirik ke arah Keanna yang sejak tadi hanya diam. Entah apa yang menarik di depan sana sehingga Keanna lebih memilih menatapnya. Sekilas memang nampak tenang, namun helaan nafas yang berat semakin terdengar jelas.

Takut!

Keanu takut, bagaimana jika Keanna sebenarnya tidak baik - baik saja? Selama ini Keanna memang pendiam hal itulah yang membuatnya berhati - hati dalam memilih kata agar tidak menyakiti Keanna.

Merasa diperhatikan, Keanna memindahkan atensinya pada laki-laki yang berada di sampingnya. Menaikkan sebelah alisnya sangsi sebelum akhirnya bersuara.

"Apa?"

"Ada yang mengganggu pikiran kamu?" Tanya Keanu lembut. Sadar atau tidak, laki-laki itu berusaha terlihat tenang ketika tak kunjung mendapat jawaban dari Keanna.

"Iya?" Bukannya menjawab Keanna justru kembali melempar pertanyaan.

Bodoh! Umpat Keanna dalam hati. Keanu tidaklah mudah dibohongi! Seharusnya dia tidak melupakan fakta itu.

"Aku butuh jawaban Keanna bukan sebaliknya." Mengingat Keanna tidak akan bercerita jika dirinya tidak memaksa membuat Keanu sedikit menekankan kalimatnya.

"Kamu lupa? pikiranku selalu penuh." Tidak mau menampiknya Keanna justru menjawabnya dengan sarkas. Sedikit terkejut dengan tindakannya membuat Keanna kelabakan sendiri.

Berbeda dengan Keanu yang memilih bungkam karena sepertinya salah membaca situasi. 

~~

"Sayang, Mama kangen sekali." Pelukan hangat menyambut kedatangan Keanna. Sejenak Keanu bisa menghela nafas lega melihat Keanna kembali menampilkan senyum hangatnya.

"Aku mandi dulu." Pamit Keanu meninggalkan mereka yang tengah berpelukan seolah baru bertemu setelah bertahun-tahun terpisah.

"Iya jangan lama-lama, setelah ini kita makan malam bersama." Balas Lami-Mama Keanu sekaligus wanita yang dipanggil Keanna dengan sebutan "Mama."

"Ma, Anna bawakan cake kesukaan mama."

Lami menerimanya sebelum menuntun Keanna menuju dapur, terlihat semua masakan sudah siap dan tinggal dihidangkan saja. Salah satunya ada ayam kecap, makanan kesukaan Keanu.

Ah, Keanna jadi merasa tidak enak.

Seingatnya tadi sebelum berangkat Keanu sempat memberi tau Keanna agar dirinya tidak perlu khawatir karena Lami masih dalam perjalanan. Keanna bahkan baru menyadari dirinya masih menggunakan seragam kantornya. Berbanding terbalik dengan Lami yang terlihat anggun mengenakan dress vintage berwarna coklat. Beruntung dirinya masih sempat membeli cake untuk Lami. Sore tadi, tanpa mengabari Keanu tiba - tiba menjemputnya untuk makan malam bersama Lami. Keanna sempat menolak dengan alasan tidak membawa baju ganti namun bukan Keanu jika tidak berhasil meyakinkan Keanna.

"Kamu pasti sibuk ya? sampai jarang mengunjungi Mama." Ucap Lami yang membuat Keanna mengeratkan genggaman pada gelasnya. Sebelum akhirnya menampilkan raut wajah merasa bersalah. Dua minggu yang lalu, Keanna memang tidak mengunjungi Lami dengan alasan kesibukannya. Keanna bahkan berusaha agar semuanya terdengar begitu meyakinkan. Tidak mungkin dirinya muncul di hadapan Lami dengan kacau terlebih karena masalah yang sama yaitu keluarganya.

"Maafin Anna ya Ma." Keanna hanya bisa melontarkan kalimat itu.

Maaf untuk apa Keanna?

Untuk dirinya yang kembali membohongi mereka?

"Gapapa sayang, tapi mama minta kamu jangan capek-capek ya." Ucap Lami sambil memindahkan soup yang berada dalam panci ke mangkok yang ada di hadapannya. Keanna menganggukan kepala sebagai tanda mengiyakan. Lami selalu ingin yang terbaik untuk keluarganya, hal itu terlihat jelas karena sepulang bekerja dirinya masih menyempatkan waktu menyiapkan makanan untuk keluarganya. Padahal sudah ada mbak Nik yang bantu - bantu di rumah.

"Tadi pasien mama banyak ya?" Sebelum pembahasan itu semakin berlanjut Keanna sengaja mengubah topik.

"Gak terlalu banyak, Cuma tadi ada beberapa pasien yang membuat para suster kewalahan jadi Mama membantu mereka dulu." Keanna menganggukkan kepala pertanda dia paham.

"Besok Anna mampir ke rumah sakit boleh Ma?" Keanna menoleh sebentar menunggu jawaban dari Lami. Jarak rumah sakit yang tidak terlalu jauh dari kantornya membuat Keanna sering mampir, itupun kalau tidak terbentur dengan jadwal praktek Lami.

"Boleh sayang, kamu boleh mengunjungi Mama kapan saja dari dulu kamu selalu bisa."

Rasanya Keanna ingin sekali memeluk Lami lalu menangis sekencang-kencangnya. Selama ini Lami telah memberikannya perhatian yang tulus layaknya seorang Ibu kepada anaknya. Hal itulah yang membuat Keanna susah menyembunyikan sesuatu pada Lami. Bahkan bisa dibilang dirinya sedikit terbuaka dengan Lami dibandingkan Ibunya sendiri.

"Biar mama saja yang melanjutkan kamu ke atas saja suruh Keanu segera turun." Lami mengambil alih kegiatan Keanna menata meja makan.

"Baik Ma." Keanna berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan lebih dahulu.

"Anna" baru saja Keanna berbalik badan Lami sudah memanggilnya sehingga membuatnya menghentikan langkah kemudian berbalik.

"Iya Ma?"

"Terkadang kita tidak bisa menggunakan hati dan logika secara bersamaan tapi paling tidak kamu bisa memilih salah satunya."

Mendengar itu membuat tubuh Keanna mematung dan lidahnya terasa kelu.

Rasanya dirinya seperti penipu yang sedang tertangkap basah dan tidak bisa berkutik lagi.






Update lagi nih gaesss

Jangan lupa vote dan komen yaaa ^^

Thank youuuu

byna

The Day That I Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang