Bagian 3

7 2 0
                                    

Prank...

Prank...

Prank...

"Kembalikan anakku! Aera! Aera!" Begitulah jeritan salah satu pasien bersamaan dengan aksi melempar barang yang ada di sekitarnya. Beberapa suster terlihat kesusahan untuk menyuntikkan obat penenang. Keanna yang kebetulan melewati ruangan tersebut sengaja menghentikan langkahnya. Hatinya terasa teriris melihat wanita paruh baya tersebut tidak terkendali.

Keanna teringat tiga tahun yang lalu, di saat dirinya nyaris kehilangan segalanya. Mulai dari Bibi tersayangnya lalu sang ibu yang memutuskan menikah setelah menjadi single mother selama bertahun - tahun. Keanna memberi restu, berharap mempunyai keluarga yang sempurna. Bukan hanya dirinya dan sang ibu melainkan bertambah sosok Kakak dan Ayah yang belum pernah ada dalam hidupnya. Sayangnya, semua tidak berjalan dengan baik. Kenyataan bahwa anak - anak Ayah sambungnya tidak menyukai Keanna dan Ibunya membuat semua semakin rumit.

Sejak saat itu, Keanna terus menyalahkan dirinya sendiri karena membiarkan Ibunya kembali menderita. Keanna memilih memendamnya, selain tidak ada orang yang dipercaya dirinya juga tidak mempunyai siapa - siapa.

Setelah merasa cukup puas menangisi keadaan yang tidak berkesudahan. Keanna memutuskan menemui Psikolog. Selama enam bulan lamanya Keanna rutin ke rumah sakit ini. Bukan hanya lelah secara fisik dirinya juga harus mengorbankan banyak hal, seperti waktu dan uang . Hingga dirinya bertemu dengan Keanu Atmaja, laki - laki baik yang bersedia mengulurkan tangan kepada Keanna. Yang dibalas Keanna dengan kebohongan. Keanu tidak pernah tahu jika Keanna hanyalah perempuan tidak waras yang bergantung hidup padanya.

"Namanya Bu linda." Keanna tersentak kaget ketika suster Retta tiba - tiba membuyarkan lamunannya.

"Iya?" Keanna seakan tidak mampu melanjutkan kalimatnya.

"Beliau kehilangan putrinya setelah mengalami kecelakaan tunggal karena mobil yang dikendarainya menabrak pembatas jalan. Bu Linda sangat terpukul sehingga mentalnya terguncang." Jelas suster Retta

"Saya boleh masuk Sus?" Entah dorongan dari mana Keanna melangkahkan kakinya perlahan tanpa rasa takut sedikitpun.

"Mbak Anna!" Panggil suster Retta yang takut terjadi sesuatu pada Keanna namun tidak dihiraukan Keanna.

Kamar rawat itu tampak kacau bahkan peralatan makan yang sepertinya bekas makanan bu Linda sudah tergeletak di lantai.

Langkah kaki Keanna yang semakin dekat membuat Bu Linda mengarahkan pandangannya. Iris mata ke duanya saling bertemu seakan terkunci.

"Ibu" Sorot mata yang teduh dan suaranya yang lembut seolah mampu mengalihkan perhatian Bu Linda. Para suster yang melihat Bu Linda terdiam segera menyuntikkan obat penenang.

Kehilangan secara tiba-tiba memang bukanlah hal yang mudah dihadapi oleh mereka yangditinggalkan. Itulah mengapa semua orang harus siap kehilangan, termasuk Keanna?

"Mbak Anna, terima kasih sudah membantu Bu Linda." Suster Retta berjalan beriringan bersama Keanna. Mereka memang sedikit akrab karena dulu Suster Retta pernah membantunya.

"Itu sudah menjadi kewajiban kita untuk membantu sesama Sus." Jawab Keanna seraya tersenyum lembut.

"Kalau tidak salah putri Bu Linda seumuran dengan mbak Keanna, mungkin beliau mengira mbak Anna adalah putrinya." Ucap suter Retta.

"Sudah berapa lama Bu Linda berada di sini sus?"

"Tiga tahun mbak dan selama itu juga putranya tidak pernah absen datang ke sini untuk menjenguk Bu Linda. Saya merasa kasihan pada putranya yang harus menunggu lebih lama lagi untuk bisa berkumpul bersama. Ketika seseorang terguncang bukan hanya dirinya yang hancur tapi ada orang lain juga yang akan ikut terluka, begitulah hidup."

Tubuh Keanna menegang senyumnya seakan ikut lenyap, telinganya seakan berdengung berlanjut dengan tangannya yang ikut bergetar. Beruntung tidak berangsur lama sehingga dia segera sadar.

Seakan paham dengan kondisi Keanna membuat suster Retta merasa bersalah karena sudah banyak berbicara.

"Maaf mbak saya tidak bermaksud." Berharap Keanna bisa sedikit tenang.

"Tidak apa-apa sus, kalau begitu saya kembali ke ruangan Dokter Lami ya takutnya beliau menunggu saya." Keanna berjalan menjauh dari suster Retta, sebenarnya Keanna sudah tahu hal ini akan terjadi. Itu sebabnya dia selalu menyiapkan hati dan mentalnya setiap kali datang ke tempat ini.

~~

Keanna mengetuk pintu yang di depannya bertuliskan dr. Lami Kelayu S.Psi, M.Psi.

"Silahkan masuk." Keanna menyembulkan kepalanya sebelum akhirnya memperlihatkan seluruh badannya. Lami terlihat sedang membaca berkas, mungkin diagnosis pasien - pasiennya.

"Sayang, mama sudah menunggu dari tadi. Kamu sama siapa? Keanu ya?" Lami melepas kaca mata bacanya lalu berjalan mengambilkan secangkir teh untuk Keanna.

"Aku sendiri Ma, tidak perlu repot-repot Ma." Lami tersenyum hangat lalu meletakkan teh tersebut di hadapan Keanna.

"Sayang nanti-" Ucapan Lami terpotong karena dikejutkan suara pintu yang dibuka secara kasar.

"Tadi kan aku minta tunggu sebentar kenapa masih ditinggal?" Keanu menutup pintu kembali lalu ikut bergabung duduk di samping Keanna. Wajahnya terlihat memerah serta peluh membasahi wajahnya. Belum lagi kemejanya yang berantakan benar - benar bukan seperti Keanu.

"Kenapa tidak ketuk pintu dulu sih sayang, kalau Mama baru ada pasien bagaimana?" Lami menasehati secara halus. Sebelumnya Keanu memang tidak pernah seperti ini berhubung dirinya paham mengapa Keanu seperti ini membuatnya enggan melanjutkan berbicara.

"Mama..." balas Keanu

"Keanna juga biasanya ke sini sendiri." Lami menenangkan Keanu yang terlihat merajuk seperti anak kecil, berbeda dengan Keanna yang memasang wajah datar. Kemudian beranjak dari duduknya untuk mengambilkan minum Keanu. Lelaki itu butuh minum agar bisa berhenti berbicara.

"Minum." Ucap Keanna yang tidak bisa ditolak Keanu. Tangan Keanna terulur untuk mengambil tisu di depannya menempelkan pada dahi Keanu yang sedikit berkeringat.

"Kamu lari dari parkiran ke sini?" Tanya Lami yang diangguki Keanu.

Lami benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan putra bungsunya jika sudah menyangkut Keanna.

"Keanna gak bakal ke mana - mana" Lanjut Lami.

"Tapi ma, kalau bisa berdua kenapa harus sendiri." Lami hanya bisa menggelengkan kepala heran, ada saja alasan anaknya yang satu ini.

Berbeda dengan Keanna yang sejak tadi hanya duduk anteng di tempatnya menyaksikan perdebatan antara ibu dan anak tersebut.

"Oh iya, Mama tadi mau bilang kalau nanti malam kita akan makan malam bersama Papa dan Mas Kaivan. Kamu tidak keberatan kan sayang?" Lami beralih meminta persetujuan Keanna.
Kaivan Atmaja adalah kakak Keanu, biasa dipanggil Mas oleh Lami karena mereka masih ada keturunan Jawa.

"Tentu Anna mau, Ma." Keanna tersenyum sebagai tanda mengiyakan. Diam - diam jari tangannya bergerak mengusap punggung tangannya gelisah. Hal itu tidak luput dari pandangan Lami membuat dirinya sadar jika Keanna- putrinya kembali tidak baik - baik saja.












Jangan lupa vote dan komen ya ^^

byna



The Day That I Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang