22 - Ini nyata

14 4 0
                                    

Mareta mengerjapkan matanya pelan ketika Cewek itu baru saja bangun dari tidurnya. Tanpa disadari pikirannya tiba-tiba terlintas begitu saja kejadian yang terjadi kemarin malam. Apa ini mimpi?rasanya semua itu seperti mimpi. Untuk memastikan jika ini bukan mimpi cewek itu menatap jari manis tangan kanannya. Dan benar disana melingkar sebuah cincin berlian. Mungkin saat-saat ini terlalu cepat buatnya, tetapi dirinya tidak bisa melawan takdir jika memang ini terjadi secepat itu.

Senyuman tersungging di bibir Mareta. Kenapa hari ini rasanya begitu bahagia. Sesekali tangannya dengan sengaja menepuk kedua pipinya dengan merasakan apakah ini sakit atau tidak. Dan itu sakit.

"Gue beneran dah dilamar ya."gumam Cewek itu masih dengan keadaan yang sulit percaya kenyataan saat ini. Ini rasanya seperti mimpi.

Mareta pun segera bergegas ke kamar mandinya untuk menyadarkan dirinya dari mimpi yang ternyata memang nyata. Sedangkan Azka cowok itu kini sudah berada di meja makannya pagi-pagi sekali.

"Kok udah bangun?"tanya mamah cowok itu yang heran , karena biasanya Azka selalu telat bangun.

"Udah dong Ma."jawabnya dengan wajah berserinya.

"Ada yang lagi bahagia nih."ledek Papanya yang baru sampai di meja makan.Azka hanya menampilkan raut wajahnya seperti tadi, yang selalu berseri-seri.

"Mau nikah kapan?"Azka menolehkan pandangannya pada sang Papa yang duduk di sampingnya. 

"Belum tau Pa."jawabnya dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Loh, gimana kok belum tau, lebih cepat lebih baik nak."saut sang Mama.

Azka beralih menatap sang Mama"Nanti mau di bicarakan dulu sama Reta Ma."ucapnya.

"Yaudah, ditunggu ya."Azka mengangguk.

***

"Bun."ucap Mareta menghampiri sang Ibunda yang sedang menyiram beberapa tanaman di depan rumahnya.

"Iya, Kamu nggak ke kampus?"tanyanya yang melihat mareta masih menggunakan piyamanya.

Mareta menggeleng"Hari ini nggak ada jadwal, jadi di rumah aja"jawabnya.

"Yaudah bantuin Bunda aja."ucapnya sembari menyerahkan selang air ke tangan anaknya.

Mareta hanya pasrah dan menerima selang air itu. Sebenarnya ia malas jika harus menyiram bunga, tetapi karena bingung tidak ada kerjaan akhirnya ia mau melakukan itu. Sedangkan sang Ibunda kini sudah masuk ke dalam rumahnya entah apa yang akan dilakukannya.

Sembari menyiram tanaman Mareta sesekali bersenandung kecil ketika mengingat lagu-lagu yang baru saja di dengarnya. Selesai dengan kegiatannya menyiram tanaman, Mareta segera kembali masuk ke dalam rumahnya untuk sarapan.

Di meja makan kini hanya ada kehadiran adik dan sang Ibunda yang sedang menyiapkan makanan itu.

"Nggak kuliah Kak?"tanya sang adik.

Mareta hanya menjawab dengan gelengan kepala. 

"Ayah udah berangkat Bun?"

"Udah."jawab sang Ibunda.

"Bun Avin mau berangkat dulu ya."ucap Alvin setelah selesai dengan sarapannya.

"Iya hati-hati ya."Alvin mengangguk.

****

"Assalamualaikum."ucap Azka , yang baru sampai di rumah pacarnya, ralat bukan pacar tetapi calon istri.

"Waalaikumussalam, eh nak Azka."

"Iya Tante, Retanya ada?"ucapnya.

ƒαтυσυѕ ℓσνє (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang