ruangan itu masih sama.
pengap dan menjijikan. luna masih terkurung sejak hari pertamanya, luna masih mendapati dirinya sudah tidak tahu siang dan malam, luna masih sering memeluk dirinya sendiri saat dingin mulai menghantamnya lagi, luna masih mendapati dirinya terisak dalam tidurnya.
yang beda hanyalah, kini disampingnya ada draco.
suara gedubrak keras membangunkannya tadi, ia belum sempat mencerna apa yang terjadi. mengapa orang gila lainnya mengirim tuan rumah di tempat ini, mengapa draco terseret tanpa berontak, mengapa draco bergetar hebat saat tubuhnya terdorong, luna belum sempat menanyakannya.
suaminya itu masih tampak terguncang.
bahkan, setelah luna mengulurkan tangannya untuk membantu draco dan mendudukkannya di lantai dingin yang setidaknya tidak lembab pun draco masih saja diam.
sorot matanya penuh dengan kebencian yang luna yakin ditujukan pada pria tadi, luna tidak tahu siapa dia. tapi pria itu jugalah yang telah menculiknya sehingga ia berakhir di tempat ini.
"lovegood.."
luna beringsut mendekat, "ya, draco? kau kedinginan? atau membutuhkan sesuatu?" yang kemudian jadi meringis karena mengatakan hal itu. memangnya apa yang bisa dirinya bantu? tidak ada.
draco menggeleng, "sini."
luna menurut, menggeser duduknya hingga benar-benar menempel pada bahu draco. meski gelap, luna sangat yakin matanya tidak salah melihat bahwa orang yang ada di sampingnya ini pucat pasi, dengan bulir keringat sebesar biji jagung di pelipisnya.
jelas draco tidak baik-baik saja.
apa voldemort menghukumnya lagi?
"potter, granger, dan weasley tidak ada di hogwarts, lovegood." draco memulai, "itu sebabnya pangeran kegelapan marah, pada semuanya. tapi sepertinya dia paling marah denganku karena tidak banyak yang tau kalau aku pelahap maut dan aku berada di lingkungan yang sama dengan potter."
"dan dia mengirim kau disini." gumam luna, langsung mengerti.
harry lolos dan draco hanya diam saja. pantas voldemort murka, pikir luna.
draco mengangguk masam atas dugaan luna.
gadis itu menghela nafas, dengan satu gerakan pasti tangannya melingkar dengan lembut pada tubuh draco yang tersentak mendapat sentuhan itu.
jika ini adalah keadaan normal sehari-harinya di hogwarts, draco pasti akan menyentaknya dengan kasar dan mengatai luna gadis aneh. tapi draco hanya diam saja, bahkan setelah luna berani mengelus-elus punggungnya.
"istirahat saja, draco." ucapnya lembut, "tidur, semoga saja besok sakitnya sudah hilang."
"a-apa?" gagap draco.
luna tersenyum geli, "cruciatus, kan? aku juga mendapatnya sebelum dibawa kesini. syukur aku hanya dikurung saja tanpa di siksa, jika iya aku pasti sudah hilang kewarasan."
dolohov bajingan. rutuk draco.
lelaki itu mengangguk pada luna, bersandar pada dinding. ingin berniat tidur dengan posisi duduk. ia agak meringis saat punggungnya menempel pada dinding dingin manornya, lelaki malfoy itu memejamkan matanya, memaksa dirinya untuk berangkat tidur.
lengan lelaki itu terasa terbakar saat ia baru beberapa detik saja memejamkan matanya. dalam hati bertanya, kali ini siapa lagi yang voldemort panggil untuk mendapat lampiasan amarahnya? kemudian ia mengendus malas dalam hati, sialan siapa peduli.
tubuhnya menegang, tapi gadis ini mengapa selalu saja seakan tahu? draco membuka matanya dan mendapati luna sedang meremas bahunya pelan. gadis itu kemudian beralih pada dark mark milik draco yang terlihat sebab lelaki itu hanya memakai baju dengan seperempat lengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take a Chance with Me, Will You? ✔
Fanfictiondraco gagal menjalankan misinya, sebagai hukumannya dia harus menikahi luna lovegood. [karakter milik J.K Rowling]