[5]

214 29 0
                                    

pagi-pagi sekali luna mendapati suara ribut-ribut dari lantai bawah. ya maklum saja, rumah bill dan fleur tidak sebesar the burrow yang tujuh tingkatannya.

tujuh tingkat saja sudah ramai dan ributnya kedengaran, apalagi hanya dua tingkat minimalis seperti ini. sayup-sayup luna juga dengar ada suara lain, bukan milik golden trio itu, bukan pula milik tuan rumah.

siapa ya? 

tapi nanti saja mencari tahunya, ia ingin mengecek keadaan draco terlebih dahulu.

dengan gerakan malas ia rapikan kembali bantal sofa yang jatuh ke lantai, sepertinya tersenggol atau malah tidak sengaja dibuangnya saat tidur.

fleur sudah menawarkan kamar, tapi luna memilih tidur di sofa ini saja. akan sangat memudahkannya jika sewaktu-waktu draco butuh dirinya. meskipun kelihatannya suaminya itu aman-aman saja tidur semalam.

luna juga tidak tega membangunkannya. draco sudah kehilangan tidur nyenyaknya begitu lama.

dengan gerakan pelan tangannya terulur untuk meraih ganggang pintu. ia membuka pintu kamar dengan sangat hati-hati, takut membuat suara yang akan membangunkan draco.

"hei."

luna tersenyum kikuk, "ah, kau sudah bangun."

draco mengangguk santai. ia menepuk tempat disebelahnya, mempersilakan luna masuk sekaligus duduk di sampingnya. perasaannya membaik karena tidurnya tadi malam terlampau tenang.

ia bahkan tidak terbangun sama sekali.

"bagaimana tidurmu?" tanya luna, ia menyingkirkan gorden dan membuka jendela. angin pagi yang berhembus masuk membuatnya terperanjat. "sudah lama aku tidak merasakan suasana secerah ini."

"baik, rasanya aku ingin tidur lagi." canda draco.

"kau bisa kalau kau mau. kau aman disini, draco. rumah ini dilindungi mantra fidelius". luna menghampirinya. duduk disebelah draco, dibawanya jemarinya itu untuk mengelus rambut pirang suaminya, "aku sudah bicara pada harry, kita akan cari cara untuk menyelamatkan ibumu. tonks juga akan membantu."

"tonks?"

"nymphadora tonks, sepupumu."

draco menjatuhkan pandangannya, "aku... tidak pernah mengenalnya."

"dia putrinya andromeda tonks. kakaknya ibumu, tidakkah kau pernah mendengar tentangnya? tonks istrinya profesor lupin, draco."

"mengapa kau memanggilnya dengan nama keluarganya? bukankah dia seharusnya sudah menjadi lupin?"

luna tersenyum, "dia tidak suka nama depannya. profesor lupin juga sepertinya tidak masalah istrinya akan mengambil nama keluarganya atau tidak." 

"dulu, saat aku bertanya 'mengapa kau tidak suka dengan namamu?' tonks malah marah padaku." lanjutnya tertawa. "tapi setelahnya kami jadi akrab, tonks pernah bilang dia ingin mengenalmu, setiap kali kami berbicara dia pasti setidaknya sekali saja menyinggung topik tentangmu. tapi semenjak sirius meninggal—aku dan dia jadi renggang, dia tidak pernah berbicara ingin mengenalmu lagi sejak itu, sampai kemudian tadi malam tonks dan profesor lupin datang kesini."

draco mengangguk mengerti. ia mendengarkan dengan khidmat. luna.. wanita ini.. istrinya ini.. mengapa dia tahu banyak tentang seluk beluk keluarganya? demi merlin, draco saja tidak pernah mengenal apalagi bertemu dengan andromeda tonks.

apalagi anaknya. dia bahkan baru tahu fakta itu hari ini, detik ini.

draco tahu luna berteman baik dengan ketiga kebanggaan gryffindor itu, tapi draco tidak tahu bahwa luna bahkan mengenal keluarganya sendiri. tidak hanya bibinya, melainkan sepupunya pula.

mungkin ini juga yang membuat ibunya berbesar hati mau menerima luna. dia memang punya daya tarik tersendiri untuk bisa membuat orang-orang menerima kehadirannya.

"dan ada apa mereka datang?" tanya draco, mengembalikan pembicaraan mereka yang terhenti sebentar tadi.

"membicarakan kelahiran putra pertama mereka, teddy lupin! ya tujuannya bicara pada harry sih, aku hanya tidak sengaja dengar, hehe."

draco ikut tertawa. lucunya.

"itu namanya kau menguping, lovegood. tidak sopan." canda draco.

"heiii, aku kan tidak sengaja. aku punya telinga, ya aku dengar."

keduanya jadi tertawa.

asik sekali, sampai tidak sadar dibawah sana harry, ron, dan hermione sudah pergi diikuti dengan rasa kalut yang luar biasa terpatri pada wajah bill dan fleur.

berbanding terbalik dengan kedua sejoli di lantai dua yang masih tertawa ini.

*

tok! tok!

"luna..? malfoy..? boleh kami masuk?"

pembicaraan santai disertai tawa yang ringan tadi menguar begitu saja. luna dan draco saling berpandangan. sebelum kemudian luna bangkit untuk membuka pintu, mempersilakan bill dan fleur masuk.

bill bergerak gusar, "tadi charlie datang."

charlie? ah pantas saja luna tidak mengenal suaranya. sudah lama sekali ia tidak mendengar suara lelaki itu, kalau luna tidak salah ingat.. terakhir kali ia bertemu dengan charlie adalah saat tahun pertamanya di hogwarts. 

"dan dia tentu saja tidak membawa kabar baik." lanjut fleur. ia menghela nafas, berpindah untuk menutup jendela dan memasang kembali gorden kamar. membuat suasana sedikit gelap.

"ada apa?" tanya draco.

luna mengigit bibirnya, ia juga ikut merasa gusar. apalagi dirinya baru saja menemukan fakta tidak ada suara lainnya yang terdengar, dan bill serta fleur hanya berdua saja menghampiri luna tentu menjelaskan pertanyaannya.

"kemana yang lainnya? mereka pergi atau—"

"mereka pergi, luna. bukan tertangkap." jawab bill dengan cepat. luna menghela nafas, tapi perasaannya belum juga merasa lega.

"setelah kita berhasil menyelamatkan ibumu malfoy.. kita akan bergerak ke hogwarts. kita tidak bisa mengulur waktu terlalu lama. pelahap maut yang dia kirimkan sudah banyak memberikan cruciatus curse pada anak yang tidak mau menurut. mereka sudah terang-terangan menyalahgunakan peraturan kementrian."

"dan jika dibiarkan terus menerus, akan semakin banyak korban yang berjatuhan. harry bilang dia sudah siap, malam ini orde phoenix akan rapat besar—" fleur melanjutkan penjelasan suaminya, "—terserah pada kalian akan ikut atau tidak, tapi jika tidak.. diam saja dirumah dan jangan kemana-mana."

luna memandangi draco, tidak ada yang bisa menjamin bahwa malam ini orde phoenix hanya akan mengadakan rapat, penyerangan bisa terjadi kapan saja. dan dengan kondiri draco yang belum pulih sepenuhnya... luna tidak mungkin memaksa.

"aku ikut."

luna membelak, "draco, apa-apaan!"

"apa? kalian rela bertaruh nyawa untuk menyelamatkan ibuku yang bahkan tidak melakukan apa-apa untuk kalian. lalu aku akan diam saja? tidak adil."

"draco.." 

"aku ikut."

luna menggeleng pelan, "kondisimu—"

"aku baik-baik saja."

ia melanjutkan "aku akan ikut, jangan memaksaku untuk berdebat lagi." ucap draco tegas. 

luna terdiam sebentar. kemudian jadi menghela nafas dan mengangguk, tanpa kata ia memasukkan beberapa ramuan yang fleur tahu pasti ramuan apa itu. tentu saja itu untuk draco. 

fleur sempat heran karena luna hanya mengkhawatirkan malfoy. sebenarnya seberapa parah luka yang didapatinya saat bersama luna di ruang bawah tanah itu? entahlah, fleur berharap setelah semua ini selesai ia dapat mendengar penjelasan dari luna. 

suami istri weasley itu hanya diam memperhatikan, tapi keduanya jelas tahu bahwa draco dan luna jelas ada apa-apa.

mungkin keduanya sedang menjalin kasih yang namanya berpacaran, atau bisa saja hanya saling peduli dan menjadi akrab karena terkurung di tempat yang sama.

ah, tidak tahu saja kedua weasley ini kalau luna sudah berbagi marga yang sama dengan draco.

Take a Chance with Me, Will You? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang