luna terbangun.
dengan dada yang naik turun dan nafas yang terengah-engah. keringat sebesar biji jagung itu memenuhi pelipisnya, rambutnya sudah lepek seperti habis lari marathon.
"luna..?"
sebuah suara yang muncul setelah pintu kamar itu terbuka membuat luna menoleh dengan cepat.
air matanya jatuh tanpa ia beri izin.
"hei, hei, kenapa? ada yang sakit?" sosok itu mendekat dengan panik, spontan ia mengelap keringat pada seluruh permukaan wajah luna dengan telapak tangannya tanpa jijik. ekspesi khawatirnya belum juga luntur.
"kau mimpi buruk, sayang?" tanyanya lagi.
luna tak menjawab. ia masih terisak sembari memeluk sosok itu dengan erat, sangat erat sampai rasanya luna terlalu takut melepaskannya.
"sayang.."
luna menggeleng, air matanya terus turun dan membasahi leher sosok itu.
"luna.. apa perutmu tidak sakit karena memelukku terlalu erat?" mendapati luna spontan melepas pelukannya membuat sosok itu tertawa.
luna mengerjap. tangisnya spontan terhenti saat jemarinya bergerak dengan gemetar mengelus perutnya yang membuncit, ia tersentak saat elusan lembutnya mendapat balasan tendangan dari dalam perutnya.
wanita itu menggigit bibirnya, ia ingin menangis lagi.
"luna, kenapa?"
"d-draco.."
"iya sayang, kenapa?"
benar.
sosok itu adalah draco malfoy, yang mana adalah sosok yang ia mimpikan. mimpi buruk tentang perang hogwarts beberapa tahun lalu.
"kau meninggalkanku.." lirih luna.
draco mengernyit, "aku tidak pernah meninggalkanmu. jika itu mimpi burukmu, aku—" ia menghela nafas, "aku minta maaf, luna. itu hanya bunga tidur, tidak sungguhan terjadi, bukan?"
benar.
bukan seperti itu faktanya.
draco memang nyaris terkena avada kedavra saat itu. tapi dari kejauhan si anak terpilih harry potter itu menariknya keras dengan panik sehingga draco tak sempat menyeimbangkan diri dan membuatnya jatuh terjerembab.
luna bahkan hampir saya melucuti tongkatnya pada harry, sebab salah paham mengira harry akan mencelakai draco saat itu. untung ginny yang juga menyaksikan kejadian itu ambil alih menjelaskan bahwa harry berniat menyelamatkan draco, bukan mencelakainya.
anehnya, setelah kejadian itu.. paling tidak satu bulan sekali luna akan memimpikan kejadian yang tak pernah terjadi itu. luna akan bermimpi bahwa draco terkena kutukan mematikan itu dan tak sempat menggapai mimpi-mimpi yang mereka bangun.
dan ini, sudah enam bulan sejak perang itu. artinya sudah enam bulan pula, scorpius kecil itu tumbuh dengan aman dibalik perut buncit luna.
luna menghela nafas setelah cukup tenang, "aku bingung sekali.. kenapa aku terus saja bermimpi seperti itu?"
"ya.. aku juga tidak tahu," draco menjawab jujur. tangannya terulur untuk merapikan rambut luna kembali sembari tersenyum, "apa kau ingin mencari tahunya, princess?"
"bagaimana?" luna mencicit malu dengan pipi memerah.
draco selalu saja membuatnya salah tingkah setiap kali memanggilnya dengan sebutan itu.
"perpustakaan manor punya banyak buku-buku tua yang mungkin saja punya jawaban atas itu," jika dulu draco akan menyombongkan tentang segala kepunyaannya sebagai malfoy, kini tak luna temukan lagi kesombongan itu. bahkan luna bisa mendengar nada suara yang meragu disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take a Chance with Me, Will You? ✔
Fanfictiondraco gagal menjalankan misinya, sebagai hukumannya dia harus menikahi luna lovegood. [karakter milik J.K Rowling]