luna tidak tahu bagaimana cara yang pasti untuk menggambarkan perasaannya ini.
dia senang semua yang kembali dari malfoy manor selamat, dia senang narcissa berbaikan dengan andromeda dan memeluknya ketika sampai ke hogwarts—lebih tepatnya sampai kesini, ke ruang kebutuhan— tapi dia menyayangkan draco yang tidak menyaksikan adegan reunian itu.
sebab ketika sampai, luna menemukan draco terkulai lemas dengan bercucuran darah. cairan merah pekat itu berusaha luna hentikan dengan segala cara, dia menjerit panik saat tak ada satupun yang tahu bagaimana menghentikan darah yang terus mengucur itu.
hingga setengah jam kemudian ginny datang, mengatakan harry dulu juga pernah hampir membunuh draco dengan mantra tersebut. beruntung harry juga cerita apa mantra untuk menghentikan draco yang terkoyak dari dalam.
"dia berkali-kali selamat dari kutukan tak termaafkan, luna. sectumsempra bukan apa-apa untuknya."
luna menoleh, mendapati ginny yang menyodorkan secangkir teh hitam padanya. luna tersenyum tipis, mengambil cangir itu dan menyeruput airnya sedikit.
"sepertinya kau takut sekali kehilangannya, lun." ginny bersuara lagi, lebih pelan agar luna tidak merasa tersinggung dengan ucapannya.
tapi luna tak menjawab.
dirinya masih sibuk menelisik wajah damai draco saat tertidur di kantong tidur di ruang kebutuhan yang sempit. draco sudah tak sadarkan diri tiga hari. apa yang lelaki itu impikan? mengapa ia belum mau bangun hingga sekarang.
"ginny.."
"ya, lun? ada apa?"
luna menghela nafas, "berapa lama lagi harry akan kembali?"
"aku tidak tahu, hermione melarang kami untuk mengirim patronus atau apapun. dia memerintah kita semua untuk tidak meninggalkan jejak barang sejengkal pun."
kembali helaan nafas terdengar, "hatimu pasti kacau sekali."
ginny terkekeh kecil menanggapinya. tahu bahwa luna hanya mencoba untuk bersikap baik-baik saja, tahu bahwa luna hanya mencoba untuk sadar bahwa yang sedang kacau dan marah pada dunia tidak hanya dia. ginny beringsut mendekat, memeluk luna dari samping tubuhnya.
"kau bisa cerita padaku kalau kau mau, luna." ginny berucap lembut, "aku yakin ada alasan besar mengapa kau begitu cemas pada lelaki itu, bahkan saat pertama kali kita bertemu lagi di markas besar."
"gin.."
"lun." ginny memotong, kali ini menatap gadis itu dengan tegas. "aku bukan ron, atau anak-anak lainnya. aku tidak akan menghakimimu, aku janji."
"kita bicara di pojok saja." luna bergerak lebih dulu ke pojok ruangan, tempat dimana persediaan makanan tersimpan.
ginny mengikuti. jika sampai perang di nyatakan dan tidak ada satupun yang berada di pihak draco malfoy, maka luna yang akan kesusahan sendiri. setidaknya biarkan dia mencoba menerima, ginny yakin luna punya alasan kuat mengapa luna begitu membela draco malfoy.
mungkin lelaki itu sudah berjasa besar dalam melindungi kewarasan luna di rumahnya? siapa tahu, kan.
"jadi?" tanya ginny saat mantra selencio sudah terlempar di sekitaran mereka.
luna meneguk ludah, "bersumpah untuk tidak menjerit, atau mengeluarkan reaksi yang dapat mengundang mereka untuk tau apa yang kita bicarakan, gin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take a Chance with Me, Will You? ✔
Fanfictiondraco gagal menjalankan misinya, sebagai hukumannya dia harus menikahi luna lovegood. [karakter milik J.K Rowling]