tujuh; double j ngambek

359 61 5
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

jeffrey baru saja membuka pintu rumahnya. kali ini, rumahnya nampak sepi. yang biasanya diisi dengan teriakan kedua anaknya, kini telinganya tidak disambut dengan teriakan kedua anak itu.

matanya bergerak mencari dua sosok yang dia cari. tidak ada, mungkin mereka ada di kamarnya.

"papa pulang. abang, adek, kalian dimana, nak?" panggilnya yang tak mendapat sahutan sama sekali.

jeffrey mendudukkan dirinya pada sofa panjang yang ada diruang keluarga rumahnya. membuka ponsel dan melihat barang kali ada chat dari kedua anaknya yang belum ia baca sama sekali. namun ternyata tidak.

biasanya, malam minggu kedua anaknya itu akan mengajaknya makan malam diluar. ini juga tidak ada ajakan itu sama sekali.

jeffrey tidak ambil pusing, dia melonggarkan dasinya yang terasa sesak. kemudian berdiri dan berjalan ke arah kamar anak mereka satu persatu, dimulai dari jeno.

ceklek

"abang..." panggilnya, kamar itu kosong. jeffrey mengelus dadanya saat melihat kamar anak pertamanya yang terlihat sangat berantakan. selimut, bantal, juga guling posisinya sudah tidak diatas kasur lagi.

"gausah marah, gini-gini lo dulu juga gitu, jef." monolognya, mengingat saat dia masih muda dulu, kondisi kamarnya hampir setiap hari sama seperti ini.

jeffrey kembali menutup pintu kamar jeno, berjalan sedikit ke arah kamar jean yang letaknya tidak jauh dari kamar anak pertamanya.

dari luar, jeffrey bisa mendengar gelak tawa dari dalam kamar itu. disusul dengan beberapa umpatan kecil yang terdengar dari mulut kedua anaknya.

ceklek

"abang, adek..." pintu itu terbuka, suara gelak tawa yang tadi terdengar, kini tak lagi terdengar saat pintu kamar itu terbuka.

jeno dan jean menatap sekilas ke arah jeffrey, lalu keduanya mengalihkan pandangannya lagi ke arah tv besar yang memunculkan permainan yang sedang mereka mainkan.

"papa daritadi manggil kalian, kok gak ada yang nyaut, sih?" tanya jeffrey.

jeffrey mengernyitkan dahinya keheranan, tidak ada respon sama sekali dari kedua anaknya ini.

"abang, adek, papa ngomong loh ini. kalian kenapa, sih?"

"adek gak suka liat papa punya pacar." jean membuka suaranya. jeno mendelik, mereka sudah sepakat untuk tidak membocorkan alasan mengapa mereka tidak merespon papanya sedari tadi. tapi jean, anak itu sungguh tidak bisa diajak bekerjasama. kalau seperti ini, sudah bisa ditebak kalau jeno lah yang memberi tau jean mengenai masalah tadi siang dikantor.

"jangan lo bocorin, goblok! kita udah sepakat buat gak ngomong sama papa!" bisiknya pada jean, dari nada bicaranya, dia terlihat kesal.

"biarin, biar papa tau letak salahnya dimana. papa udah sepakat sama kita buat gak pacaran, ya! tapi abang tadi liat papa pacaran dikantor." jean menatap tajam jeffrey. yang ditatap pun hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"itu bukan pacar papa," jawabnya.

"bohong, malahan papa udah punya anak sama perempuan itu, kan?"

"iya! anaknya perempuan lagi! seumuran sama kita!"

"jangan-jangan papa pacaran sama dia waktu papa masih sama mama, ya?!"

"heh, ngawur!" jeffrey menyangkal ucapan tidak masuk akal dari kedua anaknya ini. dia menggelengkan kepalanya, bingung dengan isi pikiran anaknya.

"abang, adek, papa gak punya pacar, nak. itu sekretaris papa dikantor, papa juga gak selingkuh sama dia. ngomong-ngomong soal anak, itu emang anaknya. tapi bukan berarti anaknya dia sama papa."

"tapi kok manggil papa dengan sebutan ayah?" kali ini giliran jeno yang bertanya, masa bodo dengan kesepakatan yang mereka buat tadi.

"ya gatau, tiba-tiba aja dia manggil papa dengan sebutan ayah. mau nolak juga gabisa, kasian anaknya."

"jadi papa terima-terima aja kalo dipanggil ayah?" sahut jean kesal. anak bungsunya itu memajukan bibirnya bertanda marah juga tidak terima kala papanya akrab dengan anak orang lain.

"gatau ah, pusing papa. kalian mau dinner gak nanti? kalo mau, siap-siap sana, papa juga mau mandi dulu."

"sama perempuan itu, gak?"

"engga, abang, dia cuma sekretaris papa. udah ya? jangan mikir aneh-aneh lagi."

setelah mengucapkan kalimat itu, jeffrey menutup pintu kamar jean dengan perlahan. meninggalkan kedua anaknya yang tengah berbisik pelan.

"sana balik ke kamar lo sendiri, gue mau ganti baju!" usir jean, membuat jeno menghela napas malas.

"bacot, gue mau pake baju ini aja."

"jorok lo anjing! itu baju yang lo pake dari tadi pagi, ya! ganti lo!"

"mager gue, lagian gue gak bau badan. seharian ini kan dirumah."

"kalo lo inget, lo tadi pagi ke kantor papa gak mandi, ya! lo mau keluar dengan keadaan gak mandi seharian?"

jeno mendengus badannya sendiri, membuktikan bahwa dirinya tidaklah bau.

"gak masalah, asal gue gak bau." jeno kalo udah mode mager,  gabakal bisa diganggu atau disuruh-suruh.

"PAPA, ABANG GAK MAU MANDI!"

"DIA DARI PAGI BELUM MANDI!" jean berteriak, mengadukan perbuatan jorok dari abangnya ini. meskipun masalah sepele, jeffrey akan marah kalo tau anak-anaknya tidak ada yang mandi.

"ABANG MANDI ATAU GAK JADI PERGI?!" balas jeffrey dari bawah.

dengan cepat, jeno berlari meninggalkan jean yang juga ingin mengganti pakaiannya.

---

to be continued!

halooo aku balik! terimakasih udah mau nunggu aku update 🫶🏻.

jangan lupa vote and komen ya, see you!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Double J [Jaehyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang