🌊DaL 41🌊

295 41 35
                                    

Selamat Membaca 📱
.
.

Jangan lupa vote ⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
Jangan lupa vote ⭐
.
.
"Zana dan Banda Neira"
.
.

Zana tertegun mendengar pertanyaan Danar, suara Danar terdengar sangat putus asa.

"Bisa! Aku yakin banget kamu pasti bisa sembuh" balas Zana tercekat karena menahan air matanya agar tidak turun saat menjawab pertanyaan Danar.

"Tapi ini penyakit mental Za, kalaupun bisa sembuh pasti sembuhnya tidak sempurna" balas Danar merasa tidak yakin dengan dirinya sendiri.

"Kan ada aku, tuas pengaman kamu" balas Zana sambil terkekeh pelan berusaha menenangkan Danar.

"Zana, kalau aku ngga sembuh, kamu ngga akan ninggalin aku kan Za?" Danar lagi-lagi bertanya, namun kali ini pertanyaan Danar membuat Zana berpikir, apakah Danar sudah tidak percaya lagi kepadanya?.

"Kumohon jangan pergi, aku tidak ingin menyiksa diri lagi" lanjut Danar membuat dada Zana terasa sangat sakit.

"Udah ya, jangan mikir yang ngga-ngga, udah lima belas menit, sekarang kita harus lanjut perjalanan" balas Zana berusaha mengubah topik pembicaraan, dengan air mata yang sudah turun tidak terasa.

Danar mengangkat kepalanya dari pundak Zana, Ia menatap Zana lalu mengusap air mata yang mengalir dipipi Zana. "Kenapa nangis hm? Aku ngga akan mati kok Za" ucap Danar membuat tangis Zana semakin pecah.

"Jangan nangis Za, kamu lebih cantik kalau tersenyum" ucap Danar sambil mengusap air mata Zana.

"Walau aslinya mau gimanapun Zana itu selalu cantik sih, tapi kalau lagi senyum itu cantiknya berkali lipat" lanjut Danar membuat Zana malah memukul lengannya.

"Bisa ngga sih, ngga usah bercanda terus?" ucap Zana lalu mengusap bekas ingusnya.

Danar terkekeh pelan. "Tapi aku serius Za, kamu cantik banget" balas Danar sambil memegangi lengannya yang tadi dipukul Zana.

Zana menatap Danar tajam. "Cantik apanya? Orang aku jelek, dekil, ngga keurus gini" balas Zana, Ia sendiri kadang merasa tidak PD membuat Danar melihat penampilannya yang sangat berantakan saat ini.

"Masa sih? Kok dimata aku kamu cantik banget?" balas Danar sedikit menggoda Zana.

"Udah ah Nar! Ayo bangun, udah mau lanjut perjalanan tuh, gombal terus bisanya, nanti ketinggalan rombongan baru tau rasa!" ucap Zana, lalu beranjak dari tempat duduknya.

"Ayo!" ucap Zana sambil mengulurkan tangan kecilnya kepada Danar.

Danar melihat uluran tangan Zana, Ia merasa dejavu, Danar jadi teringat pertemuan pertama mereka yang sangat unik di rooftop rumah sakit. Danar tersenyum mengingatnya, lalu kemudian Ia meraih tangan kecil Zana.

Disaster and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang