Key duduk di depan toko serba dan menikmati es krimnya. Seperti anak kecil memang. Sebenarnya, menjadi anak kecil di usia dewasa ini bukanlah hal yang salah. Hanya saja orang-orang akan menganggap kita aneh karena berperilaku seperti itu. Terlebih lagi, orang-orang tidak pernah begitu paham tentang perasaan kita. Mereka hanya berucap semaunya tanpa memikirkan perasaan kita. Dan betapa bodohnya Key selalu memikirkan ucapan mereka.
Setiap berada di kantor, Ia merasa tidak nyaman, karena tatapan mereka seperti sedang membicarakan dirinya dari belakang. Maka dari itu, Key lebih suka menghabiskan jam istirahatnya di atap gedung dan menatap langit yang begitu terik di musim panas ini. Haruskah Ia berhenti bekerja? Jika Ia benar mengambil keputusan itu, bagaimana dengan nasib kehidupannya? Hal ini yang selalu berputar-putar dalam pikirannya. Begini saja sudah membuatnya kesusahan apalagi jika tidak ada pemasukkan.
Ibunya meninggalkan piutang yang banyak sehingga Key harus melunasinya jika tidak, rumah yang mereka tempati akan disita. Jika begitu Ia dan Ayahnya akan tinggal dimana nanti. Bulan ini Ia masih belum bisa melunasi hutangnya yang semakin besar bunganya. Ditambah lagi dengan orang asing yang menumpang di rumahnya. Kenapa jalan kehidupannya ini begitu terjal? Bisakah Ia berhenti sebentar?
"Hai, Key." sapa seorang wanita dengan riasan yang masih lengkap.
Key hanya tersenyum menanggapinya. Wanita itu duduk di samping Key dan menemani Key untuk makan es krimnya. "Bagaimana Kau mau tidak bekerja denganku?" tanyanya lagi sambil menikmati es krim strawberrynya.
Helen menawarkan pekerjaan bagi Key dengan harapan bisa mengurangi permasalahan temannya itu. Tentu Helen sebagai teman Key dari kecil merasa kasihan dan tidak bisa membantu dengan meminjamkannya uang. Karena Ia sendiri membutuhkan uang tersebut untuk hidupnya. "Besok hari jumat. Jika Kau mau bergabung mulai besok saja akan bagus karena, pada saat itu banyak pelanggan dan Kau bisa meraih uang banyak pada hari itu." tambah Helen.
Key masih terdiam. Helen menawarkan pekerjaan sebagai gadis penghibur di tempat kerjanya. Konteks gadis penghibur disini bukanlah sebagai gadis pekerja seks tapi, lebih kepada menemani pelanggan berkaraoke saja dan minum tentunya. "Baiklah. Aku akan mencobanya." ujar Key dengan mantap. Tidak ada pilihan lain lagi. Jatuh tempo hutangnya adalah hari minggu. Jika sampai pada hari tersebut Ia belum bisa membayar sepeserpun maka, Ia akan jadi gelandangan.
*
Elken duduk di balik meja kerjanya dan membaca email laporan yang masuk hari ini. Orang yang Ia suruh tadi siang telah mendapatkan informasi terkini mengenai Key. Elken menarik sudut bibirnya ke atas saat membaca jika Key sedang terlilit hutang dengan seorang rentenir dengan nominal yang fantastis. Apa karena hutangnya yang terlalu banyak ini yang membuat Dia merasa sedih? Lagipula untuk apa uang sebanyak itu. Jika dilihat dari fashion yang selalu Ia kenakan pun tidak semahal seperti karyawan lainnya. Lalu untuk apa? Apa mungkin Ia ditipu oleh laki-laki? Sepertinya alasan yang terakhir lebih masuk akal.
Ponselnya berdering. Ia segera menjawab panggilan tersebut dan mengatakan, "Aku kesana." Elken segara menutup laptopnya dan mengambil coat coklat mudanya dan pergi ke klub malam, tempat Ia dan teman-temannya nongkrong. Di usianya yang ke dua puluh tujuh tahun ini, Ia sudah menjadi seorang CEO programmer game yang sedang menjulang kesuksesan. Apapun bisa Ia beli dengan uangnya. Dan mereka, orang yang menghubungi Elken tadi adalah orang yang paling munafik. Elken tahu jika mereka hanya memanfaatkan uangnya saja karena, Ia sudah menjadi orang kaya di negaranya saat ini. Padahal, Elken dulu sering di kucilkan hanya karena Ia tidak memiliki uang untuk bergaul dengan mereka. Elken telah merencanakan sesuatu untuk menghancur mereka. Tentu semua ini adalah keburukan yang pernah mereka tanam sebelumnya.
"Waw ... CEO baru kita baru datang." seru seorang pria yang berkacamata dan bertubuh putih membuat tiga temannya yang lain mengalihkan pandangannya.
Elken tersenyum mendengar kata CEO dari mulut Kevin, orang yang pernah melakukan kekerasan verbal pada dirinya. Elken langsung mendapat rangkulan hangat dari Kevin. "Kau sendirian?" tanya Lucas yang merangkul seorang gadis yang berbeda lagi pada pertemuan kali ini.
Elken menuangkan wiskinya lalu menenggaknya habis. "Seperti yang Kau lihat." jawab Elken singkat dan menatap teman-temannya.
"Oh, ayolah. Kau harus cari pendamping. Kau sudah sangat kaya raya sekali sekarang. Tentu tidak akan ada wanita yang menolakmu, bukan?" timpal Radit.
Elken kembali tersenyum menanggapinya. "Apakah perlu Aku carikan untukmu?" goda Lucas yang memang terkenal playboynya sejak semester pertama pada jaman kuliah.
"Tidak perlu." jawab Elken sambil menegak wiskinya lagi.
"Aku dengan Risa akan menikah dalam minggu ini, Kau diundang?"
"Tidak. Mungkin Dia sudah lupa," jawab Elken.
"Tentu tidak mungkin. Kau jelas-jelas ditolak olehnya karena dulu Kau tidak memiliki—"
"Ya, mungkin Risa lupa," sahut Kevin.
Samar-samar Elken tersenyum saat Kevin memotong ucapan Lucas. Mereka pun hanya terdiam. Hingga suara Elken menyapa pikiran mereka. "Aku pulang dulu ya."
Kevin hanya mengiyakan dan mengingat Elken untuk bertemu lagi besok.
"Dasar manusia-manusia keparat!" umpatnya sambil membuang ludahnya sembarangan.
*
Derren turun dari mobilnya sambil merapikan kembali jas hitamnya. Ia akan menemui seseorang yang memang dipercayai oleh Xabiru selama ini. Dan ingin memberikan ucapan belasungkawa karena, temannya telah dinyatakan meninggal dua hari yang lalu.
Langkah kakinya terdengar begitu arogan menghentakan marmer hitam. Derren menarik pintu itu dengan kasar dan melihat Rian duduk di balik mejanya yang rapi. Derren tersenyum licik sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa. "Kau tidak datang ke pemakaman temanmu?" Tanya Derren sambil memainkan bunga plastik di sampingnya.
"Tidak. Aku tidak memiliki banyak waktu."
Derren tersenyum menanggapinya. "Bukankah kalian sahabat karib?"
"Iya. Tapi Aku tidak memiliki waktu." jawab Rian sambil menyetorkan pendapatan klubnya tadi malam.
Derren mengambil uang tersebut dan menghitungnya dengan mesin penghitungan. "Kau sudah tahu kan kalau Aku adalah pengganti bocah itu."
"Iya Aku tahu." ucap Rian tidak peduli. Jujur saja Rian ingin menghantam wajah sialan ini sekarang juga. Ia tahu dalang dari kematian Xabiru adalah pria ini yang memang dengan sengaja melakukannya.
"Well, uang yang aku terima pas. Ah dan satu lagi jangan sekali-kali kau menatapku dengan seperti itu. Kau tidak akan mungkin bisa membunuhku." Derren memberikan peringatan dan segera beranjak dari kantor Rian.
"Sial!" Umpatnya dan segera mengambil jas hitamnya dan mulai pergi menaiki mobil sedan hitam miliknya menuju daerah di pinggiran kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME
RomanceKey seorang karyawan yang bekerja dengan Bosnya yang bernama Elken berhati dingin dan selalu optimis mencapai target kehidupannya. Dan karena sebuah skandal muncul di antara mereka karena ketidak sengajaan, terkpaksa mereka melakukan pernikahan kont...