Malam itu ...

1 0 0
                                    

Sama seperti malam sebelumnya, Key menunggu Helen datang di sebuah halte bis. Mungkinkah Ia sudah tidak waras sekarang karena yang ada di dalam otaknya hanyalah uang, uang dan uang. Jika bukan keadaan yang memaksanya untuk melakukan kebodohan ini, tentu Key tidak akan melakukannya. Seandainya saja Tuhan mau berbaik hati menerbangkan uang tersebut dari atas langit saat ini, tentu Key akan membawa sebuah ember yang besar untuk mengumpulkannya dan sisanya akan Ia gunakan untuk kehidupan sehari-hari. Key tersenyum, saat pemikiran yang tidak begitu rasional melintas dalam otaknya.

Helen sedikit berteriak ke arah Key dan membuat wanita yang sedang melamun itu mengalihkan pandangan ke arah Helen yang berada di seberang jalan. Key segera berlari di arah Helen dan mereka masuk ke dalam pub dan bar yang namanya sudah terkenal di negara itu. Helen merangkul Key dengan wajah sumringah dan mengajaknya masuk ke dalam. Helen memperkenalkan Key pada pemilik pub dan bar. Rian memperhatikan Key dari atas hingga bawah. Menilai postur tubuh Key. "Oke, Kau diterima." ucap Rian dan menyuruh Helen untuk segera menjelaskan beberapa peraturan yang ada di pub dan bar ini.

Key dan Helen keluar dari ruangan Rian dan mulai bekerja seperti karyawan lainnya. Key sedikit menatap risi pada orang-orang yang mulai kehilangan kesadaran mereka karena terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol. Semoga Key betah dengan semua ini dan bisa mendapatkan uang secepat mungkin.

*

Key sampai dirumah pukul tiga pagi dengan bau yang menyengat alkohol. Ia dengan sangat perlahan membuka pintu rumahnya, takut bila Ayahnya bangun dan bertanya mengapa Ia baru pulang sekarang. Dengan langkah begitu tenang Key berjalan ke arah kamar dan menghempaskan tubuh di ranjangnya. Ada perasaan lega saat Ia berada di rumah. Tempat yang paling aman, menurutnya. "Ternyata sangat melelahkan sekali ya." gumam Key sambil menatap langit kamarnya dengan tatapan kosong. Ia sudah tidak bisa tidur dan tanpa Ia sadar, air matanya mengalir begitu saja. Rasanya kenapa dunia begitu tidak adil untuk kehidupannya. Haruskah Ia mengakhiri hidupnya agar semua masalah terselesai?

Xabiru dapat mendengar suara tangis Key, karena kamar mereka hanya dibatasi oleh triplek yang tentu tidak meredamkan suara di sebelahnya. Yaps, pria itu tidak tidur atau lebih tepatnya Ia memang tidak bisa tidur setiap malam dan ini sudah menjadi kebiasaannya saat menjadi anak buah dari Tuan Hyesun.

*

Key meregangkan ototnya setelah dua jam Ia berusaha fokus dengan laporannya. Kedua matanya terasa terbakar lantaran sinar komputer yang bercampur dengan rasa kantuk yang Ia rasakan. Ia berdiri dari duduknya dan meletakkan laporan itu ke dalam ruangan bosnya. Ketika berbalik arah Key hampir saja menabrak tubuh Elken yang menjulang tinggi. "Maaf, pak." ujar Key pelan.

Elken yang saat itu kaget, hanya terdiam saja. Sebelum Key benar-benar menghilang, Elken bertanya pada Key, "Apakah kemarin malam Kau bersenang-senang?"

"Ya?" ujar Key yang saat itu tidak begitu mendengar pertanyaan Elken.

"Tidak. Lupakan." ujar Elken dengan nada yang super menyebalkan di telinga Key.

Key pergi ke pantry dan membuat kopi lagi. Rasanya Ia ingin segera pulang dan tidur hingga besok pagi. "Kau baik-baik saja?" tanya teman kantornya.

"Iya." ujar Key sambil menyeduh kopi cappucinonya.

"Tapi wajahmu tidak mengatakan hal itu. Memangnya Kau tidak tidur? Lihat kantung matamu kentara sekali Key. Kau maraton drama korea lagi?" ucap Dean teman kantor Key.

"Benarkah?" ucap Key sambil melihat wajahnya di cermin pantry. Dan memang benar. Padahal Ia sudah menutupinya dengan concealer sebelum berangkat kerja tadi. "Iya, Dean. Aku habis maraton drama korea." sangkal Key dengan sebuah cengiran.

Dean hanya menggelengkan kepalanya. Ia bermaksud mengajak Key untuk hangout bersama teman-teman kantor nanti sehabis pulang kerja. "Sepertinya, Aku tidak bisa. Aku bekerja part-time. Maaf ya." Dean hanya mengangguk paham.

Key mulai mematikan komputernya dan mengintip dari sela pintu ruangan bosnya. Pria itu masih berkutat dengan beberapa berkas di mejanya. Key tidak habis pikir terbuat dari apa otak pria itu sehingga mampu bekerja seperti orang gila dan mengejar semua peluang yang ada tanpa terlewatkan sedikitpun. Walaupun sikap ambisius itu diperlukan, tapi jika terlalu seperti ini juga tidak baik untuk dirinya sendiri, yang ada Ia akan terjebak dalam ekspektasi dan tidak memberikan jeda pada diri sendiri. Begitupun sebaliknya, jika tidak memiliki ambisius juga tidak baik dan akan mengarahkan kita pada perasaan ketidakberdayaan seperti Key.

Key turun di halte yang sama. Pub dan bar itu mulai dipenuhi oleh orang-orang yang sedang mengantri untuk masuk. Gila. Key tidak pernah berpikir pub dan bar ini begitu ramai di hari sabtu malam. Orang-orang seperti sedang menikmati waktu senggang mereka saat saturday night atau mungkin mereka sedang menyibukkan diri dan bisa mengupload semua kegiatan mereka di sosial media agar, tidak kelihatan seperti orang yang sedang meratapi nasibnya.

"Key, ayo." seru Helen saat melihat Key mematung di depan pub dan bar.

"Helen, apakah mereka manusia?"

Helen melirik sekilas ke arah pandangan Key dan menjawab, "tentu. Kau kira mereka apa?"

"Aku tidak tahu jika orang-orang seperti ini saat malam minggu."

Helen tertawa mendengarnya. "Jangan terlalu Kau pikirkan. Make it your money, Key."

*

Elken keluar dari mobil dan segera menyusul teman-temannya yang sudah berada di dalam pub dan bar. Pandangannya menelisik ke segala arah dan melihat Kevin yang sedang melambaikan tangannya. Elken segera berjalan ke arah sana membelah puluhan manusia yang sedang mabuk sambil menikmati musik. Jujur saja ini bukanlah gaya Elken. Mungkin Ia akan menghabiskan waktu malam minggu berdiam diri di rumah dengan sebotol wine favoritnya dan memutar musik klasik. Memang terdengar sangat membosankan Tapi itulah Elken saat ini dan Ia mempunyai alasan mengapa Ia seperti itu.

Elken menuju ke resepsionis. Dan menanyakan room atas nama Kevin. "Silahkan Anda lurus lalu belok sebelah kanan. Disana ruangan 405." ucap pegawai itu.

Elken berjalan menyusuri lorong yang kurang pencahayaan. Terdengar suara orang-orang sedang bernyanyi dan juga tertawa dengan amat keras. Pria itu berhenti tepat di pintu bertuliskan 405 dan membuka. "Sorry, I'm late." ujar Elken singkat sambil duduk di sebelah Lucas.

"It's ok. Kau pasti sibuk mengecek laporan mingguan." Kevin memaklumi keterlambatan Elken.

"Malam ini kita akan berpesta sampai pagi!" Seru Kevin. Dan mengundang gelak tawa yang lain.

"Permisi. Ini minuman yang Anda pesan." Empat orang wanita datang dengan troli yang penuh makanan dan minuman.

Wajah Elken kaget saat melihat salah satu diantara wanita itu. Apakah benar dirinya tidak salah lihat. Apa wanita ini sudah gila? Geramnya dalam hati Elken.

**

Jangan lupa vote dan komen yaa
terimakasih yang sudah mampir


SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang