Rian mengendarai mobilnya menuju alamat yang diberikan oleh Xabiru tadi pagi lewat nomor telepon yang tidak Ia kenal. Pria itu kaget saat mendengar suara Xabiru lewat sambungan telepon, setelah berita kematiannya menjadi topik hangat di kalangan mereka. Rian tidak menyangka jika temannya sungguh memiliki seribu nyawa untuk hidup. Berkali-kali Ia celaka dan berkali-kali itu juga Ia selamat. Aneh memang tapi, itulah kehidupan Xabiru selama ini. Anak berandal itu sudah menjelma menjadi orang yang luar biasa di takuti.
Rian dan Xabiru memang bekerja dan memulai karir mereka di tempat dan waktu yang sama. Namun, tidak pernah sedikitpun Rian merasa iri atas pencapaian Xabiru yang menjadi seorang direktur karena, Ia pantas mendapatkannya. Ia bukanlah pria dengan dua wajah seperti Derren yang haus akan kekayaan dan kekuasaan. Sudah beberapa kali Derren tertangkap basah oleh Xabiru karena melakukan korupsi dan mencoba memanipulasi bisnis Tuan Hyesun tapi, Xabiru tidak pernah mengatakan ke Tuan Hyesun. Hanya karena satu hal, yaitu Xabiru masih menghormati Derren orang yang lebih tua darinya. Tapi sekarang lihatlah apa yang dilakukan Derren pada Xabiru.
Setelah satu jam setengah perjalanan Rian tiba di tempat yang telah dijanjikan. Di dalam mobil Rian memandang tempat itu dengan waspada Ia berjaga-jaga jika ada orang lain yang mengikutinya. Rian kaget bukan main saat mendengar sebuah ketukan dari kaca mobilnya. Rian sedikit mengumpat saat mengetahui wajah pria tersebut. Pria yang berada di luar mobil itu segera masuk ke dalam mobil Rian. Rian memeluk Xabiru dan menatap Xabiru dengan tatapan tidak percaya.
"Bagaimana rasanya bangkit dari kematianmu?"
"Untuk saat ini, kurasa sangat menyenangkan." jawab Xabiru.
"Lalu sampai kapan Kau akan bersembunyi?" tanya Rian.
"Sampai pria sialan itu terbuai dengan kekuasaan yang Ia miliki dan tentunya setelah kakiku bisa berjalan dengan sempurna," sahut Xabiru.
Rian tertawa keras saat mendengar cemooh Xabiru tentang Derren. Rian pun menceritakan kepada Xabiru jika dirinya habis bertemu dengan Derren dengan wajah yang angkuh dan juga perilaku yang arogan karena baru saja dilantik Tuan Hyesun untuk menggantikan dirinya.
Xabiru tersenyum mendengar cerita itu. "Tuan Hyesun apakah baik-baik saja?" tanya Xabiru yang mengkhawatirkan pria yang sudah dianggap sebagai Ayah.
"Beliau tampak baik-baik saja. Kau tau bukan jika pria itu pintar sekali menyembunyikan emosinya." jawab Rian. Xabiru hanya tersenyum dan membenarkan perkataan Rian. "Ini barang yang Kau minta." Rian menyerahkan sebuah ponsel beberapa uang untuk keperluan Xabiru.
"Thanks," ujar Xabiru.
"Doesn't matter." Rian memberikan pelukan pada teman kecilnya. Xabiru turun dari mobil itu dan berjalan pulang. Ia hanya perlu fokus pada kesembuhannya. Dan setelah itu, Ia akan bangkit dari kuburannya dan memangkas nadi orang itu.
*
Key mulai menyiapkan sarapan pagi untuk orang rumah. Semua makan lengkap seperti biasa. Xabiru keluar dari kamarnya. Pak Fadil memanggilnya untuk bergabung sarapan pagi. Xabiru hanya menurutinya dan mulai melihat hidangan rumahan yang sudah lama sekali tidak Ia lihat. Satu per satu Ia mencicipi masakan Key. Dan rasanya sungguh luar biasa. Pria itu menyukai masakan Key.
"Kau tidak sarapan dulu?" tanya Pak Fadil pada putrinya yang langsung pergi saat melihat Xabiru duduk meja makan.
"Nanti saja." ucapnya dan menghilang di balik pintu kamar mandi.
Pak Fadil hanya diam dan menyuruh Xabiru tetap makan. "Apakah Kau sudah mengingat sesuatu?" kata Pak Fadil memulai percakapan mereka.
"Semalam, Aku ingat siapa namaku. Xabiru. Walaupun Aku tidak begitu yakin tapi, Aku merasa jika itu adalah namaku."
Pak Fadil tersenyum mendengarnya. "Syukurlah."
"Hari ini Bapak akan melakukan apa?"
"Membuat pesanan mebel." jawab Pak Fadil. Xabiru hanya mengangguk paham.
"Aku berangkat dulu, Yah." pamit Key.
Pak Fadil tersenyum kaku kepada Xabiru. "Aku harap Kau tak mengambil hati atas sikap anakku." Xabiru hanya tersenyum tipis dan mengatakan jika semua itu tidak perlu Ia pikirkan karena, yang paling terpenting saat ini adalah keamanannya.
Pak Fadil segera bersiap-siap untuk pergi begitu Xabiru yang sudah mulai terbiasa berjalan dengan kruk. Sekali lagi Pak Fadil bertanya pada Xabiru apakah Ia bisa jalan atau tidak. "Bisa, pak." ujar Xabiru sambil berjalan di belakang Pak Fadil.
Saat mereka di ambang pintu terlihat empat orang dengan tubuh kekar dengan wajah bengis berdiri di depan pintu. Pak Fadil kenal siapa mereka, orang penagih hutang. Perlahan Pak Fadil mundur hingga mereka semua masuk kedalam rumah. "Kapan Kau mau bayar? Ini sudah jatuh tempo!" tanya salah satu diantara mereka dengan nada keras.
Pak Fadil sedikit kaget menanggapi pertanyaan itu. Karena Ia tidak memiliki uang yang cukup untuk membayarnya sekarang. "Aku ... belum ada uang."
Raut wajah mereka seketika berubah dan bersiap menghajar Pak Fadil. "Selalu dengan alasannya sama!"
"Sungguh, Aku belum dapat pemasukan hari ini. Aku janji akan membayarnya besok." Suara Pak Fadil mulai bergetar.
"Ambil semua perabotan rumah ini!" perintahnya pada salah satu anak buahnya.
Kruk Xabiru menghentikan langkah orang itu dan mengatakan, "Kau tuli! Bukankah Dia sudah bilang akan membayarnya besok" Pria yang sebagai pimpinan mereka menoleh ke arah Xabiru.
"Kau jangan ikut campur!" Ia memperingati Xabiru dan menyuruh anak buahnya tetap mengambil perabotan yang ada.
"Sayangnya tidak bisa karena, Aku tidak suka melihat preman kampung seperti kalian!" Xabiru dengan gesitnya memberikan beberapa pukulan pada mereka walaupun, Ia terpincang-pincang. Pertarungan di rumah itu tak terhelakan.
Saat semua anak buahnya sudah tersungkur di lantai. Pria yang sebagai pemimpin itu mengeluarkan pisau lipatnya dari saku celananya. Dan mencoba menghunuskan pisau itu ke arah perut Xabiru.
Xabiru dengan sigap menghindarinya. Sayangnya pisau itu malah mengenai rahang atasnya. Pak Fadil sedikit histeris saat wajah Xabiru terluka. "Sial!" umpat Xabiru dan segera menerjang pria tersebut. Tapi Xabiru kalah dan malah mendapat beberapa pukulan.
Xabiru melindungi dirinya dengan kedua tangannya dan ketika ada kesempatan Ia langsung memberikan pukulan terkuatnya dan membuat pria itu tersungkur. Xabiru menggunakan kruknya sebagai senjata untuk menghajar pria tersebut hingga keluar dari rumah ini. "Jangan pernah kalian datang lagi, keparat!" teriak Xabiru.
Pak Fadil segera berlari ke arah Xabiru dan memeriksa keadaan Xabiru. "Kemarilah, akan Aku obati lukamu." Pak Fadil mengambil kotak obat yang berada di dalam lemari dan mengobati luka Xabiru.
"Apakah Kau pelatih dalam olahraga bela diri?" tanya Pak Fadil sambil membersihkan luka Xabiru.
Ingin sekali Xabiru mengatakan jika itu bukanlah profesinya. Tapi Ia malas untuk menjelaskannya. "Tidak, pak. Hanya suka olahraga ilmu bela diri saja." Elak Xabiru dengan halus.
"Entah apa jadinya tadi jika tidak ada Kau. Pasti semua perabotan rumah sudah diangkut." ucapan itu terdengar sangat menyedihkan di telinga Xabiru. "Aku merasa kasihan kepada anak perempuan yang harus menanggung hutang ini sendirian. Aku Ayah yang payah." Wajah Pak Fadil berkaca-kaca saat mengatakan kalimat itu. Terdengar nada yang penuh penyesalan dan keputusasaan. Sedangkan, Xabiru hanya terdiam. Ia tidak mampu memberikan komentar ataupun kalimat afirmasi positif ke Pak Fadil.
**Don't forget vote this, if you like it
See you in anthoer part guys
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME
RomanceKey seorang karyawan yang bekerja dengan Bosnya yang bernama Elken berhati dingin dan selalu optimis mencapai target kehidupannya. Dan karena sebuah skandal muncul di antara mereka karena ketidak sengajaan, terkpaksa mereka melakukan pernikahan kont...