Find Him

4 3 1
                                    

Aiden berhenti tepat di sebuah gedung apartemen. Kiranya ada sepuluh orang untuk membunuh Xabiru kali ini. Mereka semua menyamar menjadi tukang service pendingin ruangan. Aiden mulai memencet bel penthouse milik Elken. Sedangkan Pak Fadil yang berada di rumah segera membuka pintunya. Ia mengira mungkin Xabiru telah pulang. "Permisi, Pak. Ada pengecekan berkala." Kata Aiden yang dan diikuti oleh kelompoknya langsung masuk tanpa menerima jawaban dari pak Fadil. Pak Fadil sedikit kaget saat melihat postur tubuh para pekerja yang begitu kekar layaknya seorang preman pasar yang siap menghajar siapapun.

Aiden perlahan menutup pintu dan menguncinya. Pak Fadil yang mulai meragukan mereka segera membuka topik pembicaraan pada Aiden, namun Aiden tidak menggubrisnya dan melihat anak buahnya menggeledah penthouse ini. Satu per satu semua barang di buang ke lantai yang membuat Pak Fadil naik pitam dan berteriak, "Siapa kalian?!"

Sebuah tinjuan keras menghampir wajah Pak Fadil dan membuatnya pingsan seketika. "Ikat Dia di kursi." perintah Aiden pada salah satu diantara mereka.

"Sepertinya, pria tidak sedang berada di rumah." lapor salah satu dari mereka yang bertubuh jakung.

"Keparat! Kemana anak sialan itu!?" Aiden segera menghubungi orang yang menjaga di depan gedung dan mengatakan tidak ada tanda-tanda kedatangan Xabiru.

Aiden menunggu pria tua ini terbangun dari pingsannya yang hampir satu jam. Dan Xabiru pun tak kunjung datang. Dengan terpaksa Aiden mengguyur wajah Pak Fadil dan membuat pria itu terbangun. Pak Fadil kaget bukan main saat wajah beringas mereka menatapnya dengan garang. "Katakan dimana Xabiru?!" teriak Aiden.

"Jadi kalian yang melakukan pembunuh Xabiru?"

Aiden tersenyum mengejek mendengar hal tersebut. "Apa yang Kau tahu tentang Xabiru?"

Pak Fadil terdiam karena, Ia memang tidak seberapa tahu tentang Xabiru karena anak itu pun jarang mengatakan siapa dirinya begitupun sebaliknya. Aiden tertawa keras saat tak mendengar sepatah katapun dari pria yang ada di hadapannya saat ini. "Gantung dia!" perintah Aiden.

Pak Fadil yang berusaha meronta untuk melepaskan dirinya. Tubuh Pak Fadil tergantung di ruang tamu dengan sebuah kursi roda yang digunakan untuk menginjakkan kakinya. Jika kursi tersebut dijauhkan sedikit saja maka, sudah dipastikan Pak Fadil mati tergantung. "Katakan dimana bocah itu?" tanya Aiden sekali lagi.

"Aku sungguh..tidak tahu." ucap Pak Fadil dengan suara yang patah-patah. Keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya.

Aiden tersenyum mengejek saat mendengar jawaban yang sungguh tidak ingin Ia dengar. "Tarik kursi tersebut!" perintah Aiden.

Pak Fadil bergeliat di atas sana. Sedangkan Aiden terus berpikir bagaimana untuk membuat pria tua ini berbicara padanya. Jika pertanyaan terakhirnya ini Ia tidak menjawab maka, kematian adalah jalan baginya.

"Turunkan pria itu!" Teriak Aiden saat melihat Pak Fadil yang mulai kehilangan nafasnya. Mereka pun segera menurunkan Pak Fadil dan melepas ikat di lehernya.

Pak Fadil terbatuk-batuk dan mencoba mengatur nafasnya. Aiden mengatakan pada pasukannya untuk mengikat Pak Fadil di kursi dan menatap Pak Fadil dengan bengis. Ia mengambil sebuah kotak yang berbentuk panjang seperti kotak pensil. Di dalam kotak tersebut ada sebuah jarum suntik yang berisi cairan mematikan. "Kutanya sekali lagi. Dimana Xabiru?" tanya Aiden penuh penekanan dalam setiap ucapannya.

"Sungguh, Aku tidak tahu Ia pergi kemana. Ia hanya mengatakan akan keluar sebentar," ucap Pak Fadil yang membuat Aiden naik pitam.

Ia pun berdiri dan mulai membuka tutup suntikannya, sedangkan yang lain memegangi tubuh Pak Fadil yang meronta. "Baiklah. Maka kematian yang akan membawamu bertemu dengan Xabiru." ucap Aiden dan menyuntikkan cairan itu tepat di nadi Pak Fadil. Hanya butuh waktu tiga puluh detik nyawa Pak Fadil sudah di renggut. Aiden mengatakan pada mereka untuk membereskan semuanya dan segera pergi dari tempat tersebut.

"Tuan, kami tidak menemukan Xabiru." lapor Aiden pada Derren lewat sambungan telepon dan segera masuk ke dalam mobilnya yang sudah berada di lobby.

*

Xabiru baru saja sampai ke pulau pribadi Tuan Hyesun setelah menempuh satu jam perjalan. Tidak ada orang yang banyak yang tahu tentang tempat tersebut, karena pada saat itu yang mengurusi semua surat atas tempat tersebut adalah Xabiru sendiri. Begitu Xabiru sampai seorang pria bertubuh tegap mengantarkannya masuk ke dalam untuk menemui Tuan Hyesun yang berada di ruang santai. Pria setengah baya itu masih terlihat sehat setelah hampir satu bulan Xabiru tidak menemuinya. "Kau sudah datang rupanya?" ucap Tuan Hyesun yang tidak sadar akan kedatangan Xabiru.

Xabiru melangkah mendekat dan memberikan salam hormatnya. "Maafkan Saya, Tuan." Kalimat pertama yang dikatakan Xabiru saat bertemu kembali dengan Tuan Hyesun, orang yang telah mempercayainya sepenuh hati.

Tuan Hyesun tersenyum sambil memasukkan bola biliard angka delapan ke dalam lubang goal. "It's oke. I trust you. Aku sudah mendengarkan semuanya dari Rian pagi tadi. Dan Aku mendukungmu untuk membunuh Derren. Jadi apa yang Kau butuhkan?" tanya Tuan Hyesun saat berhasil menghabiskan semua bola biliar itu di atas papan.

"Biarkan saja Ia melakukan semua rencananya, Tuan. Saat rencanya yang Ia susun hampir berhasil. Aku akan menghancurkan bisnisnya dan akan membawa tubuh keparat itu di hadapan Anda." Tuan Hyesun tersenyum puas atas jawaban Xabiru. Ucapannya benar-benar tidak akan main-main karena, Ia tahu jika sorot mata Xabiru seperti tajam dengan suara yang begitu rendah maka artinya kebenciannya sudah sampai pada puncaknya.

"Well, as you wish."

Xabiru menyerahkan sebuah flashdisk yang menjadi bukti atas kecurangan Derren selama ini. Tuan Hyesun menerimanya dan membukanya lewat ponselnya. Tuan Hyesun tertawa begitu keras saat melihat semua bukti kecurangan Derren selama ini. Ternyata, selama ini Ia dikhianati oleh bocah yang sudah lama mengabdi padanya. "Bisakah Kau membunuhnya untukku, nak?" pinta Tuan Hyesun dengan sebuah senyuman yang sungguh sangat mengerikan untuk dilihat.

"Baik, Tuan." ucap Xabiru dengan lantang.

Tuan Hyesun sama sekali tidak mengira jika bisnis yang Ia bangun selama ini, akan hancur di tangan Derren yang sudah Ia percayai untuk memegang bisnisnya di Asia. Dan semua pertanyaan Tuan Hyesun sekarang sudah terjawab semua. Mengapa dan bagaimana bisnisnya di Asia bisa terhambat dan bahkan tidak menghasilkan apapun dalam satu bulan. Dan itu semua karena tikus kecil yang mulai berkembang untuk menjadi tikus dewasa.

Dan dengan sekali pukulan stik billiard itu patah menjadi dua. Tuan Hyesun sudah tidak bisa menahan semua amarahnya. Pengkhianatan bagi kelompoknya sebuah hal yang fatal yang artinya, nyawa menjadi imbalan atas penghianatan tersebut.

*

Xabiru masuk ke dalam penthouse Elken. Saat pertama kali menginjakkan kakinya masuk. Ia merasa ada yang aneh dalam ruang tamu tersebut. Hening. Itulah kesan pertamanya, biasanya Pak Fadil akan menyambutnya dan bertanya padanya dari mana saja dan kenapa lama sekali. Perlahan Ia berjalan menuju kamar pak Fadil dan melihat pria itu sedang berbaring tidur.

Xabiru menghela nafas lega. Ia menghampiri pak Fadil dan berniat membangunkan pria itu. Ketika kulitnya bersentuhan dengan telapak jari pak Fadil. Suhu tubuh pak Fadil teramat dingin dan Ia tidak melihat pergerakan nafas yang teratur dari tubuh tersebut. Segera Xabiru mengecek denyut nadi yang berada di leher pak Fadil. Dan benar, pak Fadil sudah tidak bernyawa. Xabiru langsung menghubungi polisi.


SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang