"Para tamu kami yang terhormat kita baru saja mendarat di Bandara udara internasional soekarnoh hatta Jakarta di tanggerang banten..."
Mendengar announcement dari seorang pramugari Caluella membuka matanya setelah berjam-jam ia tertidur. Ya, disinilah dirinya berada, ia akhirnya kembali menginjakkan kaki di Indonesia. Setelah 8 tahun yang lalu ia memutuskan untuk menetap dan melanjutkan karirnya di California tak disangka dirinya kembali dalam keadaan terpaksa seperti ini padahal Siena Caluella pernah bersumpah tidak akan pernah mau datang kesini lagi.
Memang terkesan menjilat ludah sendiri tapi mau bagaimana lagi toh dirinya datang juga sebagai Caluella seperti apa yang dikatakan Sam. Walaupun sebenarnya tak bisa dipungkiri jika ia sangat merindukan tempat kelahirannya, pikirnya sesaat.
'Ah persetan tempat ini justru terlalu banyak kenangan pahit baginya jadi tak ada yang mesti dirindukan' ucapnya yang seolah berperang dengan pikiranya sendiri. Pada intinya ia harus bisa fokus bekerja. Sienna Caluella akan berusaha sekuat tenaga untuk segera mungkin menyelesaikan urusannya disini agar bisa cepat kembali ke California.
"Cal" panggil Sam menyadarkan lamunan Caluella, "Setelah ini kita bisa langsung check in."
Selama di perjalanan menuju hotel tak henti Caluela memijit pelipisnya yang pusing akibat mendengar ocehan pria yang ada disampingnya sekarang. Bahkan sambil memandangi jalan pun tak bisa karena terlalu berisik dan mengganggu kupingnya. Pasalnya yang dibicarakan pria ini dari awal masuk hingga sekarang hanya membeberkan seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh mereka selama berada di Jakarta. Ini sudah ketiga kali Caluella mendengar penjelasan yang sama.
Tak sanggup mendengarkan lagii ocehannya Caluella merampas langsung tablet yang berada di tangan Sam. "Stop please! Aku sudah paham." Pinta Caluella
"O.okey.. sorry aku hanya memastikan agar tidak ada yang terlewatkan dan takut membuat kesalahan untuk kau."
"Semua yang kau kerjakan selalu perfect and I always trust you so try to go easy Sam."
Sam mengangguk dan tersenyum pada gadis itu. "Thank you sudah percaya padaku Cal."
Caluela pun tersenyum, "Ohh ya ada yang mau kusampaikan nanti begitu sampai di hotel kau duluan saja check in. Aku ada urusan yang harus diselesaikan dulu."
"Kau mau kemana?"
"Pergi ke suatu tempat."
"Ku antar saja ya?"
"Tak perlu Sam ku bisa sendiri."
"Tapi Cal,"
"Meskipun 8 tahun di California tidak akan membuatku lupa daerah Jakarta Sam. So aku harus melakukannya sendiri."
"Okay kalo itu mau mu tapi kau harus janji kalo ada apa-apa atau butuh bantuan apapun itu langsung hubungiku ya?"
"Promise me."
Setelah menurunkan Sam di hotel, Caluella segera menyerahkan kertas yang berisi sebuah alamat kepada sang supir untuk menuju tempat tersebut. Awalnya ia tidak sama sekali berpikir akan pergi kesana, namun setelah sampai di Kota ini semuanya telah merubah pikirannya karena itu Caluella berani memutuskan mengunjungi tempat yang sudah lama tak dikunjungi.
Mungkin sudah saatnya Sienna Caluella tidak bersembunyi lagi. Kesana pun Sienna memiliki tujuan lain ia ingin memastikan dirinya sendiri apakah ia sudah cukup berdamai dengan dirinya setelah bertahun-tahun sudah melupakannya.
Begitu sampai di alamat yang dituju, saat baru turun dari mobil ia sudah disambut dengan suara pecahan beling. Caluella pun ikut terkejut dan mendapati seorang wanita berdiri mematung dengan vas bunga yang sudah berkeping-keping. Dengan khawatir ia melihat tangan wanita itu memastikan tubuhnya tak ada yang terluka.
"Kak kau tidak apa-apa?"
"Sienna?" tanya wanita memandang tak percaya sedangkan Sienna tersenyum dan langsung menghamburkan dirinya memeluk sang kakak. Ya, wanita tersebut adalah kakak satu-satunya yang sangat ia rindukan. Mereka pun menangis bersama saling melepas kerinduan.
"Kenapa kau tidak pernah memberi kabar pada kakak?!" omelnya seraya memukul lengan adiknya seolah melampiaskan kekesalannya bertahun-tahun.
"Maaf.."
"Dan sekarang kamu muncul secara tiba-tiba membuatku hampir jantungan."
"Ku sangat merindukan omelanmu" ucap Sienna membuat sang kakak kembali memukul lengan sang adik. "Ayo masuk ke dalam aku sudah tidak sabar memarahi dirimu!" katanya
Sienna menuturi masuk ke dalam seraya melihat-melihat rumah kakaknya yang sangat berbeda dengan dulu saat ia tinggal. Wajar saja dirinya kan sudah bertahun-tahun menjadi bang toyib tidak pulang-pulang.
"Bagaimama kabarmu?"
"I'm good seperti yang kakak lihat sekarang." ucapnya seraya mengambil secangkir teh yang baru saja disajikan untuknya.
"Syukurlah.. Hmm.. ngomong-ngomong ada sesuatu hal penting apa yang bisa membuatmu kembali kesini? Kakak sangat penasaran siapa yang berhasil membawamu kembali sedangkan aku sebagai kakak saja bertahun-tahun menyuruhmu pulang tak sedikit pun didengarkaan."
Lagi dan lagi Sienna tersenyum geli sudah lama sekali rasanya tidak mendengar omelan kakaknya ini secara langsung. "Tidak ada yang penting kak aku datang kesini benar-benar karena aku merindukanmu."
"Dasar gadis pembual. Jangankan menanyai kabarku bahkan kau saja tak pernah membalas satu pun pesan dariku. Ku kira kau sudah memutus tali persaudaraan kita."
"Hey mana ada seperti itu! Ya, memang aku tak pernah menghubungimu karena jika aku membalasnya akan semakin merindukanmu kak lagipula yang terpenting aku sudah ada disini memenuhi janjiku padamu."
"Kau ini-" ucapannya terpotong saat seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka membuat perhatian keduanya teralih, "Kenapa mbak?"
"Maaf ganggu teh, saya izin memberi tahu bahwa Ibu sudah rapih. Untuk waktu berobat dijadwalkan jam 5 sore."
Sebelum menjawab sang kakak sempat melirik raut wajah adiknya yang tiba-tiba berubah. "Ohh gitu.. yasudah masih ada waktu setengah jam lagi mbak tolong temani dulu ya nanti saya yang akan antarkan."
"Baik teh..."
Sienna berdeham kecil menghilangkan rasa gugupnya sekaligus mencairkan suasana. Ia menenggak teh nya hingga habis lalu melirik jam tangan yang melingkar di lengannya.
"Kak.. maaf ada sesuatu yang harus ku urus sepertinya aku harus pamit sekarang juga."
"Loh tiba-tiba?"
"Iyaa" ucap Sienna berbohong.
"Tapi kamu akan kembali lagi kan? Kamar banyak yang kosong tinggal lah disini saja."
"Aku sudah memesan hotel selama beberapa hari disini dan juga aku tidak datang sendiri, ada manager yang ikut bersamaaku. Kasian jika terlalu lama ku tinggal sendirian."
Sang kakak memegang tangan adiknya yang terasa begitu dingin, "Yasudah tapi memangnya kamu tidak mau bertemu dengannya dulu?"
Sienna terdiam beberapa saat , "Mungkin lain kali kak.."
"Kapan?" tanya sang kakak penasaran sedangkan Sienna hanya menjawabnya dengan mengendikkan bahu tak tahu.
"Kakak mengerti tidak perlu dipaksakan. Rumah kakak selalu terbuka untuk kamu kapanpun kamu ingin berkunjung."
"Thank you kak sudah mau memahamiku. Kalo gitu sudah waktunya aku harus segera kembali." pamit Siennna memeluk kakanya,
"Oh iya.." ucapnya melepas pelukan kemudian merogoh tas lalu memberikan dua tiket kepada kakaknya. "Hari minggu aku akan ada pameran di galeri nasional. Jika ada waktu luang datanglah kesana. Ini tiket untukmu dan ka Dimas." kata Sienna
"Titipkan salamku untuk Ka Dimas dan Rey yaa." lanjutnya sebelum akhirnya Siena benar-benar keluar meninggalkan rumah kakaknya.
Pada akhirnya berdamai bukan hanya sekedar melupakan tetapi juga menerima atas semua yang telah terjadi. Sienna menyadari jika dirinya hanya melupakan sesaat namun belum sepenuhnya pulih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Usai
Teen FictionYuk langsung aja baca cerita ini. Jangan lupa vote dan comment nya gais ❤️