Dua 🦋

232 17 1
                                    











02. Gak papa


_______________




















Rasa pening seketika Lily rasakan. Di pagi hari yang sedikit ditemani rintik hujan itu, keberadaan sosok Haruto yang bertamu pagi-pagi sekali sudah mengganggu ketenangannya, Lily ingin menangis saja.

Bocah laki-laki itu katanya kabur dari rumah sejak semalam, berantem dengan Ayahnya karena Lagi-lagi harus di keluarkan dari sekolah. Entah mau jadi apa, Lily cuma bisa menatap takjub Haruto yang dalam kondisi seperti ini masih bisa bermain game online di ponselnya.

“Jadi, semalam kamu tidur di mana?” Tanya Lily, kini dia sudah merebut paksa ponsel Haruto, menggantinya dengan menyerahkan roti bakar dan segelas susu.

“Ish! Tenang aja, gue semalem gak tidur di rumah cewek kok. Semalem juga gue sempet kesini, tapi gak jadi karena gak mau ganggu Lo tidur.”

“Gak akan di bukain juga,” kesal Lily, sekedar mengingatkan.

Haruto mengangkat bahu, dia tahu ucapan Lily hanya gertakan, aslinya Lily gak akan tega. Memilih memakan sarapan pagi dengan telinga yang mendengarkan sumpah serapah cewek di sebelahnya, bukannya marah atau melawan, justru Haruto suka saat dia di marahi.

Ada kalanya Haruto membuat onar di sekolah agar dia bisa mendapatkan sedikit perhatian dari si Ayah yang super sibuk, katakan saja dia haus akan perhatian.

Ibunya meninggal saat Haruto berumur tiga tahun, sejak saat itu ayahnya berubah menjadi pribadi yang keras. Demi menghindari diri dari Haruto yang selalu mengingatkannya pada sosok mendiang sang istri, Ayahnya selalu menghindar saat Haruto mendekati.

Hingga mau tidak mau, Haruto kecil harus tinggal dirawat oleh pengasuh yang di sewa untuk menjaganya. Hidupnya selalu merasa kesepian di rumah besar itu, hingga beranjak dewasa, kenakalan selalu di perbuatannya.

“Mau tinggal di sini, gak papa, kan? Bokap tega banget blokir kartu gue, janji gak repotin.” Katanya, memelas.

“Mau marah tapi anak bos, terserah kamu deh.”

Haruto bersorak kegirangan, tanpa ba-bi-bu dia layangkan ciuman di pipi Lily, membuatnya mendapat pukulan kekesalan dari cewek itu.

Sayangnya, memang hal ini yang Haruto inginkan. Membuat Lily kesal adalah tujuannya, karena saat kesal, Lily akan jauh berkali-kali lipat bertambah menggemaskan. Bukan kesal saja sebenarnya, apapun yang di lakukan cewek itu selalu membuat Haruto tertarik.

“Aduh sakit, kdrt Ly. Belum apa-apa udah main tangan, belum juga gue ajak main kuda-kudaan lo.” kekeh Haruto, walaupun terdengar tidak mempermasalahkan pukulan Lily padanya.

Tapi, bekas luka pukulan kemarin membuat Haruto sesekali meringis sakit. Dan Lily menyadarinya, dia berhenti. Menatap sengit cowok mesum yang masih saja menggodanya dengan kata-kata vulgar, sialnya saat Lily hendak meninggalkan Haruto, dirinya malah sengaja ditarik cowok itu hingga terjatuh tepat di atasnya.

“HARUTO KAMU KURANG A—”

“Ssst!"

“Diam dulu, Ly. Gue lagi sakit Lo gak ngerasain kalo badan gue panas?” Haruto berucap lirih.

Lily nurut buat diam, kesempatan itu di manfaatkan Haruto buat semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Lily. Menelusup 'Kan wajahnya pada leher jenjang sang gadis, tak lama kemudian dia merasakan tangan hangat Lily menyentuh lehernya, membuatnya seketika terpejam.

“Kenapa bisa sakit? Semalam kamu kehujanan?” Lily panik, Haruto itu tubuhnya gampang sakit. Di luar aja tampak garang, aslinya mah kena hujan langsung demam.

Obsession, Obsession NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang