07. Pasti bisa
•
_____________
Di sebuah jalan perumahan, Lily tengah menatap dalam diam rumah besar di depannya, mengenakan Hoodie dan topi hitam.
Dari tadi dia hanya berlalu lalang tanpa arah, lalu tanpa di sadari kakinya membawa Lily ke sebuah rumah, rumah yang dulu pernah membuatnya merasakan arti sebuah keluarga sekaligus neraka.
“Gak akan lama lagi,” katanya, Berbalik badan.
Namun, tanpa dia sadari tepat di hadapannya, Lily bertemu Bibi yang sedang melakukan aktivitas jalan santai. Keduanya sama-sama berhenti, menatap wajah satu sama lain sampai tiba-tiba Lily mundur ketakutan, sekelebat bayangan saat dulu wanita paruh baya itu memukulnya kembali dia ingat.
Sialan! Lily masih lemah, padahal sudah 15 tahun berlalu tapi kenangan buruk itu masih belum bisa dia lupakan. Lily membalik tubuhnya lagi, berjalan seolah tak terjadi apa-apa.
Sayangnya, wanita itu lebih dulu mengejarnya, menahan lengan Lily yang langsung dia tepis dengan nafas memburu. Lily panik, dia lupa membawa obat penenangnya.
“Tunggu!” Ujar bibi, menarik lengannya lagi, tanpa memperdulikan raut wajah Lily yang ketakutan. “Kamu yang waktu itu di—”
“BUKAN!” Lily menggeleng ribut, membuat wanita tua itu mengernyit bingung.
Saat kembali ingin berujar, Haruto lebih dulu menarik lengan Lily, yang mau tidak mau harus melepaskan genggaman si bibi.
“Ly,” Panggil Haruto, “hey! Are you okay?” Haruto memegang pundak Lily yang bergetar, sesekali melihat orang yang membuat Lily nya sampai seperti ini. “Ayo ikut aku, ada yang ingin di bicarakan.”
Haruto menuntun Lily masuk ke mobil, menjalankan mesin nya lalu menatap lekat rumah di depan dan Lily secara bergantian, tak lupa wanita tadi juga. Tanpa Lily cerita pun, Haruto dapat mengerti apa yang terjadi, teringat dengan cerita Lily waktu di Landon.
Haruto membuka dasboard, mengambil obat-obatan lalu memberikannya pada Lily. Dia memang selalu menyimpan obat seperti itu, semenjak tahu Lily nya ketergantungan obat penenang dan obat tidur secara bersamaan. Akibat trauma yang dia alami.
Satu tangan Haruto menggusrak surai Lily dengan tatapan sendu, beruntung dia selalu memasang alat pelacak, dan secara kebetulan tadi dia sedang mencari Lily, setelah pergi ke apartemen wanita itu yang tak di temukan keberadaannya.
“Mendingan?” Tanya Haruto, melihat keadaan Lily yang mengangguk lalu kembali fokus ke jalan. “Tadi kenapa gak kabari aku kalo kamu mau ke sana? Aku cariin di apartemen juga gak ada.”
Lily menoleh, tersenyum tipis sebelum kembali melihat ke luar jendela. Saat ini pikirannya kosong, tapi perasaan takutnya tadi masih membuatnya enggan untuk memejamkan mata. Hal ini yang selalu membuat Lily takut untuk tidur, dia takut bertemu bibi dan pamannya di dalam mimpi.
Bahkan dulu dia memilih tidak tidur sama sekali, membuatnya mau tidak mau harus di larikan ke rumah sakit dan mendapatkan obat seperti ini.
“Aku mau tidur, tapi takut.” Kata Lily.
Haruto mengamati wajah Lily dengan tatapan rumit, “Aku di samping kamu, janji gak akan kemana-mana. Nanti kalo kamu mimpi buruk aku langsung bangunin.”
![](https://img.wattpad.com/cover/319802337-288-k208367.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession, Obsession Not
Fanfic[ 15+ ] Demi merebut hak miliknya kembali, Lily harus melibatkan Haruto, termasuk mengubah anak laki-laki berandalan sepertinya menjadi seseorang yang dapat membantu dia di masa depan. Namun, apa jadinya jika Lily malah terjebak dengan rasa ingin m...