19. Cinta yang
Melebihi batas•
__________________
Selama dua jam, Lily duduk di mobil bersama Haruto, mengitari jalanan kota hingga langit yang semula terik berubah menjadi gelap. Suasana di dalam mobil sendiri terbilang hening, baik Lily maupun Haruto tidak ada yang mau berbicara. Lily dengan pikiran rumitnya, dan Haruto yang tengah mati-matian menahan kesal ke Eyang.
"Ly --"
"Haruto --" Lily diam.
Haruto terkekeh, menggusrak rambut Lily lalu mengelus perut buncit wanita itu. "Capek ya anak Papa? Mamanya, Papa suruh duduk terus soalnya. Mau istirahat di apartemen dulu, atau mampir ke restoran di depan? Kamu belum makan 'kan?"
"Apaan kayak gitu," Lily protes.
"Loh, emang bener."
"Gak gitu ih, aku dengernya malu, lagian anak aku belum keluar juga. Kamu juga masa panggilnya Mama Papa, aku maunya di panggil Bunda."
"Anak kita, Ly. Enak aja cuma kamu, aku juga ikut bantu." Ralat Haruto.
Lily ketawa, membawa tangan Haruto untuk dia genggam. Percaya deh, walaupun saat ini Lily ketawa bahagia, sebenarnya Lily menahan suara agar tak bergetar menahan tangis.
Dalam keadaan seperti ini. Wanita mana yang mau di sebut murahan dari orang yang sebentar lagi akan menjadi bagian keluarganya, hati Lily sakit, seperti harga dirinya telah di jatuhkan sejatuh-jatuhnya.
Jika saja, saat ini keadaan Lily seperti dulu. Sebelum dia hamil, saat dia masih menjadi robot tak berperasaan. Mungkin, Lily akan tersenyum tipis lalu menganggap perkataan menyakitkan itu seolah tidak pernah dia dengar.
Namun, kali ini keadaannya berbeda. Saat ini perasaan Lily sensitif, mudah terbawa suasana seperti perempuan kebanyakan, mengutamakan hati dari pada logika. Lily cengeng, sekuat apapun dia menahan, air matanya tetap keluar, terjatuh begitu saja.
Dua jam-an Lily menahan, berharap dia bisa kuat seperti dulu. Namun, semua berakhir dengan hal sia-sia, dihadapan Haruto. Lily meminta maaf, terus bergumam maaf dan maaf, menyesali tindakan bodohnya yang menangisi hal sepele, ini bukan dirinya.
Bahkan, Haruto sudah menghentikan mobil di tengah jalan, mengakibatkan jalanan sedikit terhambat. Haruto tidak peduli, dia memeluk tubuh Lily yang memberontak tak mau.
"Ly, dengerin aku."
Haruto diam, beberapa menitan menunggu respon Lily yang ternyata tidak mendengarkan. Suara klakson dari pengendara lain buat Haruto mengumpat, dia menjalankan mobilnya menepi. Suara gesekan body mobil dengan pembatas jalan buat Haruto berhenti, tatapannya terpaku ke Lily sampai tak menyadari mobilnya menabrak.
"Lily Hanif Pharatama. Please, listen to me! Lihat aku." Bujuk Haruto, memindahkan Lily ke pangkuannya. "You hurt me, aku mohon berhenti, jangan buang air mata kamu buat hal yang gak guna, lupain perkataan Eyang, fokus ke aku. "
"Gak bisa, dada aku sesak."
Haruto menempelkan keningnya ke dahi Lily, membuka paksa bibir wanitanya dengan tatapan sendu, Haruto ikut merasakan bagaimana sakitnya Lily. "Kamu bisa sakiti aku Ly, jangan buat bibir kamu ikut luka, gigit jari aku ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession, Obsession Not
Fanfiction[ 15+ ] Demi merebut hak miliknya kembali, Lily harus melibatkan Haruto, termasuk mengubah anak laki-laki berandalan sepertinya menjadi seseorang yang dapat membantu dia di masa depan. Namun, apa jadinya jika Lily malah terjebak dengan rasa ingin m...