Enam 🦋

194 15 1
                                    






06. Simbolis mutualisme

________________







Beberapa tahun menyulitkan telah dilewati, semuanya berjalan lancar tanpa ada kendala. Tiba saatnya sosok yang selama ini di tunggu akhirnya datang, seorang wanita yang beberapa tahun dia rindukan.

Haruto tersenyum miring, tatapannya terpaku pada seorang wanita cantik yang tampak terlihat anggun dengan mengenakan dress di atas lutut. Lily Hanif, wanita yang dulu pernah membuatnya rela melakukan apa saja hanya demi mendapatkan sosoknya.

Bahkan sekarang, Haruto semakin di buat gila oleh wanita itu. Bagaimana cara dia datang menghampiri dalam keadaan tergesa-gesa saja sudah membuat Haruto senang, Haruto tidak yakin bisa melepas Lily nya lagi, setelah apa yang di alami.

“Haruto! Kamu udah pulang tapi gak kabari aku? Katanya masih Minggu depan kamu pulangnya.”

Lily mencak-mencak, dia sampai lari pas denger Haruto pulang, padahal tadi dia baru saja pulang dari acara pernikahan kolega bisnis Januar. Masih memakai dress code warna putih, Lily langsung berhamburan ke pelukan Haruto.

Mis you, girl.” Bisik Haruto, suaranya yang manly selalu sukses membuat tubuh Lily kaku. “I've kept my promise, so you have no reason to refuse me anymore, we're the same adults.”

“Sure, I always remember about your promise. That's why I'm here, what should I do for you?” Lily tersenyum memajukan wajahnya, berkat sepatu high heels 7 cm nya dia bisa leluasa mengambil kecupan kecil di bibir Haruto.

Damn! You are so Sexy with that dress, gerah Ly.” Tutur Haruto, seperti biasa. Saat di dekat Lily mulutnya  gatal ingin menggoda gadis itu. “Iri banget sama orang-orang yang lihatin body kamu.”

Decak

“Mulut kamu makin lancar, ya? mesumnya.” Lily memijat pelipis, bocah itu memang gak akan pernah berubah, badan aja yang makin tinggi.

Tapi, Lily bersumpah buat kali ini aja dia gak akan beri hukuman lagi ke bocah itu, gak kayak dulu. Selain karena Haruto yang udah beranjak dewasa, Lily juga kayaknya udah biasa sama segala macam kelakuan Haruto yang selalu seenaknya.

Setelah lulus dari DLD College, Seperti keinginan Lily, Haruto melanjutkan sekolah di Oxford university. Seketika membuatnya juga harus bolak balik Jakarta-London sebulan sekali, memeriksa keadaan pemuda itu agar tetap dalam pengawasan orang-orang yang Januar kirimkan. Masalahnya Haruto suka kabur kalo lagi di awasi, Lily yang harus turun tangan.

“Ini juga gantiin Ayah kamu yang dari pagi, sampe sekarang belum pulang juga dari Bandung, katanya di undang makan bareng walikota, kayaknya Pak Januar mau masuk dunia politik deh, To. ” Adu nya.

Haruto decak. “Anaknya pulang bukannya di sambut malah ngilang, pas aku di sana juga gak ada telpon dari Papa, Ly. Aku anaknya bukan, sih?”

Lily menggeleng tidak tahu, hubungan antara Ayah anak itu memang agak unik, hobinya aja nyusahin Lily.

“Shit!” Umpat cewek itu, tiba-tiba.

Haruto kaget.

Lily tanpa tahu malu menarik tengkuk Haruto, mendorongnya duduk di atas ranjang dengan dia yang di pangkuannya. Mengambil alih mencium bibir pemuda itu, sampai rasa pusing pada kepalanya Lily abaikan, dia mengeluh beberapa kali saat dengan sengaja Haruto mengelus paha dalamnya yang terekspos.

Obsession, Obsession NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang