Rumah Sedekap Samudera

12 2 0
                                    

Sampai di rumah, Ratu membersihkan badan nya lalu menuruni tangga untuk menuju ke dapur.

Ratu merasakan Hormon ghrelin miliknya berkontraksi hingga merasakan lapar, kepala pelayan yang melihat Ratu, segera menyajikan hidangan untuk nona nya.

Begitu banyak hidangan di atas meja bundar besar di hadapan nya, ia pun duduk lalu menyantap nya.

Sangat di sayangkan makanan sebanyak dan seenak ini tidak benar-benar membuat Ratu merasakan hormon dopamine, dimana membuat pemilik tubuh mengalami perasaan senang dan menghantarkan pada otak untuk hal-hal yang positif.

Sunyi.

Tidak ada canda tawa yang sering di lontarkan keluarga apabila berkumpul bersama, Ratu menghela napas panjang.

Kapan terakhir kali ia makan bersama keluarga nya?

Rasanya sudah terlalu lama hingga Ratu pun lupa.

'*'*'

Guyuran air dari shower menelusup kedalam rambut hitam tebal, melewati daun telinga hingga ke leher dan dada bidang bertatto tergambar naga, terukir nama kecil.

Mengeringkan badan nya, kemudian keluar dari kamar mandi, memilih untuk mengenakan kaos hitam dan celana pendek berwarna coklat.

Tok tok

“sayang, ayo turun kebawah, kita makan bareng.”

Samudera menemui sang ibu untuk makan malam bersama, rutinitas sehari-hari.

Samudera tentu bukan anak broken home, ia dibesarkan penuh kasih sayang dan perhatian yang melimpah, tentu saja ia tidak pernah merasakan kesepian apalagi kekurangan kasih sayang.

Di ruang makan sudah lengkap anggota keluarga nya berkumpul, ia memiliki kakak perempuan yang kerap di sapa Bica.

Amoren, ibu Samudera langsung melayani suami dan anak-anak nya, “terimakasih cantik,” Jerico menyambut piring yang diberikan istrinya, melihat itu Bica mendadak mual.

Jerico menatap putri nya itu dengan sinis, “iri ya? Maka nya punya pacar.”

“nyari pacar ga semudah ngambil uang papah dari dompet,” balas Bica yang tanpa sadar membuka kedok nya selama ini.

Jerico berkacak pinggang dengan wajah di buat segarang mungkin, “pantes ya uang papah hilang mulu, ternyata ada tuyul di rumah ini.”

“papah kan pemimpin tuyul nya.” jawab Bica mengundang kekesalan Jerico.

Jerico beralih pada Samudera yang nampak cuek akan perdebatan antara ayah dan kakak nya itu, “sekolah kamu gimana sekarang, Gem?” tanya Jerico sambil menyuap makanan, ia memantau perkembangan putra satu-satunya, cukup baik, selain satu perempuan yang cukup di pertanyakan.

“baik, nilai aku masih cukup buat ga keluar dari 5 besar.”

“mamah sama papah ga nuntut Gem buat masuk peringkat tinggi, asalkan Gem tau mana saat nya belajar dan saat main. Yang penting kamu nyaman dengan lingkungan kamu dan pintar untuk memilih berteman dengan siapa,” nasehat dari Amoren di balas kecupan singkat di pipi dari Samudera.

“gue ngga?” sahut Bica memanyunkan bibirnya, kapan lagi coba di cium Samudera, ia kangen sekali masa-masa di mana Samudera sewaktu kecil dan selalu meminta di temani diri nya.

Samudera pun menuruti keinginan kakak perempuan nya itu, terlihat Bica yang kegirangan, Jerico mendengus cemburu, menatap Samudera sinis yang di tanggapi Samudera dengan gelengan kepala.

Keluarga aneh.

Sedalam Samudera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang