Menjelang malam yang dipenuhi kedamaian. Angin hanya bertiup seperlunya hanya untuk menjahili tirai. Aku melihat keluar jendela, langit tampak cerah walau rembulan fak dapat kulihat. Mungkin sedang berada di sisi lain yang tak dapat dilihat langsung dari galeri Mama.
Aku menyukai ruang melukis Mama. Ruang di mana jendelanya berhadapan dengan kamar tetanggaku yang paling menyebalkan. Siapa lagi kalau bukan Kak Rahagi. Dari balik Jendela ini, dia selalu memperhatikan Mama yang sedang melukis. Bagi Kak Rahagi mama adalah cinta pertamanya. Lucu sekali bukan?
Saat itu usiaku menginjak 10 tahun. Papa baru saja meninggal dan Mama dilanda keterpurukan. Setiap pagi mama hanya menyiapkan susu dan sereal di meja. Setelah itu, Mama akan mengurung diri di galeri untuk melukis. Mama hanya menyiapkanku sekotak sereal dan susu dimeja sebagai makan pagi, siang dan malamku. Tanpa menyapaku, tanpa mengajakku bicara, dan tanpa memelukku sebelum tidur sebagaimana dulu yang dilakukan Papa.
Sampai suatu ketika aku melihat Mama menangis di pundak lelaki, di sebuah taman. Wajah mama begitu hancur dan sedih. Wajah yang tak pernah diperlihatkannya padaku. Tak lama kemudian, seorang perempuan muncul didepan lelaki itu dan Mama. Dia menampar mamaku. Kaki-kaki kecilku berlari memeluk Mama yang masih memegangi pipinya. Aku menangis. Kenapa perempuan itu tega sekali menyakiti mamaku yang dirundung kesedihan. Namun saat dewasa aku paham apa makna rumah tangga dan kecemburuan.
Aku menangis memeluk Mama. Kutatap wajah perempuan penampar mamaku dengan kebencian. Sayangnya, kebenvian yang ia pancarkan lebih dalam. Perempuan itu memakiku dan Mama. Aku tak mendengarnya, mama menutup telingaku. Satu kata yang kudengar dari mulutnya walau kuingat seluruh detail garis wajah kemarahannya. "Penggoda" Hanya itu saja.
"Ma, penggoda itu apa?"
Tanyaku dengan penuh kepolosan saat kami sampai di rumah. Aku melihat wajah mama yang bersedih mendengarku mengatakannya. Tapi Mama tetap memberiku pengertian.
"Reyhan, mendengar ucapan tante tadi?"
"Iya, hanya satu kata saja"
"Sayang... Menjadi penggoda itu bukan hal yang baik"
"Apa mama penggoda sampai tante tadi marah ke mama?"
"Tidak... Tentu saja bukan sayang. Mama sangat mencintai Papa. Jadi tidak mungkin menjadi penggoda. Tapi tante tadi salah mengira mama mencintai om tadi"
"Apa tante tadi mencintai om?"
"Tentu saja sayang. Kalau tidak mencintai om tentu ia tidak akan marah ke mama"
"Berarti tante tadi penggoda"
Mendengarku mama terbelalak. Otak polosku menyimpulkan begitu saja tiap tutur kata mama yang penuh kehati-hatian. Ku kira arti dari penggoda adalah mencintai om tadi.
"Bukan sayang... Tante juga bukan penggoda sebab tante istrinya Om. Penggoda itu artinya mencintai orang yang dicintai orang lain"
Jawab mama seolah kehabisan kata-kata.
"Berarti Rey adalah penggoda. Karena Rey mencintai Papa padahal mama mencintai papa terlebih dulu"
Kini seulas senyum nampak diwajha canatik Mama. Ia memelukku dengan hangat.
"Rey... Kamu bukan penggoda karena papa dan mama sangat menyayangimu. Mau mama kasih tau cara supaya Rey tidak menjadi penggoda saat dewasa nanti?"
"Yups"
"Pokoknya Rey... Harus janji ke Mama, selama masih sekolah Rey nggak boleh pacaran. Nanti mama jamin Rey tidak akan disebut penggoda seperti Mama"
"Rey janji Ma"
Lalu kelingking kami bertautan. Setelah kejadian itu, tingkah mama berangsur normal. Ia membuatkanku sarapan, makan siang dan makan malam. Meskipun ia tetap menyendiri dalam galeri, mama tetap memelukku hangat sebelum aku terlelap tidur.
Karena mama selalu sibuk melukis, aku jadi ingin belajar melukis. Agar aku bisa melukis bersama mama sehingga aku tak kesepian di kamar. Aku meminya mama mengajariku, ia tersenyum hangat lalu membawakan peralatan melukis ke halaman samping. Aku sempat protes, kenapa mama tak mengajariku saja di galeri. Kata mama, ia ingin aku melukis di ruangan terang, agar cahaya bisa menuntunku melihat dunia yang warna-warni.
Hal pertama yang diajarkan mama adalah melukis ayunan buatan papa yang tergantung dipohon mangga.
"Rey... Ayo kita melukis ayunana itu. Nanti akan mama tambahkan gambar papa bermain denga kita"
Aku menyambut ajakan mama dengan gembira. Mama mengarahkanku memilih warna. Ia tak mengatur warnaku, mama hanya membantu mempersempig pilihan dan menhelaskan efek yang dihasilka jika memilih warna tersebut. Sisanya aku yang memutuskan.
Setelah melewati hari yang panjang dan lukisanku hampir selesai, sebuah bola melewati pagar rumahku, memantul pada genangan lumpur dan mengenai lukisan pertamaku. Ia rusak, akupun menangis.
Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki muncul dan meminta maaf, dia Kak Rahagi. Teatangga baruku. Dan yang terlucu adalah kata yang muncul setelah dia meminta maaf. Dengan wajah tertegun dengan penuh kepolosan.
"Wah... Cantik sekali... "
Seketika aku menekuk mukaku. Menghampiri Kak Rahagi yang memeluk bolanya. Tangan kiriku bertolak pinggah penjh kemarahan sementara tangan kananku memunjuk dengan tegas ke arah Kak Rahagi.
"Aku akan memaafkanmu! Tapi aku tidak akan pernah mau jadi pacarmu! Pencuma menyebutku cantik!"
Mama sempat tersenyum tapi sepertinya dia mulai panik dengan tingkah Reyhan kecil yang tidak sopan itu.
"Bukan kau, tapi kakakmu yang cantik"
"Kakak?" Tanyaku sambil melihat ke arah mama. "Dia Mama Rey! Jangan coba-coba dekati mama Rey! Karena mama sangat mencintai Papa!"
"Rey... Sudah"
Ucap mama menghentikanku dengan lembut. Mama memelukku. Aku tersadar, saat itu aku sudah seperti tante pernah menampar mamaku.
"Anak manis, siapa namamu?"
"Rahagi Tante, Damar Rahagi"
Tak lama setelah itu keluarga Kak Rahagi muncul. Papa dan Mamanya menyapa kami, setelah itu hubungan kami berjalan dengan sangat baik. Papa dan mama Kak Rahagi adalah orang sibuk, keduanya berkarir di luar rumah sehingga Kak Rahagi banyak menghabiskan waktu bersamaku dan Mama. Kami seperti keluarga sebenarnya.
*****
Drrt.. DrrtHp ku bergetar. Kulihat Kak Rahagi menelponku. Dengan segera aku pergi keluar balkon dan menemukan Kak Rahagi yang tersenyum di balkonnya.
Ia mengacungkan dua buah gelas plastik yang disambung benang panjang yang membuatku tersenyum seketika.
Kak Rahagi melempar salah satu gelas ke baljon galeri mama. Aku menangkapnya. Meletakkan mulut gelas ke daun telingaku. Getar benang membawakan suara Kak Rahagi kepadaku.
"Rey, jangan sedih... Di sekolah aku adalah milik Teduh. Tapi di sini, aku tetap milikmu, ganti"
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/327398739-288-k752402.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Humour Of Library
Ficção Adolescente"HIDUP SEJATINYA CUMA MENGUBAH KELUHAN MENJADI LAWAKAN" Sekuat tenaga Reyhan selalu memupus rasa yang tumbuh di dadanya. Perempuan tomboi itu memiliki trauma kecil yang tak ia sadari. Kenangan dimana mamanya disebut sebagai wanita penggoda melekat d...