Chapter 7

9 0 0
                                    

Aku baru mengetahui dari salah satu pelayan yang banyak bicara itu, sebenarnya what type of human yang tinggal di mansion in dan setelah aku mengetahui ternyata anak dari keluarga besar Morgenstren.

Keluarga Morgenstren sangat dikenal banyak orang dari setiap kalangan. Mereka dari keluarga besar terkaya di dunia nomor tiga, padahal kau sudah sering bertemu atau melihatnya tapi rasa terkesima dan terpesona akan selalu muncul. Tapi ada suatu hal yang ditutupi oleh keluarga tersebut, entah hal apa itu sungguh misterius. Rahasia besar yang hanya keluarga bersangkutan yang mengetahui.

Para pelayan juga sebenarnya tidak berani mengatakan ini kepadaku. Meraka hanya memberitahu jika Keluarga Morgenstren cukup berbahaya. Siapa saja yang berurusan dengan keluarga Morgenstern akan lenyap.

-----

Sosok pria datang menemuiku. Dia menghentikanku saat sedang menghayal. Bertubuh kekar berpakaian serba hitam menyuruhku untuk menuju mobil yang telah disiapkan.

Mobil sport merah telah menungguku. Apa benar mobil ini yang akan mengantarku pulang, untuk ukuran mobil suruhan Charlie ini sungguh terlalu bagus.

Simon menyuruhku masuk dan duduk di depan sederetan pengemudi, aneh. Aku tahu namanya karena namanya tertera jelas dibajunya. Dibukalah pintu mobil, lalu aku masuk kedalam. Saat aku melihat bagian pengemudi bukannya Simon tapi Charlie yang duduk dibangku pengemudi.

"Hi, kita bertemu lagi," dia tersenyum ke arahku.

"Charlie?" aku terpaku melihatnya. "Bagaimana bisa? bukannya kau sudah berangkat ke kantor beberapa menit yang lalu?"

Charlie memiringkan kepalanya dan mengidikan bahu. "Meeting-nya di batalkan, saat diperjalanan aku mendapat kabar dari sekretarisku,"

Aku mengangguk mengiyakan jawabanya.

Charlie menoleh. "Sepertinya kau tidak senang mendengarnya,"

"Memangnya aku harus apa?"

"Kau seharusnya senang, berarti kita bisa berdua seharian hari ini karena aku tidak ada kegiatan lagi,"

"Kalau begitu, kau ingin mengajakku kemana?" tanyaku.

"Lihat saja nanti, kau akan menyukainya," balasnya.

Dia sekilas menatapku seraya menuaikan senyuman. Akupun membalasnya dengan senyuman pula. Maksudnya dari kita berdua seharian itu aku dan Charlie bersama.

Astaga betapa senangnya, aku masih belum percaya kalau aku telah terbangun dari mimpi, apa ini nyata? Ya Tuhan.

Lihat lengan pria itu dia memegang kemudi dengan cengkramannya yang kuat. Jika orang lain melihatnya pasti tertuju dengan urat-urat yang terlihat jelas itu. Makhluk Tuhan satu ini sangat seksi sekali, dia menggulung lengan bajunya sampai siku dan membuka dua kancing kemejanya, tanpa sadar. Tolong jangan sampai dia tersadar jika aku sedang menikmati pemandangan indah ini.

----

AUTHOR POV.

Mobil yang mereka berdua tumpangi melaju masuk ke dalam hutan. Terlihat sepi tak banyak kendaraan yang berlalu-lalang, mungkin hanya terlihat satu-dua mobil mewah. Iya benar tidak salah lagi itu mobil mewah di dalam hutan yang sepi ini.

Mia terlihat kebingunan, sebenarnya Charlie ingin mengajaknya kemana sampai ia masuk ke dalam hutan. Mia melihat keseliling hutan dari balik kaca mobil. Tidak terlalu seram atau mengerikan pikir Mia, malah terlihat indah dan tenang karna dari apa yang dilihat hanya keramaian kota. Ia teringat akan tulisannya sangat cocok sekali jika dia berada di sini.

Banyak pepohonan menjulang tinggi, semakin masuk ke dalam semakin terasa sejuk. Karena suhu di tempat tersubut sangat dingin, semua terlihat tertutupi oleh kabut.

Charlie sebenarnya ingin menebus kesalahannya karna telah membuat Mia kecewa kemarin tidak jadi dinner dengannya. Jadi dia mengajak ke suatu tempat yang sangat cocok untuk mereka saat ini. Tempat ini sering dikunjungi keluarganya, saat sudah tidak ada kesibukan mereka quality time di tempat ini.

Mobil sport milik Charlie berhenti di sebuah bangunan yang berdiri di tengah-tengah hutan ini. Bangunan kalsik itu adalah resort milik Charlie. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam bangunan tersebut. Charlie merengkuh pinggang Mia berjalan masuk bersama seperti lem yang susah dilepas.

Semua orang yang berkerja di tempat itu sekejab berdiri rapi saat kedatangan Charlie. Charlie menjentikan jari memangil manager.

"Selamat siang, Tuan!" sapa manager tersebut.

"Tolong siapkan meja di Private area sekarang dan suruh juru masak handalan kita chef  Qyno yang memasak makanannya." ucap Charlie.

"Siap tuan, ada lagi?"

"Kurasa itu saja." Charlie menoleh lalu tersenyum kearah Mia, "Aku ingin pergi sebentar berjalan-jalan dengan kekasihku, saya akan kembali saat matahari tenggelam. Jadi setelah saya sampai di sini semua makan sudah tersaji."

"Baik tuan,"

"Kau boleh kembali bekerja,"

"Baik. Selamat bersenang-senang Tuan dan Nyonya," balas pria itu sebelum kembali melaksanakan perintah, Ia tersenyum kepada mereka berdua.

Mia tercengang mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Charlie, tidak percaya. Charlie menyebut dirinya adalah kekasih. Mia hanya membalas senyuman manager itu.

-----

MIA'S POV.

Di bawah rimbunan pepohonan, udara yang sejuk, suara burung bersamaan dengan semilir angin yang dibuat oleh gesekan daun dan ranting pohon. Daun-daun kering berjatuhan dari sela-sela tangkai, cahaya kecil lolos menyentuh kulit.

Dia berjalan disampingku mengeratkan gengaman, menujukan arah. Rambut pirang kecoklatan terlihat berkilau akibat cahaya matahari, dia sangat cocok berada di sini daun yang berjatuhan di dekatnya membuatnya tampak mempesona.

Sungguh aku saat ini melihatnya sangat lekat, tanpa disengaja mengulaskan senyum. Ia menoleh ke arahku sedikit menunduk karna yaa nyatanya aku sedikit pendek darinya.

Aku mulai berpikir, begitu perhatian dia terhadapku, saatku melihat matanya aku tenggelam pada tatapannya yang berkilau saat pagi itu. Apakah dia tulus melakukan itu semua apa hanya berniat membantuku karena merasa kasian atau bersikap baik sebagai teman yang seharusnya menolong temannya yang kesulitan, tak begitu kesulitan sih Layla pasti bisa membantuku saat itu. Sudahlah, aku tetap tak tahu semua itu masih awal pada saat ini masih teka-teki untuk ku.

Aku akan menunggu entah dia kapan menyatakkan isi hatinya itu apakah sama persis apa yang ku rasakan. Apa sebaliknya dia bersikap jujur menyatakan jika dia hanya menanggapku temannya atau mungkin dia akan mengatakkan aku harus menjauh dari kehidupannya.

Aku berfikir kenapa aku terlalu mudah jatuh cinta, terlalu mudah ditipu. Aku mudah jatuh cinta dengan senyumannya saja. Senyumnya memancarkan sinar bersamaan dengan matanya yang sangat hangat saat menatapku. Wajahnya yang diterangi oleh sinar membuatnya tampak bercahaya. Bahagia.

Sekarang dikepalaku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan semua tercampur aduk masa lalu, orangtua, kerabat dan teman.

Kenapa?

Kenapa??

KENAPAA..?


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Het Verhaal van Mia'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang