Chapter 3

146 4 0
                                    

London, inggris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

London, inggris.

AUTHOR POV.

Sesampainya Mia dan Layla langsung memasuki apartment yang semuanya dihuni oleh perempuan, hanya memiliki dua lantai dan tidak terlalu besar. Lebih seperti asrama perempuan bukannya semacam hotel ataupun apartment.

Jangan berekspektasi jika tempatnya akan bagus. Tempatnya pun jauh dari kata mewah. Mereka mencari tempat yang murah, aman dan nyaman. Jadi seperti apapun bentuknya mereka berdua akan tetap menempatinya.

Orang yang tinggal di sini juga hanya ada beberapa mungkin sekitar 10 orang termasuk mereka berdua, jadi tidak terlalu bising dan sangat pas untuk acara liburan mereka.

Di saat Mia dan Layla ingin masuk ke dalam kamarnya masing-masing, mereka berdua dan semua penghuni mendapat undangan pesta dari asrama laki-laki.

-----

Layla langsung membuka pintu kamar Mia tanpa mengetuk, yang sedari tadi memegang mini dress berwarna merah miliknya untuk Mia pakai. "Hola, Mia!" panggilnya.

Mia sedang sibuk merenung mencari imajinasi untuk tulisannya, menjadi terkejut karna kedatangan Layla yang mengagetkannya. "Terima kasih untuk tidak mengganggu." ujarnya dengan lirikkan tajam.

"Aku punya hadiah untukmu, Tadaa~" Layla memperlihatkan mini dress merah nan-seksi itu.

"Wait, are you fucking serious?" Mia membulatkan mata melihatnya.

"Apa aku terlihat serius?" Layla tersenyum berlebihan.

"Tidak, kau terlihat konyol." jawab yang dari ketus Mia.

Layla memutarkan bola matanya dan berjalan lemas menuju Mia. "Oh.. come on. Pasti sangat menyenangkan,"

"I can't. Aku sedang sibuk."

"Hampir semua penghuni pergi keluar ke pesta itu. Apakah kau tidak tahu? Kita ke sini untuk berlibur, bersenang-senang di negara ini. Itu tujuan kita kan?"

"Hot guy, i know."

"Bukan 'Hot guys / pria keren.' Tapi pria terseksi yang tak pernah kau lihat. Kumohon," dengan curangnya Layla mengggunakan puppy eyes-nya.

Mia menghembuskan nafas panjangnya. "Baiklah."

-----------

MIA POV.

Ternyata asrama pria yang mengundang asramaku itu kalangan billionaire. Lihat saja tempat ini kita diundang ke asramanya, dan asramanya terlihat seperti mansion sangat modern dan tentu saja, mewah. Semoga aku tidak salah jumlah orang yang tinggal di sini sama dengan asramaku.

Apa ini kebetulan apa ada sebuah rencana dibalik ini semua. Aneh, mencurigakan? Iya. Mungkin, memang ada rencana dalam melakukan kegiatan. Tapi ini sangat tidak masuk diakalku.

Asramaku yang biasa saja hanya orang-orang semacam aku yang tinggal di sana. Sederhana, ada yang pengangguran dan ada mahasiswi yang berkuliah karna beasiswa.

Sebaliknya asrama para pria ini terkenal bayarannya selangit dan yang tinggal adalah kalangan kelas kakap. Dan kalau dilihat-lihat penghuni di sini sangat tampan, pintar, dan semacam itu.

Aku baru tahu dari teman asramaku, jika pemilik asrama wanita dan pria ini adalah orang yang sama. Mereka juga tidak pernah tahu perawakkannya seperti apa. Kenapa aku jadi terjebak dalam hal serumit ini. Sungguh aneh.

-----

Lantunan musik memenuhi setiap ruangan. Semua orang yang ada di pesta ini berdansa dengan pasangan yang mereka baru kenal, kurasa. Aku tersenyum melihat Layla dengan seseorang yang telah membuatnya tersipu itu, lihatlah wajahnya memerah.

Oh Layla, dasar wanita satu ini. Kau terlalu terlihat menyukainya. Tingkahmu itu haha~ tapi melihat pria itu sepertinya juga menyukainya. Syukurlah kalau begitu.

"Ehem!"

Seseorang mengagetkanku dengan dehemannya. Sekejab aku tersadar lalu menoleh, seorang pria tinggi berdada bidang dengan rambut pirang tembaganya. Wajahnya? Tidak terlihat, sial backlight.

"Ada apa dengan semua pria disana? Tidak melihat ada nona cantik duduk sendirian di sini. Sayang sekali." ucapnya lalu ia duduk disebelahku.

"Eh?"--aku menggelengkan kepala-- "yang kau maksud nona cantik itu aku?Har har."

"Tidak. Tapi orang yang disebelahmu." wajahnya berubah datar.

Aku menoleh dan mendapat seseorang lelaki yang hanya duduk disebelahku. Aku menaikkan kedua alisku, terkejut. "Hmm?! ... okay, aku akan pergi dari sini," Oh astaga, dia guy.

"Nona tunggu!" cegahnya sebelumku beranjak dari tempat dudukku. "Ahah~ kau salah paham nona, tentu saja nona cantik itu bukan dia."

"Jadi?"

"Tentu saja itu kau,"

Aku tertawa kecil dan memutarkan bola mataku. "Okay,"

"May i-" Dia menjulurkan tangannya meminta. Tunggu aksennya sungguh seksi

Dengan cepat aku mengerti maksudnya. Dia ingin mengajakku berdansa dengannya. " Dengan senang hati." Aku menggapai tangannya dan tersenyum padanya.

Dan tiba-tiba saja lagu berubah yang semulanya romantis sekarang menjadi "Avril Lavigne - Girlfriend". Aku bersitatap dengannya karna lagunya telah terganti dan membuat semua orang terlihat melompat-lompat mengikuti irama. Aku mengakat kedua bahuku dan pria itu sama terkejutnya denganku. Akhirnya aku menari mengikuti irama dan dia pun juga sama.

Kita tertawa setelah kejadian tadi. Bodohnya, aku menari dengan gila tidak ada malunya. Namun pria itupun juga sama denganku. Karena iramanya yang cepat kita menjadi terbawa suasana.

Aku dan pria itu keluar dan sekarang berada di balkon. Aku baru menyadari wajahnya ternyata hampir menyamai dewa yunani. Sungguh tampannya, saking terpesonanya aku melihat wajahnya sedari tadi.

"I'm Charlie," ucapnya mengagetkan lamunanku.

Dengan cepat mengerjapkan mataku berkali-kali. "Mia," kita berjabat tangan.

"Nice to meet you, Mrs. Mia-" dia mencium lembut punggung tanganku. "Apa aku bisa mengambilkanmu minumman?"

"Aku pikir, aku harus membelikkanmu bir." sahutku tanpa berhenti menatapnya.

Ada apa denganku ini? Apa aku tertarik padanya karna aksennya terkesan seksi dan romantis. Dasar Layla telah meracuniku.

"Oh tidak. Tidak seperti yang diharapkan,"

"Oke. Kau yang membelikannya," balasku seraya terkekeh bersama.

Layla tetiba saja datang kepadaku, dia terlihat mabuk. "ahah.. katanya dirimu tidak ingin ikut tap-" ucapnya terpotong. "ugh~ sepertinya aku baru saja menelannya. Ehehe tapi ... kau ber-emm...," ucapnya yang menahan mualnya lagi.

"Sepertinya temanku ini mabuk berat. Aku harus mengantarnya pulang."

"Tunggu~ hikk... aku... belum selesai bicara. Hehe... dia pria yang hot dan seksi... hikk... hehe," Layla sekarang cegukkan setelah menelannya, hah memalukan kau ini.

"Ah, ya. Sepertinya kau harus cepat mengantarnya sebelum dia bertambah parah," ucap Charlie.

"Aku akan menelfonmu." ucapku sengaja.

"Ya, Aku akan menelfonmu," balasnya tersenyum.

Het Verhaal van Mia'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang