DUA - Gudang Impor Laut

30 1 2
                                    

Begitu sampai di tempat tujuan, aku langsung melihat ke sekeliling dengan mata harimau ku. Sekeliling, kiri, kanan, atas, dan bahkan bawah pun ku lihat dengan teliti dan hati-hati. Hanya tempat ini satu-satu nya yang belum diambil, mengingat keamanannya begitu ketat. Untunglah para penjaga mengenal ku dan mengetahui kedatanganku kemari.

Auranya tak terasa, dan instingku mengatakan bahwa pelakunya ada disini. Sudah pasti! "Keluar kau!"

Aku segera mengelak begitu sebuah tanda bahaya mendatangiku, benar.... Sebuah kunai hampir saja menusukku jika bukan karena insting ini, aku akan terluka parah.

"Keluar bajingan!!"

Sial, sosok itu mengundang emosiku. Tenanglah Garuda, jangan membuatnya senang. "Apa hanya ini? Payah sekali."

Satu kunai kembali menancap di dinding, kembali berhasil kuhindari dengan instingku. Aku masih bingung sebenarnya apa niat si pelaku ini? Sedari tadi hanya melempar kunai dan tak muncul, itu membuatku curiga.

Dimana dia?

Sedari tadi sosok itu selalu mengincar belakangku, mungkinkah?!

Benar, sosok itu langsung muncul bersamaan dengan hunusan kunai yang hampir menancap. Aku curiga sedari awal memang kenapa kunai ini terus menargetkan belakangku, rupanya memang sedari tadi si pelaku berada dibelakang.

Dan pelakunya seorang perempuan?

"Siapa kau?" Mataku menajam, pakaian yang digunakan perempuan ini terbilang sangat tertutup. Yang disisakan hanyalah kedua matanya untuk melihat si target, sedangkan wajah nya tertutup rapat oleh sebuah topeng, seperti topeng yang ada pada legenda Jepang.

"Siapapun aku, itu tak ada urusan apapun denganmu."

Suara perempuan itu pun tertutup dengan pengubah suara, aku semakin tak bisa mengenalinya dengan baik. Sial, sebenarnya siapa dia ini?!

Menanyakan alasan mencuri ikan tersebut juga sepertinya tidak mungkin, mana ada maling mau mengaku. Penjara akan jadi sempit.

"Apa yang kau inginkan?"

Dia memasang pose berpikirnya, lalu segera menerjang ku dengan kunai tajam itu ke leherku. Kalau saja aku terlambat, sepertinya aku akan menjadi sapi qurban yang selalu disembelih setiap hari raya idul Adha. Jadi dia mengincar kepalaku? Sepertinya aku tahu dia anak buah siapa.

"Apa Ronal sebegitu frustasi sampai harus memancingku keluar dengan cara mencuri ikan dagang heh? Miris sekali dia." Ejek ku.

Perempuan itu tak mengatakan apapun, namun kembali menerjang ku dengan target yang sama. "Aku tak akan terjebak dengan gerakan yang sama, nona."

Tidak, perempuan itu bukan sengaja melakukannya. Pasti ada suatu pola dimana ada jebakan, sial!

Aku langsung menghindar dari pijakan, sebisa mungkin aku mencoba untuk tak berpijak, namun perempuan itu tetap tenang. Bahkan memujiku, "Memang luar biasa anak ketua mafia dirgantara."

Sial, sejauh mana perempuan itu tahu tentang rahasianya?

Aku tak ingin menapak, karena tentu disana ada jebakan yang sedang menungguku. Apa boleh buat jika identitas ku lainnya sudah diketahui, lagipula tujuanku tak akan berubah.

"Sebegitu ingin kepalaku heh?"

Aku mencoba untuk kembali memprovokasinya, tapi gadis itu sepertinya sangat cerdik. Terbukti dari caranya yang tenang akan serangan provokasi dariku, seolah tahu niatku adalah demikian.

Sial, kalau begini tak ada cara lain.

Aku menapak dan kembali loncat, ingin tahu kemana jebakan itu akan muncul. Gadis itu sepertinya tahu niatku, dia bukan sekadar gadis biasa. Gadis itu terlatih langsung dari Ronal, mafia bajingan itu kekurangan laki-laki? Sialan.

DUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang