PRANG!
Tanpa diduga, tanpa peringatan apa pun, kaca belakang bus pecah, menghamburkan beribu-ribu serpihan kristal kaca ke udara. Sebuah peluru tiba-tiba memelesat ke arahku. Mataku membesar saat peluru itu semakin dekat. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi tubuhku dapat menghindari peluru tepat sebelum benda kecil mematikan itu menyentuh kulit dahiku.
Bus tiba-tiba berhenti akibat suara kekacauan yang ditimbulkan peluru dan pecahan kaca. Aku terdorong ke depan, kemudian terhempas lagi ke belakang. Kepalaku berdenyut hebat akibat berbenturan kuat dengan busa kursi yang dibalut sarung kulit hitam.
"Apa yang terjadi?" tanya seorang pria yang aku tahu adalah sopir bus ini.
Cukup lama aku memandangnya yang menunjukkan sorot khawatir padaku. Aku mengerjap, berusaha merasakan lagi nyawaku yang nyaris saja melayang ke alam baka. Dengan jantung yang masih berdebar kencang, aku berusaha membuka mulut untuk merespons pertanyaannya. Namun, perhatianku lebih dulu tersita oleh sebuah peluru suntik yang menancap di punggung kursi di depanku. Di ujung jarum suntik tertancap kertas yang katanya ditulis dengan tinta merah. Atau sebenarnya... darah?!
MATI
Mataku membulat sempurna. Apa maksud ini semua?
"Bagaimana ini bisa terjadi?"
Aku terkesiap karena nada sopir terdengar tinggi saat melihat serpihan kaca bertebaran di lantai bus. Alih-alih menjawab, aku justru terburu-buru mengambil dan memasukkan suntik serta kertas berdarah itu ke dalam tas selempangku.
"Uh, ini... sepertinya ulah anak-anak." jawabku bohong. Entah sudah sepucat apa wajahku saat ini.
"Benarkah?" Pria besar di hadapanku ini terlihat tidak yakin. Matanya liar memeriksa keadaan jalan.
"Mereka langsung kabur, masuk ke dalam gang kecil di sana." Aku segera menunjuk jalan kecil yang diapit bangunan berbata merah dan bertembok kuning gading. Dalam hati, aku sangat berharap dia tidak memperpanjang urusan ketika aku masih di sini. Sebab, aku menyadari bahwa serangkaian keanehan ini... memang ditargetkan untukku.
"Ugh, anak zaman sekarang. Bercanda mereka keterlaluan," gerutu sopir bus dengan masam. Wajahnya yang berahang tegas terlihat memerah. "Tapi, ini tak pernah terjadi sebelumnya dan ini sangat keterlaluan. Aku akan segera mengurusnya."
Aku hanya mengangguk-angguk. Diri ini masih amat syok, belum sanggup jika harus menanggapi lebih banyak lagi.
"Aku sarankan kau berganti bus. Halte bus selanjutnya tidak jauh dari sini," katanya dengan mimik begitu khawatir.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Beneath The Sapphire Eyes #1 (SUDAH DITERBITKAN)
Fantasy#1 in Fantasy HANYA SAMPEL. Alb, Galben, Sapphire, Ret, Verde, Mazare, Exgret. Pada saat bumi terbentuk, terdapat dua dimensi di bumi, Kleins dan Alkleins. Keduanya diisi oleh ras manusia. Namun, di antara mereka banyak yang berbeda. Jika dimensi...