4

787 151 19
                                    

Akibat ulah Tenten yang terus menghubungi sejak satu jam lalu, Hinata jadi sulit untuk beristirahat dengan baik.

Hari masih begitu pagi, dan perempuan itu sudah merecoki berbagai hal yang berhubungan dengan hutang Hinata yang berjanji akan menemaninya mengunjungi seorang ipar yang baru saja melahirkan.

Alhasil, yang terjadi, Hinata terpaksa bangun sangat cepat dan terus mengomel tiada henti.

Bahkan, Hikari dibuat heran melihat anaknya masuk ke dapur dengan marah-marah. Hinata juga meraih air minum yang diteguk cepat seakan ingin ditelan dengan gelas-gelasnya.

"Jangan sampai memecahkan gelas Ibu."

Hinata tidak menanggapi. Mulutnya menguap lebar lantaran jam tidurnya belum terpenuhi secara baik.

Saat tak sengaja menggulir tatapan ke arah jendela dapur, wajah Hinata menampilkan rasa tertarik.

Tak perlu menduga-duga terlalu banyak. Hanya dengan melihat tubuh semampai dan rambut pirang, Hinata sudah langsung mengenal siapa sosok yang sedang berdiri sendirian di sana.

Tapi, yang membuat perempuan bermanik rembulan itu sedikit penasaran, apa yang sedang pria itu lakukan di halaman belakang?

Naruto tampaknya sedikit kesulitan.

Karena penasaran dan ingin tahu lebih jelas, jadi, Hinata memutuskan keluar melalui pintu yang menghubungkan menuju taman belakang. Ia berjalan mendekati dinding beton setinggi dada yang menjadi pembatas antar lokasi perumahan.

Selain ajang untuk menawarkan bantuan yang mungkin saja diperlukan, ini juga menjadi kesempatan Hinata untuk mendekatkan diri.

Hehe.

"Naruto, ada apa?"

Naruto yang tampaknya belum menyadari kehadiran siapa pun sejak tadi, langsung tersentak pelan. Kepalanya menoleh dan menemukan seseorang berdiri di belakangnya.

Bagaimana cahaya matahari pagi membungkus seorang Namikaze Naruto dalam balutan hangat yang cerah, dusta rasanya bila ada orang yang beranggapan jika pria ini biasa-biasa saja.

Naruto tersenyum manis. Refleks, Hinata ikut tersenyum. Hanya senyuman tipis yang singkat.

Ingat perkataan sebelumnya? Meski sangat mendamba, Hinata harus tetap bisa mengendalikan diri agar tidak memberi kesan berlebihan.

Sembari memegang selembar kertas, Naruto membuat mereka berdiri saling berhadapan satu sama lain, dengan sebuah tembok yang menjadi pembatas.

"Aku hanya sedang kebingungan untuk menggunakan alat ini."

Hinata mengikuti kemana tangan Naruto menunjuk dan mendapati sebuah alat pemotong rumput di sana.

"Kau ingin membersihkan halaman?"

Naruto mengangguk. "Begitulah. Aku belum memperkerjakan seseorang, jadi terpaksa harus melakukannya sendiri. Tapi, ..." Tawa singkatnya terdengar. "... aku tidak begitu memahami cara penggunaannya."

Hinata ber-oh tanda mengerti. Mendadak saja, sebuah ide melintas di dalam kepalanya.

Sejenak, Hinata melirik ke belakang, ingin memastikan ibunya tidak melihat ini, sebelum ia kembali mengarahkan pandangan pada Naruto.

Sembari menyisipkan helaian rambut ke belakang telinga dengan gemulai, Hinata berdeham pelan. "Ekhem! Jika kau tidak keberatan, aku bisa membantu."

"Apa?"

"Ah! Itupun kalau kau memang tidak keberatan. Kebetulan, aku tidak sedang memiliki kesibukan lain, jadi ..." Senyuman tipis Hinata tampilkan. "... begitulah, aku akan membantu."

Look Here, Darling! [ NaruHina ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang