6

771 151 55
                                    

Hinata mengangguk pelan. Ia mengikuti arahan Naruto untuk duduk di sofa ruang santai, sembari pria itu menuju dapur dan menyalin makanan pemberiannya.

Jarak antara dapur dan ruang santai yang tak begitu jauh, jadi Hinata bisa melihat Naruto melakukan aktivitas di sana.

Tapi, ketika sedang asyik-asyiknya menyaksikan pemandangan seorang pria tampan dan gagah menyibukkan diri laksana seorang chef, Hinata dibuat mengernyit dengan kedatangan Sora.

Ingatan Hinata merotasi pada kejadian beberapa menit lalu, ketika dengan sangat jelas gadis kecil ini menghujatnya -- meski tanpa suara.

"Kenapa terus menatap ayahku?"

Hinata berdesis. Apa salahnya kalau hanya menatap?

"Memangnya, kenapa?" Teringat dengan strategi, Hinata menepuk sofa di dekatnya. "Duduklah di sini, Sora."

Tetapi, bukannya menanggapi, gadis dengan rambut hitam sebahu itu hanya menatap dingin.

Hinata menelan ludah.

"Kenapa? Ayo kita menjadi lebih akrab. Tak perlu sungkan padaku." Penuh kebaikan Hinata berkata, tetapi, apa yang Sora ucapkan memangkas habis senyuman di wajahnya.

"Menyebalkan."

Sudut pelipis Hinata berkedut. "Apa?"

"Apa kau menyukai ayahku?"

Hinata tertegun. Pertanyaan Sora terlalu tepat sasaran.

"Ck! Lagi-lagi."

Lagi-lagi? Apa maksudnya?

"Aku tidak tahu apakah kau benar-benar menyukai Ayahku atau tidak, tapi ..." Sora memicingkan mata sangat serius. "... jangan coba-coba mendekatinya. Aku tidak suka."

Jlep!

"Kalian para wanita kesepian, tidak pantas bersama ayahku."

Uhuk!

Bocah tengik! Dari mana dia belajar bahasa seperti itu?!

Wanita kesepian? Apa Hinata terlihat semenyedihkan itu di matanya?

Entah mengapa, ketika memperhatikan Sora lebih jauh, Hinata mulai merasakan sesuatu. Hinata seperti sedang menyaksikan salah satu kartun gadis kecil petualang yang selalu menggendong ransel dan berteriak 'Katakan Peta! Katakan Peta!' dengan suara menyebalkan.

Sekarang Hinata paham, pantas saja nama gadis ini 'Sora' dan gaya rambutnya seperti itu, karena sifat dan kelakuannya dalam membuat kesal juga sangat mirip dengan majikan seekor monyet.

Saat masih bergelut dengan pikiran, untung saja Naruto datang.

Mental Hinata yang sejatinya sedang diambang ketidakseimbangan akibat kata-kata jahat dari Sora, mendadak kembali beroperasi.

"Terima kasih untuk kuenya. Aku akan membalas lain kali."

Nyatanya, hanya mendengar suara merdu Naruto saja, suasana canggung yang Hinata rasakan langsung berubah jadi semangat baru.

"Tidak perlu repot-repot. Tapi, kalau memang berkenan, aku sangat senang bila bisa mendapatkan sesuatu darimu, haha." Hinata tertawa pelan. Entah sadar atau tidak, tapi ia suka melihat Sora mendengus di sana.

"Tentu. Aku juga senang bisa saling berbagi. Apa kau membuat kue ini sendiri?"

Senyuman Hinata sedikit bergetar. "Ah, tentu saja! Kau menyukainya?"

"Ya, rasanya enak. Aku tidak menyangka kau sangat hebat dalam banyak hal. Berbeda denganku."

Pujian. Bibir Hinata terkulum menahan bahagia.

Look Here, Darling! [ NaruHina ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang