1

2.3K 241 37
                                    

Iya, aku berencana buat ngelanjutin lagi LOOK HERE DARLING.

Tapi, aku bakal up-nya satu per satu dari awal lagi, enggak apa-apa, 'kan? soalnya aku coba revisi ulang biar penulisannya lebih ringan dan muda dipahami.

Moga aja kali ini bisa dikelarin sampe tamat :')

Jangan lupa vote dan komen biar aku tetap semangat, ya. Boleh kan?

Oh ya, buat kalian yang baru pertama kali baca cerita ini, sekadar info aja, karakter Hinata di sini bakal beda banget dari yang kalian liat selama ini. Siap-siap aja 😂

.

.

.

- Happy Reading -

.

.

.

Lenguhan samar terdengar mengisi sebuah kamar. Tubuh yang sedang terbaring lemas di atas ranjang sedang mencoba bergerak perlahan setelah posisi menantang yang cukup lama harus ia lakukan.

Dengan mata sayu yang terbuka perlahan, Hyuga Hinata melepaskan desahan ringan. Tangannya bergerak pelan untuk menyentuh cairan yang membasahi sudut bibirnya.

Sial! Ini sudah kesekian kalinya dia begini saat tidur. Semenjak mulai sibuk bekerja, ini jadi sering terjadi. Faktor utama tentu saja karena kelelahan, tapi ... astaga, berlebihan sekali. Jorok.

Sembari meringis, Hinata mengambil posisi duduk.

Pagi yang menyebalkan. Andai bisa membalikkan keadaan, Hinata ingin waktu terus menunjukkan malam saja.

Hari baru, artinya kesibukan baru. Hinata tak menyukainya. Menjadi dewasa tidak semudah yang dibayangkan.

Dulu, Hinata memiliki banyak mimpi yang ingin dicapai. Itulah alasannya kenapa dia sangat bersemangat mengemban pendidikan agar dapat lulus tepat waktu.

Namun, ketika kelulusan itu terjadi, mimpi besar yang ia miliki perlahan terkikis oleh kenyataan. Hidup ternyata tak sesederhana yang dipikirkan.

Berbeda dengan dulu dimana Hinata memiliki banyak sekali harapan di masa depan, yang ia inginkan sekarang hanyalah hidup dengan baik, tenang, nyaman dan tanpa beban tambahan; contohnya seperti singgungan orang tua yang terus berharap anaknya segera mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah dan bukannya terus menganggur lalu menjadi setan di rumah.

Maka, itulah yang membuat Hinata mulai bertekad. Ia menerima tawaran seorang teman untuk bekerja di sebuah restoran makanan cepat saji.

Meskipun gajinya sekadar 'dicukup-cukupkan' saja untuk kebutuhan pribadi, tapi setidaknya, Hinata tidak perlu lagi meminta terlalu banyak kepada orang tua.

Dia menjadi lebih mandiri. Dan ini lebih baik dibanding dengan keinginan sang ayah yang terus memaksanya bekerja di perusahaan seorang paman.

Bagaimana, ya? Hinata bukan tipe orang yang ingin bekerja di balik meja. Menjadi wanita karier di perusahaan ternama memang mendapat pandangan baik di mata orang-orang. Bayangkan saja, setiap hari berpoles cantik, memakai pakaian bagus, gaji yang menjamin, tapi sayangnya, ... semua tak dapat menggoda seorang Hyuga Hinata untuk mencobanya.

Jikapun diberi kesempatan, Hinata lebih ingin menjadi seorang model kelas atas dari merk fashion terkenal.

Tapi, mohon maaf, semua hanya akan menjadi angan belaka bila dikaitkan dengan beberapa hal, terutama tinggi badan.

Look Here, Darling! [ NaruHina ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang