Gym Di Malam Hari (Part 01)

4.7K 84 1
                                    

Pada zaman sekarang ini, setiap tempat tidak bisa di hindarkan dari yang namanya AC, baik itu AC Split, maupun AC central. Hari ini aku mendapatkan tugas untuk mencuci AC pada area GYM di dalam mall. Seharusnya bukan aku yang bertugas untuk service itu, tapi rekanku yang lain. Ia melewatkan jam waktu yang di janjikan pada pihak GYM di karenakan kendala pada lokasi konsumen lain. Namun sepertinya pihak manajemen GYM satu ini tidak menerima keterlambatan itu. Jadi sebagai gantinya pada malam hari pun, pihak penyedia jasa service AC harus menyalurkan seseorang untuk melakukan tugasnya walau sudah lewat jam kerja, yakni pukul 21.00 WIB.

Tiba-tiba setelah tidak lama tiba di rumah, aku di telepon oleh atasanku. Katanya hanya aku yang bisa di andalkan untuk saat ini, aku juga akan mendapatkan bonus lembur. Pada akhirnya hanya aku yang mau melakukan tugas itu, bukan karena rajin, bukan juga karena tidak takut begal, tapi karena aku anak baru di perusahaan penyedia jasa ini. Walau anak baru, bukan berarti aku tidak berpengalaman. Sebelumnya aku bekerja di sebuah toko elektronik sebagai teknisi AC. Sayangnya aku di berhentikan karena pemilik toko harus memotong pengeluaran mereka. Mengapa aku? Mengapa bukan karyawan yang lain saja? Mungkin karena diriku yang paling muda, mungkin boss ku yang sebelumnya tidak enak memecat mereka yang sudah lama bekerja dengan dirinya.

Walau sial rasanya harus lanjut bekerja pada malam hari, harus ku akui malam itu juga merupakan malam keberuntungan ku. Akan ku ceritakan alasannya.

Di waktu itu, hanya satu cleaning service dan beberapa resepsionis saja yang masih bekerja. Memang jam tutup pada GYM itu di cantumkan pada pukul 22.00 WIB. Namun kupikir tidak akan ada lagi member yang berolahraga pada jam semalam ini, tak taunya masih tersisah satu pria di dalam. Pria itu masih dengan semangat mengangkat dumbbell di depan cermin, memamerkan ketiaknya yang berbulu tipis. Pantulannya dapat ku lihat dari berbagai segi kaca yang di pasang pada tiap dinding ruangan itu. Selagi aku naik turun tangga untuk meraih AC central, mataku tak bisa berhenti menatap lekuk otot pada pria itu.

Bahu pria itu terpahat kekar, di hiasi dengan kulitnya yang putih bening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahu pria itu terpahat kekar, di hiasi dengan kulitnya yang putih bening. Dari perawakannya, dapat ku simpulkan bahwa pria itu berketurunan tionghoa. Setiap kali ia mengangkat tangannya melewati kepala, otot-otot pada lengannya berkontraksi, membuat lekuk indah yang menegaskan tricepnya yang tebal itu.

Setelah AC pada sudut ruangan selesai ku cuci, kini giliran AC pada bagian tengah ruangan. Tangga pun ku pindahkan lagi, setelah itu cover AC ku preteli, dan ku bawa turun dengan berhati-hati. Kantung untuk menampung air kotor ku pasangkan lagi, dan selang berwarna jingga ku tarik ke atas, air pun menyemprot kuat, mencuci mesin yang sudah berlumut itu.

Dari atas aku melihat pria itu berganti alat. Setelah melatih bahunya, kini ia beralih ke barbell untuk melatih dadanya. Pria itu terlihat semakin berkeringat, mungkin karena AC sedang di matikan. Kalau tidak di matikan, bagaimana bisa ku cuci, dan gara-gara itu singlet ketat yang di kenakan oleh pria tersebut pun semakin menjiplak, basah dan menempel pada kulitnya yang lembab.

Aku kesulitan untuk fokus dengan pekerjaan ku, mata ini jelalatan menatapi pria tionghoa itu terus-terusan. Tiba-tiba air dari selang menyiprat wajahku, mengejutkan diriku. Aku bahkan hampir terjatuh, kaki ku kehilangan keseimbangan, dan sedikit terpeleset dari tangga setinggi 2,5 meter. Untungnya kaki kananku masih cukup cekatan untuk menahan bobot badanku yang kurus ini.

Hampir saja aku mati.

Pria tinggi tadi bahkan menoleh melihat diriku sesaat. Aku pun berpura-pura melanjutkan pekerjaanku, bertingkah seolah-olah semua baik-baik saja. Pedahal rasanya jantungku sudah mau copot.

Posisi barbel berada tepat di depan tangga ini, jadi sudah pasti ia melihat apa yang terjadi. Canggung juga berhadap-hadapan begini. Pria itu masih belum memulai setnya, ia masih bermain dengan HP dan sesekali meneguk air minum yang ia bawa. Melihat pria dengan badan seperti itu selalu membuatku kagum. Ingin juga punya badan begitu, tapi malas sekali harus melakukan fitness rutin. Belum lagi nutrisinya, selain menambah rasa capek, pengeluaran pun juga ikut bertambah. Alhasil, aku lebih memilih untuk menikmati badan orang lain saja.

Jarang-jarang aku bisa melihat pria seperti dia ini. Selain kekar, pria ini juga terlihat keren. Baju yang ia kenakan terlihat modis dan mahal. Perpaduan antara singlet, celana pendek, serta kaos kaki, dan sepatu miliknya terlihat seperti model-model pada papan iklan toko olahraga, tipikal pria metropolitan.

Pria itu melanjutkan olahraganya setelah usai mengetik, mungkin berganti pesan dengan pacarnya. Ia pun merebahkan badannya, kedua tangannya menggenggam besi barbell, setelah mantap dengan posisinya ia pun mengangkat barbell dengan berat total 60kg. Pinggulnya ia condongkan, dan kaki nya terbuka lebar saat menopang beban. Aku pun dengan leluasa menikmati paha putih itu dengan mataku, ku buka kedua bola mataku selebar yang ku bisa.

Jenis kain celana itu berbahan kaku, jenis parasut. Hingga potongan celana tersebut sedikit menganga. Di saat paha putih pria itu terkangkang semakin lebar, aku mendapati sesuatu yang tidak asing pada selah celananya yang minim itu. Satu dari telur pada testis pria itu, menyempil. Bagian intim itu mengintip dari selah celana pada bagian kanan. Sungguh tak tahu malu, dia pergi gym tanpa mengenakan celana dalam, luar biasa.

Walau jarak pada ketinggian 2.5 meter ini cukup tinggi, mataku masih mampu untuk melihat benda merah jambu itu.

Dengan pemandangan vulgar begini, aku benar-benar kesulitan untuk bekerja. Mataku sibuk menganalisa peler milik pria tionghoa itu, telur itu melampai, dan mengilap basah oleh keringat. Aku pun menelan ludah, yang dimana sudah membanjiri isi mulutku ini, pria satu ini benar-benar menggugah selera, bikin nafsu saja, sial!

Awalnya kupikir hanya aku saja yang mendapati pemandangan itu. Rupanya abang cleaning service yang baru saja mau pulang juga sadar akan hal itu. Sebelum beranjak pergi, selagi mengancing jacket motornya, ia menoleh dua kali ke arah pria itu. Bisa ku lihat dari perangainya dia merasa geli, dia tersenyum masam sambil berjalan pergi dari area GYM.

Pada set terakhirnya, sepertinya pria tionghoa tadi baru saja sadar kalau testisnya menyempil. Setelah ia sibuk merapikan celananya, ia menatap diriku, memastikan aku tidak melihat kejadian memalukan itu. Aku pun buru-buru menoleh, lagi-lagi aku berpura-pura fokus pada pekerjaanku.

Ketika AC sudah bersih, pria tadi beranjak ke dalam bilik ruang loker, membawa air minum, dan HPnya, menandakan ia telah selesai. Aku seharusnya sudah bisa melepaskan kantung penampungan, dan memasang kembali cover AC. Tapi otak ku tak mampu berhenti memikirkan pria tadi. Secara naluriah aku pun membiarkan kondisi AC seolah-olah belum selesai di cuci. Aku mengambil ember yang di gunakan untuk menampung air kotor dari AC untuk di buang ke WC, sebagai alasan untuk memeriksa pria tionghoa tadi.

Saat aku melewati ruang loker, aku sudah tidak mendapatinya di sana. Cih! Pedahal aku ingin melihatnya melepas baju. Berarti dia sedang mandi, aku pun berjalan menuju WC yang berada di ruangan yang sama dengan bilik shower. Pancuran air menyala pada bilik pada sudut ruangan, sudah pasti pria yang tadi. Aku mendapati handuk tergeletak di depan pintu bilik itu, pasti jatuh dari atap pintu. Kadang orang-orang terbiasa menyangkutkan handuk bukan pada tempatnya, pedahal setauku di dalam bilik shower GYM, selalu di sediakan gantungan baju.

Melihat handuk itu... aku pun mendapatkan sebuah ide. Akal bulusku mengalir lancar, bahkan tidak selancar saat aku bekerja. Entah mengapa di saat berahi meluap begini otak ku terasa encer.

Ada-Ada SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang