Bab. 4

5.8K 607 13
                                    

Haechan merasa nafsu makannya semakin bertambah akhir-akhir ini. Baru saja ia makan, rasanya perut ini sudah lapar lagi. Maka dari itu, dengan sisa uang yang ia miliki, Haechan hari ini pergi ke minimarket, rencananya ia akan membeli beberapa camilan. Jarak minimarket dan kontrakannya tidak terlalu jauh, membuat si manis melangkah dengan santai.

Ketika melewati jalanan besar, kaki kecil Haechan berhenti melangkah, mata itu terpaku dengan sebuah papan iklan besar yang menampilkan sosok tampan Mark disana, tangannya memegang sebuah brand parfum terkenal, sementara sudut bibir Mark terangkat membentuk seringai.

Satu kata yang Haechan pikirkan.

Tampan.

Jelas, pantas saja kaum hawa banyak sekali yang menyukainya, ternyata jika dilihat-lihat lagi, Mark memang tampan. Malam itu, Haechan tak sempat untuk mengagumi wajah Mark karena yang ia pikirkan adalah strategi bagaimana membuat Mark berhasil tidur dengannya.

Memiringkan wajah, Haechan mengingat-ingat lagi pertemuan mereka sebulan yang lalu digedung terbengkalai. Pria itu terlihat marah, bahkan hampir memukulnya. Haechan terkekeh seperti orang gila, bibirnya tersenyum lebar sambil menatap papan iklan Mark di atas sana.

"Ahー Apa aku sudah hamil?"

Haechan seolah ingat, ini sudah satu bulan. Seharusnya ia sudah hamil, bukan?

Menunduk dan menatap perut ratanya, si manis berpikir jika mungkin ia harus membeli sebuah testpack untuk membuktikannya.

>>>

Haechan terdiam sambil memegang sebuah testpack ditangannya.

Terdapat dua garis merah disana, di petunjuk bungkusnya, jika muncul dua garis merah itu berarti positif. Si manis menunduk, menyentuh perutnya yang masih sangat datar, itu artinya Haechan sudah hamil.

Anak Mark Lee.

Ia menyeringai kecil setelahnya, mengusap perut miliknya dengan sayang "Pantas saja aku selalu merasa lapar, pasti karena dia" Haechan tersenyum kecil, ia menyimpan testpack itu dilaci untuk berjaga-jaga, setelahnya Haechan duduk diatas ranjang dan membuka semua kantung plastik berisi makanan yang baru saja dibelinya.

***

"Aku tidak mau ini, baunya busuk!"

"Yang ini juga, membuat perutku mual"

"Ah, tidak, tidak! Singkirkan itu, buang ke tempat sampah!"

Renjun menghela nafas lelah. Ia sudah berusaha menahan emosi sejak beberapa hari ini. Bagaimana tidak? Mark selalu saja rewel tentang makanan, bukan hanya makanan, dia bahkan menjadi lebih sensitif terhadap bau-bauan. Dan jelas, sikapnya itu membuat Renjun kesal setengah mati, sudah pusing karena pekerjaan, ditambah dengan Mark yang akhir-akhir ini selalu pilih-pilih makanan, bukan apa-apa, kalau dia sakit siapa yang repot? Tentu saja dirinya, sibuk meminta maaf sana-sini karena pasti jadwal pemotretan yang mereka sepakati terpaksa diundur atau bahkan batal.

"Terus kau mau makan apa? Aku tidak mau kau sakit! Hari ini juga ada pemotretan untuk pakaian musim dingin, jadi cepat makan ini sekarang!"

"Tidak, aku mau muntahー"

Renjun menghentakkan kakinya sebal, menatap punggung Mark yang kini menghilang dibalik pintu kamar mandi. Berkacak pinggang, mata itu menatap semua makanan yang tersedia diatas meja, semuanya makanan yang biasa Mark makan, bahkan dua diantaranya adalah makanan favorite Mark. Selain merangkap sebagai Manager, Renjun juga bertugas sebagai juru masak untuk pria itu, hanya memastikan jika Mark makan dengan baik.

SCANDAL [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang