Bab. 8

6.6K 645 5
                                    

"Dimana dia?"

"Ada didalam, sedang istirahat"

Renjun melangkah masuk ke dalam klinik. Disana, ia bisa melihat Mark tengah berbaring dengan lemah, Renjun berjalan mendekati Mark, melihat jika wajah pria itu begitu pucat. Apa yang terjadi? Bukankah pagi itu Mark baik-baik saja?

"Hei, kenapa bisa sampai begini? Apa yang sakit?"

"Kepalaku pusing, perutku juga mual" Mark menghela nafas. Padahal tadi pagi ia merasa sehat, bahkan sarapannya habis dalam satu kedipan mata. Tapi sekarangー Kenapa mual sialan ini muncul lagi? Di tambah kepalanya juga pusing, dia bahkan hampir pingsan jika saja para staff tak cepat-cepat menolongnya dan membawa dirinya ke klinik terdekat.

"Kau bisa jalan? Kita pulang saja, tidak aman jika terus disini" ucap Renjun, ia mendengar suara beberapa gadis yang berisik heboh diluar pintu, walau sudah dijaga bodyguard, sepertinya mereka tak peduli akan itu.

"Aku bisa"

Pria mungil itu mengangguk, ia meraih lengan Mark lalu melingkarkannya dibahu, dan yaー Kesabarannya dimulai saat mereka keluar pintu, maaf saja jika ada salah satu gadis yang terjungkal, karena Renjun akan mendorongnya dengan keras.

>>>

Saat sampai di apartemen, Renjun sibuk membuat bubur. Walau Mark bilang tidak ingin makan karena mual, tetap saja perutnya harus terisi, setidaknya sedikit saja karena ia harus meminum obatnya.

"Kau sudah mengantarnya pulang?"

"Siapa?"

"Siapa lagi"

"Ahー" Renjun menyendok bubur yang berada dimangkuk, lalu menyodorkannya pada Mark "Dia masih dirumah sakit"

Mark memalingkan wajah ketika satu sendok bubur itu sudah berada tepat didepan mulutnya "Kenapa tidak kau antar pulang saja? Lalu bagaimana dengan biaya rumah sakitnya?" Pria itu hampir tersedak ketika Renjun langsung memasukkan dengan paksa satu suapan bubur ke mulutnya.

"Telan"

Dengan enggan, Mark menelannya. Bersyukur saja ia tidak memuntahkan itu didepan wajah Renjun.

"Tenang saja, sudah aku lunasi"

"Jangan terlalu baik dengan orang asing, apalagi penjilat sepertinya. Itu seperti bukan kau yang biasanya" jawab Mark sambil mendecih pelan, tangannya mengambil ponsel dan melihat banyak notifikasi masuk melalui pesan pribadi akun sosialnya, rata-rata dari mereka semua menanyakan bagaimana keadaannya, sisanya hanyalah manusia genit kurang perhatian.

"Aku ingin bicara serius denganmu" Renjun meletakkan mangkuk buburnya diatas meja, sementara Mark hanya menggumam sebagai balasan "Haechan benar-benar hamil, usianya dua minggu"

Pria tampan itu sempat berhenti memainkan ponsel saat mendengarnya "Tapi belum tentu itu anakku. Lagi pula, aku masih muda, karirku baru bersinar, apa yang terjadi jika orang-orang tahu kalau aku memiliki anak?" setelah itu, Mark kembali memainkan ponselnya dengan santai.

Renjun menghela nafas. Memang benar, ini tidak mudah. Lagi pula, sudah ia katakan sebelumnya jika ini juga bukan sepenuhnya salah Mark, tapi Haechan juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan dalam masalah ini. Intinya, mereka berdua memiliki kesalahan pada porsinya masing-masing.

"Setidaknya, kita tunggu sampai anak itu lahir. Jika dia memang anakmuー Apa kau tega?"

"Aku tidak menginginkannya"

"Mark, sekarang tidak penting apakah kau ingin anak itu atau tidak karena semuanya sudah terjadi! Tak perlu mempermasalahkan apa yang sudah berlalu, pedulikan saja saat ini, bagaimana jika anak dalam kandungan Haechan adalah anakmu? Kau benar-benar ingin dia mati? Benar-benar ingin agar Haechan mengugurkan kandungannya?"

Mark mematikan ponselnya, ia lalu menatap Renjun dengan tajam.

"Lalu bagaimana dengan karirku? Bagaimana pandangan orang-orang jika mereka tahu tentang skandal ini? Kau mungkin menganggap ini mudah karena aku mendapatkan semuanya dengan bantuan Kakak Iparku, tapi aku juga bekerja keras untuk sampai dititik ini. Aku tidak ingin karirku hancur begitu saja, Renjun" Mark membuka selimutnya, ia bangun dari ranjangnya dan berjalan menuju jendela besar yang menampilkan pemandangan Seoul.

Renjun memijat keningnya, ini akan sulit karena Mark sangat keras kepala. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan Haechan begitu saja, memang benar karena itu keinginan Haechan agar bisa memiliki anak dari Mark, tapi hidupnya saja sudah susah, apalagi ditambah mengurus bayi?

"Karirmu akan baik-baik saja jika tidak ada media yang tahu, aku akan pastikan itu. Tunggu sampai anak itu lahir, bisa kan? karena aku merasaー Haechan benar-benar serius dengan ucapannya"

Mark menoleh dengan alis bertaut "Sekarang lihat, kau mulai percayaー" belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, rasa mual itu kembali menyerangnya, dengan cepat Mark menutup mulut dan berlari ke toilet, lalu seperti biasa, saat ia memuntahkannya hanya ada cairan bening disana, bahkan bubur yang baru saja ia makan tak keluar sama sekali.

"Mual sialan"

>>>

Malam harinya, Renjun kembali ke rumah sakit untuk menjemput Haechan, saat ia membuka pintu ruang inap pria manis itu, ia bisa melihat jika Haechan tengah memakan buah-buahan dengan santai. Haechan langsung tersenyum senang ketika melihat Renjun berjalan masuk mendekatinya.

"Kau sudah sehat?"

"Iya, perutku tidak mual lagi. Aku bahkan memakan habis semua makananku"

Renjun menggangguk, sedikit berpikir jika hal itu entah merupakan suatu kebetulan atau bukan, namun saat Haechan berada dekat diapartemen Mark kemarin, Mark terlihat baik-baik saja, malah mualnya juga hilang. Tapi ketika Haechan tak lagi didekatnya, rasa mual Mark datang lagi, bahkan kemarin dia hampir pingsan.

Apa mungkin ini ada hubungannya?

Sepertinya Renjun harus memastikannya sendiri untuk itu.

"Hari ini kau pulang"

"Benarkah? Aku juga sudah tidak nyaman berada disini. Kau akan mengatarkanku pulang?"

"Ya" mata Renjun menatap Haechan "Ke apartemen Mark"

Si manis melebarkan mata saat mendengar itu. Kenapa Renjun tidak mengantarkan dia ke kontrakan bobrok miliknya saja? Memang, apartemen Mark sangat besar dan nyaman, tapi mengingat perlakuan pria itu padanya, Haechan jadi merasa ia harus berpikir dua kali.

Mungkin saat itu ia terlalu meremehkan Mark Lee.

"Kenapa harus kesana?"

"Karena aku harus memastikan sesuatu" Renjun membalas tatapan bingung Haechan "Tenang sajaー Malam ini, aku juga akan menginap disana"

Dan Haechan tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya untuk itu. Sepertinya, dia mulai menyukai Renjun.

"Kenapa kau sangat baik padaku, Renjun?" Tanya Haechan hati-hati, Renjun sempat diam dan berpikir, namun ia tidak menemukan jawaban yang pas untuk hal itu.

"Aku memang baik"

Jadi hanya itu jawaban yang Renjun berikan.

Jadi hanya itu jawaban yang Renjun berikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SCANDAL [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang